(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Refleksi Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Admin disdikpora | 29 Maret 2022 | 1167 kali

Diterbitkan:19 November 2020 16:17
Sumber:Cucu Suryani
Penulis:CUCU SURYANI

Trilogi Pendidikan

Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (di tengah membangun semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan)

Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari tentang Pemikiran Ki Hajar Dewantara?Murid adalah anak didik kita yang harus kita didik dengan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang berlaku saat ini. Setiap hari saya berusaha dengan rencana-rencana pembelajaran yang sudah di susun sebaik mungkin.

 

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari tentang Pemikiran Ki Hajar Dewantara? Murid adalah anak didik kita yang memiliki kodrat alam yang selalu ingin merdeka sejak dari kandungan, ia menangis jika merasa kehausan hingga jiwa merdeka saat ia dewasa.

Setiap anak memiliki kodratnya masing-masing yang sudah digariskan walaupun masih samar, maka tugas kita sebagai pendidik adalah membimbing, menuntun, dan menjadi instruktur agar murid kita merdeka sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Selain itu, hal yang terpenting dalam pendidikan anak kita adalah memberikan pendidikan akhlak atau budi pekerti. Peran orangtua ketika dirumah, peran guru ketika berada di sekolah dan peran masyarakat ketika di lingkungan sekitarnya sangat penting untuk mendidik dan dijadikan teladan atau panutan dalam melakukan sikap-sikap terpuji sehingga anak-anak kita memiliki sikap beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang Maha Esa, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, kreatif dan kebhinekaan global yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. 

Pendidikan yang kita berikan harus sesuai dengan tuntunan alam dan zamannya. Saat ini setiap anak harus memiliki keterampilan abad 21 yang meliputi creativity thinking, critical thinking, comunication dan collaboration. Siswa harus kreatif, mampu berpikir kritis, mampu berkomunikasi dengan baik, dan mampu berkolaborasi dengan baik.

Ketika pembelajaran di kelas, anak-anak sering sekali tidak memperhatikan penjelasan guru. Mereka lebih asyik dengan bermain dan bercanda bersama teman-temannya. Sebagai seorang pendidik kita harus memahami bahwa bermain adalah kodrat anak. Guru harus menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar sesuai dengan kodrat anak. Dengan bermain anak dapat mengolah cipta dan rasa sehingga menjadi sebuah karya dan budi pekerti. Anak yang terpenuhi kodratnya akan tumbuh menjadi insan yang memiliki budi pekerti yang baik atau yang dikenal dengan akhlakul karimah ( akhlak yang terpuji).

Seorang pendidik diibaratkan sebagai petani dan anak didik kita diibaratkan sebagai bibitnya. Petani harus merawat, memberi air, menyiangi gulma dan memberi pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan banyak lagi. Namun, petani tidak mungkin dapat mengubah bibit mangga menjadi anggur, karena itu merupakan kodrat alam dan dasar yang harus diperhatikan dalam pendidikan dan itu di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai pendidik.

Pendidikan yang diberikan harus berpihak kepada anak, kita tidak bisa memaksakan kehendak yang kita inginkan. Anak adalah sang pemeran utama yang merupakan subjek bukan objek pendidikan. Guru dan murid harus berkolaborasi bersama untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimilikinya dan dapat mengakomodasi karakteristik masing-masing agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara? Yang segera akan saya terapkan dalam pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah: mendesain dan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan berpusat pada peserta didik (student centered). Dalam hal ini saya menggunakan model pembelajaran cooperative learning dan metode permainan, sehingga siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu, pembinaan dan pembiasaan pendidikan budi pekerti, baik di sekolah maupun di rumah harus lebih ditingkatkan dan dikontrol oleh semua pihak. Dalam hal ini peran guru, orang tua dan masyarakat sangat penting dalam mengontrol dan menjadi panutan atau teladan bagi siswa agar menjadi pelajar yang memiliki kompetensi global dan berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

 

Rancangan Tindakan Untuk Aksi Nyata

Rancangan ini dilatarbelakangi oleh kondisi bahwa pembelajaran yang terjadi saat ini lebih didominasi oleh guru (teacher centered), sehingga siswa hanya mendengarkan, menjawab soal dan mengikuti apa yang diarahkan oleh guru. Selain itu, orangtua selalu mengandalkan pendidikan di sekolah baik pendidikan budi pekerti maupun pengetahuan kognitifnya, sehingga orang tua tidak merasa mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya di rumah. Untuk itu, disusunlah rancangan tindakan ini yang berguna sebagai pedoman dalam mewujudkan aksi nyata pembelajaran yang sesuai dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Tolak ukur dalam aksi nyata ini adalah terciptanya suasana belajar yang menyenangkan bagi anak, potensi anak berkembang sesuai dengan kodratnya serta terwujudnya siswa-siswa yang memiliki budi pekerti. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari seluruh stakeholder yang ada di lingkungan sekolah, orang tua siswa dan semua lapisan masyarakat.

Kepala sekolah berperan untuk memonitoring serta  mengevalusi kegiatan pembelajar yang sesuai dengan profil Pancasila. Guru berperan untuk memberikan bimbingan dan teladan kepada siswa, Mengembangkan dan melakukan fasilitasi terhadap siswa. Orang tua berperan untuk memberikan bimbingan dan teladan saat di rumah, dan masyarakat berperan sebagai pendukung dalam mengawasi perilaku siswa di luar lingkungan sekolah.

Tindakan yang akan dilakukan :

  1. Mendesaian dan melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dengan menggunakan pembelajaran Cooperative Learning dan menggunakan metode permainan.
  2. Memberikan pendidikan budi pekerti dengan melaksanakan pembiasaan dalam kegiatan keagamaan di sekolah maupun di rumah, dan menumbuhkan sikap sopan santun, disiplin, gotong royong dan kreatif pada siswa.
  3. Melakukan koordinasi dengan pihak kepala sekolah, guru dan orangtua siswa untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa serta yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara

Tindakan aksi nyata ini diharapkan dapat mengubah pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan Indonesia yang merdeka untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

link:

https://filosofipemikirankihajardewanatar.blogspot.com/2020/10/koneksi-antar-materi.html