(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

5 Penyebab Remaja Malas Berbicara dengan Orang Tua

Admin disdikpora | 22 Januari 2018 | 10294 kali

Dalam suatu diskusi tentang parenting, seorang peserta yang ibu dari dua orang remaja, mengeluh karena anak remajanya susah diajak bicara. Setiap kali diajak bicara, selalu ada alasan untuk menghindar, seperti ada janji belajar bersama teman-temannya, mau ngerjain pekerjaan rumah, dan berbagai alasan lain.

Ada beberapa penyebab, kenapa remaja segan bahkan malas berbicara dengan orang tuanya. Beberapa itu diantaranya:

 

Orang tua kurang mendengarkan ide remaja.

Usia remaja adalah usia yang penuh dengan ide dan keinginan bereksplorasi. Bisa tentang hobbinya, masa depannya, teman-temannya, sekolahnya dan lain sebagainya. Namun, tak sedikit orang tua yang tidak menerima pendapat remaja. Orang tua kerap beralasan: “Ah, kamu memang sudah mengerti apa yang kamu katakan”, atau “ Sok tahu kamu”,  “Ibu ini lebih pengalaman dari kamu”, “Kamu ini mentang-mentang pintar, mau sok ngatur orang tua,” dan berbagai alasan lainnya.

 

Hubungan dengan teman-teman sebaya

Remaja itu kodratnya mulai senang bergaul dengan teman-temannya untuk melakukan aktivitas bersama, seperti olah raga, berkesenian, nongkrong, dan lain-lainnya. Saat ngumpul-ngumpul itu, mereka lebih sering banyak bertanya kepada teman-teman sebaya. Dengan seringnya komunikasi dengan teman-teman sebaya, perlahan demi perlahan komunikasi anak dengan orang tua akan berkurang sehingga anak remaja akan lebih terbuka dengan teman dari pada dengan orang tua.

 

Remaja tak percaya pada orang tua

Banyak orang tua yang sama sekali tidak sensitif terhadap perasaan dan suasana hati anak remajanya. Mereka tidak menyadari apa yang dipikirkan dan dirasakan anak remajanya. Ketika itu terjadi, remaja akan kehilangan kepercayaannya pada orang tua.

 

Tidak adanya afeksi positif

Afeksi yang meliputi emosi atau perasaan antara anggota keluarga bisa bersifat positif atau negatif. Afeksi positif menunjukan kehangatan, seperti kasih sayang, saling membutuhkan dan sensitifitas. Afeksi negatif ditandai oleh emosi yang dingin, penolakan, dan rasa permusuhan. Bila afeksi negatif yang banyak muncul, remaja bisa ‘melarikan diri’ dari keluarga dan lebih nyaman berkumpul dengan teman-temannya.

 

Ingin melepaskan diri

Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari pengasuhan orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya. Proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego. Remaja berusaha menjadi individualitas yang mantap, dan bisa berdiri sendiri. Yanuar Jatnika