Salah satu kunci kesuksesan adalah memiliki sikap optimis, yakni memandang segala sesuatu dari sisi baik dan selalu memiliki harapan untuk hidup lebih baik. Orang yang optimis cenderung percaya diri, supel dalam bergaul, dan bersikap positif dalam menilai segala sesuatu.
Masalahnya, sikap optimis itu, salah satunya, terbentuk melalui pola asuh di keluarga, sejak usia dini sampai remaja. Tak sedikit orang tua memiliki pola asuh yang membentuk anak-anak menjadi pesimis, seperti takut akan masa depan yang belum terjadi, sikapnya yang tertutup dan sulit mencoba hal baru.
Berikut ini adalah karakter orang tua yang memicu anak-anak tumbuh menjadi seorang yang pesimis:
Orang tua perfeksionis
Orang tua dengan karakter perfectionis memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak-anaknya. Karakter orang tua seperti ini akan membuat anak-anaknya hidup dibawah tekanan. Anak dipaksa tumbuh hanya untuk memenuhi ambisi orang tuanya, seperti meraih prestasi dengan nilai tertinggi, selalu menanamkan menjadi juara pada setiap kompetisi, memilihkan cita-cita mereka menjadi apa saat dewasa nanti dan lainnya. Ketika mereka mengalami kegagalan seperti prestasinya menurun di kelas misalnya, ia akan mengalami stress dan menyalahkan dirinya sendiri. Jika dibiarkan, sikap menyalahkan diri sendiri tersebut akan membentuk karakter pesimis pada anak.
Orang tua Pemarah
Orang tua yang kerap memarahi anak jika melakukan kesalahan kecil di rumah, selalu berbicara dengan nada tinggi, serta sikap menyalahkan anak dari setiap masalah akan melekat pada diri anak-anak Anda. Dampaknya anak akan merasa takut, minder dan pesimis untuk melakukan hal-hal baru di kemudian hari.
Orang tua Pesimis
Tidak sedikit orangtua yang memiliki karakter pesimis yang ia tularkan pada anak-anaknya. Seperti, ketika anaknya ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi ternama, orang tua yang baik akan memberikan support untuk anaknya, sebaliknya orang tua yang pesimis akan menjatuhkan harapan dan merobohklan cita-cita anaknya karena ketakutannya akan masa depan yang belum terjadi. Mental pejuang seorang anak akan hilang ketika dididik oleh orang tua yang pesimis. Semua pendapat dan idenya justru dipatahkan oleh orang terdekat, orang terpenting dan orang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya. Yanuar Jatnika