(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

“Enaknya Besok Kita Belajar Apa Ya?”

Admin disdikpora | 18 Mei 2021 | 744 kali

Bapak Ibu Guru Hebat, pernahkah kita memberi ruang kepada siswa kita untuk menentukan pilihan sesuai dengan keinginan mereka? Pernahkah kita bertanya kepada mereka, “Anak-anak, enaknya besok kita belajar apa ya?” Pertanyaan itu terlihat sederhana, mungkin juga remeh. Namun, bagi penulis, pertanyaan itu bermakna dalam karena dapat memberikan kemerdekaan bagi anak untuk menentukan pilihan berdasarkan minat mereka.

Konsep pertanyaan sederhana itu senafas dengan tujuan Pendidikan sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat. Singkat kata, pertanyaan sederhana itu memberikan kebebasan anak untuk menentukan “menu” belajar sesuai selera yang akan mereka konsumsi esok hari. Merdeka belajar!

Dalam proses menuntun, pendidik seharusnya memberi siswa kebebasan dalam menentukan pilihan, termasuk dalam memilih materi yang akan dipelajari bersama. Namun, pendidik juga harus memberikan arahan pada siswa agar tidak salah langkah. Yang terjadi saat ini sangat bertolak belakang. Siswa tidak tahu “menu” apa yang akan disajikan hari ini, esok, ataupun lusa. Mau tidak mau, suka tidak suka, siswa diminta untuk melahap “menu” yang disajikan guru tanpa melihat minat dan selera mereka.

Berdasarkan pengalaman, ketika anak ditawari besok belajar apa, kebanyakan siswa menjawab, “Permainan, Pak! Game. Kuis saja, Pak!” Mereka terkesan memilih bersenang-senang. Nah, pilihan anak-anak atas pembelajaran yang menyenangkan ini perlu kita akomodir. Guru Hebat pastinya dapat mengemas materi pembelajaran dalam sebuah permainan yang menyenangkan sesuai dengan permintaan siswa. Permainan yang dikemas juga dapat menyertakan pembekalan keterampilan abad 21: Communication, collaboration, creativity, critical thinking, computational thinking, compassion. 

Bapak Ibu Guru Hebat, jawaban dari pertanyaan itu esensinya bukan hanya pemberian kesempatan siswa untuk memilih. Lebih dari itu, yang tidak kalah pentingnya adalah melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan. Selama ini siswa hanya menjadi “Wayang” yang harus menuruti apa permintaan “Sang Dalang.” Sekarang waktunya untuk mengembalikan pada konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang menghamba pada anak. 

Selama pembelajaran daring, tanpa disadari beberapa guru hanya memberikan materi pembelajaran satu arah, lewat Google form misalnya. Siswa hanya merespon dengan “klik” dan “klik” link pembelajaran yang dibagikan guru tanpa tahu apa yang harus dilakukan jika siswa kurang memahami materi yang diberikan. Selain itu, siswa juga tidak tahu “menu” yang akan disajikan esok hari dan lusa. Sangat jauh dari konsep keterbukaan seperti yang dijelaskan dalam dasar-dasar pendidikan seperti yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara. 

Yang sudah, sudahlah. Yang lalu, lalulah. Fenomena ini juga menjadi refleksi bagi penulis untuk selalu memperbaiki diri dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik melalui pembelajaran yang memerdekakan dan membahagiakan.  Pesan untuk para Guru Hebat: Maju sendiri sudah biasa, maju bersama baru luar biasa. Guru Bergerak, Indonesia Maju. 

 

Penulis adalah Guru SMP Negeri 26 Surabaya. Artikel ini merupakan Aksi Nyata Modul 1.1 Program Guru Penggerak Angkatan 2 Surabaya. Artikel ini juga selaras dengan konten Surat untuk Sahabat https://youtu.be/OhE_D5CAOqE

sumber : https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/enaknya-besok-kita-belajar-apa-ya/