(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Dampak Kekurangan Kasih Sayang Ayah pada Anak/ Father Hunger

Admin disdikpora | 18 April 2022 | 6120 kali

PAUDPEDIA—Ayah, Bunda dan Sobat PAUD, kekurangan kasih sayang ayah mengacu pada tekanan emosional yang dialami seseorang sepanjang hidup, karena ayah mereka meninggalkan atau tidak hadir dalam  pengasuhan. Hal ini sering terjadi dalam masyarakat kita karena anggapan bahwa mengasuh adalah tugas utama seorang ibu, sementara ayah bertugas mencari nafkah semata. Padahal sosok ayah memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang anak, selengkapnya baca di https://anggunpaud.kemdikbud.go.id/berita/index/20210628112959/Pengaruh-Pendampingan-Ayah-Bagi-Tumbuh-Kembang-Anak. 

Kerinduan sang anak akan sosok ayahnya secara emosional dan mungkin tidak disadari akan terus dirasakan sepanjang hidup manusia. Rasa kerinduan dan kekurangan ini dapat mempengaruhi anak usia dini.

Perlu untuk kita ketahui bersama bahwa perasaan kekurangan sosok ayah bukan saja tentang apakah seorang anak mendapatkan  sosok ayah yang baik atau sebaliknya. Namun hal ini murni berakar pada kerinduan akan hubungan/koneksi secara emosional diantara mereka.

Lebih lanjut, berikut adalah penyebab seorang anak merasa kekurangan kasih sayang ayah:

  • Tidak memiliki ayah (meninggal dunia)
  • Merasa ditinggalkan (karena perpisahan)
  • Tinggal dengan ayah yang tempramen
  • Seorang ayah yang acuh terhadap tumbuh kembang anak, misalkan waktu luang (diluar jam kerjanya) hanya di pakai untuk main gadget atau berkumpul dengan teman-temannya.

Pada kasus perpisahan atau perceraian, apabila ayah diizinkan secara hukum untuk melihat atau menghubungi dan mengasuh bersama anak-anak mereka maka masih ada kemungkinan untuk memperbaiki, membangun kembali, atau memulihkan hubungan diantara mereka sehingga anak tidak merasa kekurangan kasih sayang.

Namun apa yang terjadi jika anak merasa benar-benar kekurangan kasih sayang ayahnya? Lebih jelasnya mari kita bahas beberapa dampak berikut ini:

1. Masalah perilaku seperti, anak akan sulit untuk mengatur emosi dan memunculkan masalah perilaku seperti adanya permusuhan dengan teman sebaya dan menjadi agresif ketika awal masuk sekolah, berpotensi untuk kenakalan remaja dan penyalahgunaan zat terlarang saat dewasa.

2. Pergaulan bebas dan kehamilan remaja, Anak-anak tanpa ayah lebih mungkin mengalami masalah kesehatan seksual, termasuk kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual sebelum usia 16 tahun. Anak perempuan yang kekurangan sosok ayah dari usia dini akan menunjukkan sikap lebih agresif terhadap laki-laki dan berupaya mengisi kekosongan itu dengan lawan jenis sehingga lebih rentan diekspoitasi laki-laki.

3. Disorientasi seksual, sosok ayah merupakan model bagi anaknya, terlebih bagi anak perempuan. Jika kehadirannya hanya membuat luka bathin dalam diri anak seperti sering melakukan kekerasan fisik, membentak, menghina, mengabaikan atau bahkan benar-benar tidak hadir dalam pengasuhan maka hal ini memicu anak perempuan untuk tidak menyukai sosok laki-laki  dalam hidupnya. Perasaan tidak suka ini muncul karena pengalaman yang tidak menyenangkan semasa kecilnya.

4. Memiliki konsep diri yang rendah, dalam pembentukan konsep diri anak dibutuhkan keselarasan peran kedua orang tua, bukan hanya ibu atau ayah melainkan keseimbangan diantara keduanya, ayah adalah sosok figur bagi anaknya dan penegak kedisiplinan yang akan mereka bawa sampai dewasa nanti.

5. Gangguan kesehatan mental, anak-anak yang tidak memiliki ayah lebih rentan dalam berbagai masalah kesehatan mental, terutama kecemasan, depresi, dan bahwa bunuh diri.

 Adapun untuk menghindari dampak negatif tadi atas, sosok ayah hendaknya dapat mengoptimalkan waktu bersama anak dengan melakukan berbagai kegiatan bersama yang menyenangkan, seperti saling berbagi cerita, mendongeng/membacakan buku cerita sebelum tidur, melakukan kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik seperti seperti melempar bola, sepak bola, bermain bola basket, berkebun, bertukang  ataupun pergi ke perpustakaan dan lain sebagainya.

Penulis : Ifina Trimuliana

Kurator : Dona Paramita

 

Referensi

Dinda Septiani, I. N. N. (2017). Peran Ayah (Fathering) Dalam Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi, 13.

Edward Kruk Ph.D..2012. Father Absence, Father Deficit, Father Hunger.physicology today. https://www.psychologytoday.com/us/co-parenting-after-divorce/201205/father-absence-father-deficit-father-hunger

Jeffery Rosenberg,  W Bradford Wilcox. (2006). The Importance Of Fathers In The Healthy Development Of Children. Washington: Acyf.

Lestari, R. H., & Alam, S. K. (2019). Analisis Keterlibatan Ayah Dalam Mengembangkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(Juni), 1–8.

Thehopeline. What Is Father Hunger & How To Address It. https://www.thehopeline.com/topics/father-hunger/

Primanita, R. Y., Adri, Z., & Pramisya, R. (2021). Identitas Gender dan Orientasi Seksual Ditinjau dari Parent Attachment Remaja LGBT di Sumatera Barat. 5(3), 10262–10269.