PLT. KADISDIKPORA RESPON CEPAT TERKAIT RATUSAN SISWA TERIDENTIFIKASI BELUM BISA BACA
Buleleng, Senin, 14 April 2025 l DISDIKTODAY
Data hasil verifikasi dan validasi dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng mengungkap fakta mencengangkan terkait kemampuan literasi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah tersebut. Sebanyak 155 siswa teridentifikasi tidak bisa membaca sama sekali, sementara 208 siswa lainnya dinyatakan tidak lancar membaca. Dengan demikian, total terdapat 363 siswa SMP di Buleleng yang menghadapi kendala dalam kemampuan membaca.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Disdikpora Kabupaten Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, S. STP., M. A. P., mengungkapkan sejumlah faktor yang menjadi penyebab permasalahan serius ini. Menurutnya, metode pembelajaran dalam jaringan (daring) selama pandemi COVID-19 menjadi salah satu pemicu utama. Selain itu, faktor lain seperti disleksia, disabilitas, rendahnya motivasi belajar siswa, serta kurangnya dukungan maksimal dari orang tua juga turut berkontribusi.
"Penyebabnya lebih banyak karena semangat motivasi belajar anak yang rendah, termasuk dukungan orang tua sehingga tidak mendapat pendampingan maksimal. Kalau dari disleksia atau difabel ada, tapi persentasenya kecil," jelas Plt. Kadis Ariadi.
Menyikapi temuan ini, Plt. Kadis Ariadi sebelumnya telah melakukan koordinasi dengan Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna, S. H. Wabup Supriatna menunjukkan respons cepat dan serius terhadap permasalahan ini. Beliau menginstruksikan Disdikpora untuk segera menindaklanjuti temuan tersebut dengan melakukan kajian lebih mendalam, memberikan pendampingan khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca, serta mengeluarkan instruksi terkait pembatasan penggunaan smartphone di lingkungan sekolah. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan fokus pada peningkatan kemampuan literasi siswa.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng, I Made Sedana, turut memberikan pandangannya terkait persoalan ini. Ia menilai bahwa tingginya angka siswa yang belum bisa dan tidak lancar membaca merupakan indikasi rendahnya literasi di kalangan anak-anak. Made Sedana menyarankan agar Disdikpora melakukan mapping awal untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik setiap siswa, termasuk kemungkinan adanya siswa dengan kebutuhan khusus. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya mencermati pola mengajar guru, apakah beban administrasi yang tinggi justru membuat guru kurang optimal dalam memberikan pengajaran yang efektif.
Permasalahan rendahnya kemampuan membaca pada siswa SMP di Buleleng ini menjadi perhatian serius berbagai pihak. Langkah-langkah konkret dan terkoordinasi diharapkan dapat segera diimplementasikan untuk mengatasi masalah ini dan meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Buleleng secara keseluruhan.