Sumber | : | Materi Program Guru Penggerak (Modul 1.3 Visi Guru Penggerak) |
Penulis | : | FAUZIAH RAZAK,S.PD.I |
Artikel Refleksi
PGP- Angkatan 1- Kabupaten bone – Fauziah Razak-1.3- Aksi Nyata
Visi Guru Penggerak
Membiasakan budaya Salam, senyum & Sapa
(Melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif)
A. Latar Belakang
Lingkungan yang mendatangkan perasaan aman, nyaman dan bahagia adalah lingkungan yang diimpikan oleh semua orang termasuk warga sekolah. Untuk membangun rasa aman, nyaman, dan bahagia dalam suatu lingkungan dibutuhkan sinergi antara semua unsur dalam pendidikan untuk menciptakan interaksi yang baik. Salah satu inti positif dari proses interaksi yang baik adalah dengan adanya pembiasaan salam, senyum & sapa.
Pembiasaan salam, senyum dan sapa (3S) menjadi salah satu hal pokok dalam rangka menciptakan lingkungan yang kondusif yang diimpikan oleh para guru maupun warga sekolah. Salam, senyum, dan sapa dapat menjadi pembuka interaksi agar dapat menciptakan komunikasi yang efektif. Pembiasaan salam, senyum dan sapa dapat mempengaruhi konsep diri yang positif untuk dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Dalam praktik yang terjadi di lapangan, Salam, senyum dan sapa merupakan hal yang sepele bagi sebagian orang dan seringkali terabaikan. Padahal jika diterapkan dengan baik dan konsisten pembiasaan salam, senyum dan sapa akan menjadi karakter yang baik, dan menjadi kekuatan positif dalam lingkungan sekolah, terutama jika diterapkan sedini mungkin pada anak-anak. Oleh karena itu, dalam rancangan kali ini calon guru penggerak mencoba untuk membiasakan budaya salam, senyum & Sapa dalam komunitasnya (TKIT Asshiddiq) melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif.
B. Deskripsi Aksi Nyata
Ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan bagi calon guru penggerak untuk melakukan aksi pembiasaan salam, senyum dan sapa antara lain:
1. Untuk menumbuhkan interaksi yang baik
2. Menumbuhkan rasa aman dan nyaman terhadap seluruh warga sekolah
3. Membiasakan karakter positif terutama karakter ramah
4. Membangun sikap kepedulian antar warga sekolah
Aksi nyata membiasakan budaya salam, senyum dan sapa, diawali dengan Identifikasi tindakan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif melalui Proses BAGJA, dengan uraian
Prakarsa: Pembiasaan Salam, Senyum dan Sapa (Melalui Pendekatan Inkuiri Apresiatif)
Tahapan:
1.B-uat pertanyaan (Define)
Pertanyaan:
Daftar Tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
2.A-mbil pelajaran (Discover)
Pertanyaan:
Daftar Tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
3.G-ali mimpi (Dream)
Pertanyaan:
Daftar Tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
4.J-abarkan rencana (Design)
Pertanyaan:
Daftar Tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
5.A-tur eksekusi (Deliver)
Pertanyaan:
Daftar Tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
C. Hasil dari aksi nyata
Hasil dari aksi nyata pembiasaan budaya salam, senyum, dan sapa (melalui pendekatan inkuiri apresiatif) antara lain:
1. Membuka komunikasi efektif dalam interaksi dan proses Pembelajaran
Pembiasaan salam senyum dan sapa dilaksanakan guru dan anak didik dalam membuka komunikasi dan interaksi antara anak didik. Dalam pembelajaran virtual (TKIT Asshiddiq) guru akan membuka proses interaksi dengan salam, menyambut dengan senyum serta menyapa sembari menanyakan kabar. Hal ini merupakan langkah efektif yang dilakukan guru untuk memulai proses pembelajaran dan mencairkan suasana tegang dan kaku.
Berbeda halnya dalam kegiatan home visit di TKIT Asshiddiq. Pembiasaan salam, justru dilakukan lebih awal dalam proses penyambutan anak didik di lokasi home visit. Guru akan menyambut anak yang datang dengan salam. Selama pandemi covid-19 kegiatan salim (mencium tangan) ditiadakan dengan alasan PHBS. Namun, hal ini tak serta merta menyurutkan semangat guru di TKIT Asshiddiq. Untuk tetap membudayakan salam, guru mengganti kegiatan salim dengan menengadahkan tangan ke atas (anak-anak menyebutnya “salam corona’). Kegiatan penyambutan dilakjutkan dengan menyapa anak didik maupun pengantar (orang tua) dengan senyum sembari menanyakan kabar. Hal ini menjadi pembuka dalam membangun komunikasi efektif dalam interaksi maupun proses pembelajaran.
2. Membangun rasa aman dan nyaman
Selain membuka komunikasi efektif, pembiasaan salam, senyum dan sapa ternyata juga berdampak dalam membangun rasa aman dan nyaman. Melalui komunikasi yang efektif, anak didik maupun warga sekolah lainnya akan merasa dihargai, serta diakui keberadaannya. Rasa canggung dapat diatasi dengan salam, senyum dan sapaan lembut baik antar anak didik maupun warga sekolah lainnya.
Rasa aman dan nyaman juga dibangun guru dengan senantiasa menyakan perasaan anak didik baik saat datang maupun saat akan pulang. Sebagian besar anak didik menjawab senang belajar hari ini. jika ada perasaan negatif yang muncul sebelum pulang maka ini akan menjadi bahan intropeksi bagi guru untuk memperbaiki interaksi dan komunikasi selama proses berlangsung.
3. Mengenalkan karakter positif kepada anak didik (ramah & peduli)
Pembiasaan salam, senyum dan sapa yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan secara tidak langsung mengajarkan kepada anak didik karakter positif untuk menghargai keberadaan orang lain. Anak didik di TKIT Asshiddiq mengenal dan mempelajari sikap ramah melalui interaksi kepada guru, orang tua maupun warga yang ada di sekolah.
Pembiasaan salam, senyum dan sapa juga mengajarkan kepada anak didik mengenai konsep kepedulian. Sikap ramah mampu membangun kepekaan terhadap orang lain, contoh konkret dengan menyapa teman saat datang serta menanyakan alasan atau perasaan saat salah satu temannya bersedih.
D. Pembelajaran yang di dapat (Kegagalan & Keberhasilan)
Ada beberapa keberhasilan yang di dapatkan dari aksi nyata pembiasaan salam, senyum dan sapa (melalui pendekatan inkuiri Apresiatif) antara lain:
1. Menumbuhkan interaksi yang baik, dan membuka komunikasi yang effektiff
2. Menumbuhkan rasa aman dan nyaman terhadap seluruh warga sekolah
3. Membiasakan karakter positif terutama karakter ramah
4. Membangun sikap kepedulian antar warga sekolah
Ada beberapa kegagalan yang di dapatkan dari aksi nyata pembiasaan salam, senyum dan sapa (melalui pendekatan inkuiri Apresiatif) antara lain:
1. Daya inovasi dan kreativitas guru masih kurang dalam menciptakan penyambutan dengan budaya salam yang menarik, terlebih terhalang pandemi
2. Sulit mensosialisasikan budaya salam, senyum dan sapa kepada Yayasan, warga sekolah tertentu seperti satpam dan petugas kebersihan karena terhalang pandemi
E. Rencana Perbaikan
1. Menciptakan budaya salam dengan lebih menarik sehingga dapat membangun semangat anak didik
2. Aktif mens mensosialisasikan budaya salam, senyum dan sapa kepada Yayasan, warga sekolah tertentu seperti satpam dan petugas kebersihan agar pembiasaan budaya salam dan sapa dapat terlaksana secara menyeluruh
F. Dokumentasi Proses & Hasil Pelaksanaan
Pembiasaan salam, senyum dan sapa dalam pembelajaran Virtual
Guru membiasakan budaya salam saat memulai aktivitas pembelajaran virtual
Guru membiasakan menyapa anak didik pada aktivitas pembelajaran virtual
Pembiasaan Salam senyum dan sapa membuka komunikasi efektif dan interaksi positif
Guru menyapa dan memberi salam kepada anak didik dalam pembelajaran home visit
Mengenalkan karakter positif kepada anak didik (ramah & peduli)
Pembiasaan salam senyum dan sapa mengajarkan sikap ramah dan mendatangkan perasaan aman, nyaman dan menggembirakan
Saling menyapa dan memberi salam antara guru
Membangun interaksi positif dengan orang tua dengan pembiasaan salam, senyum, dan sapa
Sumber : https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/membiasakan-budaya-salam-senyum-sapa-melalui-pendekatan-inkuiri-apresiatif/