Speech Delay atau keterlambatan bicara merupakan istilah umum merujuk pada proses keterlambatan bicara dan berbahasa yang tidak sesuai dengan usia perkembangan anak. Beberapa orang tua menganggap speech delay sebagai kondisi normal atau hal yang biasa dialami dalam proses tumbuh kembang anak. Padahal terlambat bicara jika dibiarkan dan tidak ditangani dengan rujukan ahli bisa menjadi satu gangguan serius pada anak.
Psikiater anak dr. Anggia Hapsari, SpKJ dari dini.id mengatakan, kurangnya pemahaman dan perhatian serius dari orang tua mengenai kondisi speech delay pada anak dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak di tahap selanjutnya. Menurutnya, orang tua perlu mendeteksi sedini mungkin pada saat usia 12-13 bulan dan pada umur itu setidaknya anak mengucapkan tambahan satu sampai dua kata selain ma-ma atau da-da.
Speech delay pada anak merupakan suatu gangguan yang perlu diperhatikan, hal ini bukan sebuah diagnosa melainkan sebuah gejala, jadi pada anak dengan speech delay itu adalah gejala awal dari beberapa macam gangguan.
Speech delay dibagi menjadi dua klaster:
Ada banyak hal yang menjadi penyebab mengapa anak bisa mengalami keterlambatan bicara. Ini dia beberapa faktor penyebab anak mengalami speech delay.
Beberapa orang tua tidak sadar bahwa kebiasaan menonton TV pada anak bisa membuatnya mengalami keterlambatan bicara. Tontonan televisi dan video dari gawai hanya bekerja secara satu arah saja. Jika selama ini anak terbiasa menonton televisi sendirian, ia hanya akan menerima informasi tanpa melakukan proses interaksi sebab televisi tidak menstimulasi anak untuk mencerna dan memproses interaksi. Akibatnya, anak tidak mengerti betapa pentingnya berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, ia hanya akan mengira bahwa komunikasi yang wajar adalah komunikasi satu arah seperti yang ia dapatkan dari televisi atau gawai.
Jadwal pekerjaan yang selalu menumpuk setiap hari membuat orang tua kesusahan meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak, hal ini sangat berpengaruh dalam kemampuan berbahasanya. Orang tua yang jarang mengajak anak bercakap-cakap sangat mungkin membuat anak mengalami speech delay. Stimulasi dari lingkungan yang minim, berakibat kosakata yang dikuasainya pun akan terbatas. Sering-seringlah mengajak anak bercakap-cakap meskipun kata per katanya belum sepenuhnya dapat dipahami.
Anak dengan gangguan pendengaran juga akan mengalami masalah pada percakapan, gangguan itu membuatnya tidak bisa mendengar percakapan di sekitarnya. Hal ini otomatis akan langsung berpengaruh pada kemampuan bicara dan bahasanya. Gangguan pendengaran ini bisa terjadi karena trauma, infeksi, kelainan bawaan, infeksi saat hamil, atau pengaruh obat yang dikonsumsi ibu saat hamil. Jika gangguan pendengaran adalah penyebabnya, segera kunjungi dokter anak untuk memastikan apakah anak mengalami gangguan pendengaran atau tidak.
Kelainan organ bicara, seperti lidah pendek, bibir sumbing, kelainan bentuk gigi dan rahang, atau kelainan laring juga akan berpengaruh pada kemampuan berbicara. Misalnya, anak dengan lidah pendek akan kesulitan untuk mengucapkan huruf t, n, r, dan l.
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan adanya keterlambatan dan gangguan bidang kognitif, perilaku, komunikasi (bahasa), dan interaksi sosial. Jika anak mengalami keterlambatan bicara karena autisme, solusinya tidak hanya perlu terapis wicara saja. Ada baiknya segera berkonsultasi dengan terapis khusus autism supaya mendapatkan penanganan yang lebih akurat.
Faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami keterlambatan bicara adalah karena adanya gangguan di otak, khususnya pada daerah oral motor. Adanya gangguan ini akan menyebabkan anak mengalami masalah dalam mengolah suara. Lalu, gangguan pada sistem neurologis juga sangat mungkin menyebabkan anak mengalami keterlambatan bicara. Misalnya, anak yang mengalami distrofi otot bisa berpengaruh juga pada otot-otot untuk berbicara sehingga menyebabkan anak mengalami kesulitan memproduksi kata.
Selain dapat mengakibatkan anak kesulitan berkomunikasi, speech delay juga berakibat pada sulitnya orang tua memahami keinginan anak. Bahkan akibat lebih jauh, speech delay bisa berdampak serius. Anak akan sangat mudah untuk memiliki faktor risiko gangguan jiwa, seperti depresi dan anxiety.
Itu disebabkan karena mereka tidak bisa mengekspresikan apa yang mereka mau. Bagi mereka semua perasaan itu tidak nyaman, sebab mereka tidak bisa memberi tahu atau mengekspresikan apakah mereka sedih, marah, atau kecewa, dan ini bisa berawal dari speech delay.
Terkadang ketika anak merengek atau menangis, orang tua akan cenderung memberikan apa saja yang ia mau asalkan berhenti menangis, termasuk gawai. Sebaiknya ketika anak dalam keadaan seperti itu, yang tepat untuk dilakukan adalah harus adanya interaksi dua arah antara orang tua dan anak. Dengan interaksi dua arah yang semakin banyak, orang tua akan membantu perkembangan kosa kata anak, selain itu kemampuan emosionalnya juga akan lebih berkembang.
Ditulis oleh Frista Zeuny / Radio Edukasi / BPMRPK Yogyakarta