(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Berhenti Membandingkan Anak: Luka Tak Terlihat yang Membekas Seumur Hidup

Admin disdikpora | 01 Agustus 2025 | 1011 kali

Berhenti Membandingkan Anak: Luka Tak Terlihat yang Membekas Seumur Hidup

 

PAUDPEDIA— Ayah, Bunda, Sobat PAUD, pernahkah teringat masa kecil ketika orang tua berkata, 'Iihat tuh kakakmu bisa begini, atau anak

tetangga sudah begitu," bahkan kadang dibandingkan dengan mereka sendiri, 'dulu Bunda kecil sudah bisa ini, masa kamu belum?

Atau mungkin Sobat PAUD pernah melihat anak-anak di sekitar kita diperlakukan seperti itu?"

Kadang membanding-bandingkan ini mungkin niat awalnya untuk memotivasi agar anak bisa menjadi lebih baik. tapi tahukah Ayah Bunda

perlakuan ini sangat melukai hati dan mencabik perasaan mereka. Tidak hanya itu, anak juga akan merasa tidak berharga dan tidak pernah merasa cukup akan dirinya sendiri.

Untuk mengetahui lebih dalam dampak membanding-bandingkan anak, mari kita simak penjelasan berikut ini

1. Menurunkan kepercayaan diri. Saat dibandingkan. anak merasa dirinya lebih buruk dan tidak berdaya. Perasaan ini akan terus membuat

kepercayaan diri mereka turun, bahkan mungkin saja membuatnya murung. Tidak hanya itu, periakuan tersebut juga menbuat anak melihat  dirinya sebagai orang yang tidak mampu dan tidak layak untuk dihargai.

 

2. Merusak mental anak di masa yang akan datang. Sejatinya setiap manusia memiliki perasaan. termasuk anak-anak. Mereka juga butuh.

diterima apa adanya. Namun, ketika hidup dalam pengasuhan yang tidak sepenuhnya menerima dan sibuk mencari celah kekurangan.

anak-anak justru akan merasa “tidak pernah cukup”. Mereka akan terus meragukan dirinya sendiri, pada akhirnya terus tumbuh dengan mental yang berantakan.

 

3. Munculnya rasa iri dan cemburu. Hati anak mana yang tidak terluka saat orang tua tidak pernah melihat cahaya kecil yang ada dalam

dirinya? Seolah kesempurnaan hanya milik saudara/orang lain. Perasaan ini akan membuat anak merasa kalah, lalu menimbulkan rasa iri bahkan benci yang berujung permusuhan.

 

4. Hubungan dengan orang tua menjadi renggang. Anak merasa orang tua tidak berpihak padanya, maka jarak emosional tak lagi bisa

dihindari. Saat remaja ia cenderung menutup diri dan mungkin jarang ngobrol dengan orang tua. Tidak hanya itu, iapun sulit merasakan

hangatnya sebuah rumah untuk pulang, atau bahkan mungkin bertanya-tanya “di mana sebenarnya rumah tempat pulang untuk bisa

berbagi dan diterima dengan utuh itu?" pastinya perasaan semacam ini tidaklah mudah untuk dilewati.

 

5. Menunjukkan perilaku memberontak. Beberapa anak akan merespons dengan cara berontak menentang aturan. melawan orang tua.

bahkan bersikap kasar. Padahal sebenarnya mereka cuma ingin mengatakan “terimalah aku apa adanya, jangan paksa aku menjadi orang lain”, hanya saja mereka tidak mampu mengungkapkan rasa itu dalam bentuk kata-kata.

 

Menyadari betapa pentingnya menerima anak apa adanya adalah keutamaan, mari kita sebagai orang tua terus berupaya menjadi tempat yang

hangat, aman, dan penuh penerimaan karena anak terlahir dengan beragam kemampuan dan karakter yang patut kita hargai tanpa menghakimi.

Yuk terus berikan pengasuhan positif untuk anak-anak kita, mereka layak dimengerti, layak didengarkan dan layak diterima dengan utuh.

 

Sumber : https://paudpedia.kemendikdasmen.go.id/galeri-ceria/ruang-artikel/berhenti-membandingkan-anak-luka-tak-terlihat-yang-membekas-seumur-hidup?ref=MjQ4Mi00Y2NiYTBjMA&ix=NDctNGJkMWM0YjQ