(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Jangan Berlebihan Berkata "Jangan" pada Anak

Admin disdikpora | 17 September 2018 | 720 kali

Pendiri Rumah Perubahan Prof. Rhenald Kasali pernah mengeluhkan mental kebanyakan generasi muda yang dianggap terlalu manja dan tidak berani mengambil keputusan. Hal-hal yang berhubungan dengan dirinya bahkan masa depannya pun seringkali bergantung pada keputusan orangtua.

Rhenald memperkenalkan konsep self driving yang mengajarkan bahwa setiap orang harus dilatih untuk berani mengambil keputusan sekaligus bertanggung jawab terhadap keputusan yang sudah diambil.

Proses pembentukan mental dan karakter seseorang sudah dimulai sejak usia dini. Sehingga penting memerhatikan bahkan mengoreksi cara mendidik para orangtua yang mungkin sudah menjadi kebiasaan dan seperti ’warisan’ turun-temurun.

 

Terlalu banyak jangan

Kebanyakan orangtua sering terjebak pada praktik yang kurang tepat dalam mengasihi dan melindungi anaknya. Seringkali orangtua menjadi terlalu posesif dan memiliki ketakutan berlebihan akan hal-hal buruk dapat terjadi pada buah hatinya.

Sehingga sering mucullah banyak aturan dan larangan yang tanpa disadari, terkadang berlebihan. Kata ”jangan’ menjadi terlalu sering diucapkan orangtua pada si anak. Jangan ini, jangan itu. Tidak boleh ini, tidak boleh itu.

Lebih parah lagi ketika larangan itu selalu dibarengi dengan ancaman-ancaman menakutkan yang terkadang tidak masuk akal. Contoh: Jangan suka main di luar, karena di luar banyak setan yang suka menculik anak-anak.     

 

Batas kewajaran  

Dalam batas kewajaran, aturan dan larangan memang diperlukan untuk menjauhkan anak dari potensi hal-hal buruk dan berbahaya. Namun ketika berlebihan, hal tersebut justru dapat berdampak negatif pada proses tumbuh kembang anak di masa depannya.

Jangan-jangan karena terlalu banyak mendengar kata ”jangan” di masa kecilnya, anak tumbuh menjadi pribadi yang selalu ragu, khawatir bahkan ketakutan dengan hidupnya sendiri. Ia menjadi pribadi yang tidak pernah berani mengambil keputusan. Ia pasif dan menunggu orangtua bahkan orang lain yang akan mengambilkan keputusan untuk hidupnya.

Sehingga para orangtua hendaknya berhati-hati agar tidak berlebihan berkata ”jangan” pada anaknya.

 

Persiapkan masa depan

Daripada terlalu banyak menggunakan kata ”jangan”, para orangtua sebaiknya lebih fokus pada pengembangan diri, mental mandiri, dan keberanian si anak. Itu akan jauh lebih bermanfaat sebagai bekal bagi masa depan si anak. 

 

Tantangan zaman masa kini dan mendatang tentunya semakin berat. Hanya orang-orang kreatif, cekatan, dan berani mengambil keputusan yang akan mampu bertahan bahkan menjadi pemenang. (Stevan Ivana Manihuruk – ASN ditinggal Kota Jambi)