(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

VIDEO PEMBELAJARAN PENGENALAN HURUF ABJAD UNTUK ANAK USIA DINI

Admin disdikpora | 09 Maret 2022 | 1060 kali

Bahasa merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan seorang anak untuk masa depan. Apalagi di era komunikasi global saat ini yang tentu saja menggunakan bahasa sebagai media komunikasi. Segala sumber ilmu dan informasi bermediakan bahasa. Ketika kemampuan bahasa anak terhambat dikhawatirkan akses anak terhadap ilmu dan informasi akan terhambat. Anak adalah cikal bakal sumber daya manusia (SDM) di masa yang akan datang. SDM masa depan tidak akan berkualitas baik jika aksesnya terhadap ilmu dan informasi terhambat karena kemampuan dasarnya, yaitu kemampuan bahasa terhambat. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan bahasa harus diberikan sedini mungkin.

Anak yang bermasalah dengan kemampuan bahasa ekspresif akan mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran dan merasa frustasi karena dia tidak bisa mengemukakan ide dengan baik. Jika tidak diatasi sejak dini hal tersebut akan terus berlanjut sampai dewasa dan kemampuan akademik anak akan mengalami masalah. Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak memerlukan orang dewasa yang memberi stimulasi, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya. Orang dewasa yang memiliki peran paling utama dan pertama adalah orang tua, terutama ibu.

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam setiap tahap perkembangan bahasa anak. Ikatan emosional yang mendalam antara ibu dan anak akan membentuk pola respons bagi anak terhadap stimulus dari luar atau dengan kata lain apa yang dilakukan seseorang pada dasarnya merupakan refleksi dari apa yang mereka ketahui dan alami pada masa kanak-kanak dari orang tuanya terutama ibu. Selain keluarga, lingkungan di sekitar anak pun turut mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Jika anak bersekolah, maka lingkungan selanjutnya yang memengaruhi perkembangan bahasa adalah sekolah.

Saat anak memasuki usia kelompok bermain atau taman kanak-kanak, perkembangan bahasanya belum sempurna. Mereka masih memiliki keterbatasan dalam pengalaman dan pemahaman tentang dunia di sekitarnya. Mereka membutuhkan suatu kesempatan untuk bisa berbicara, berdiskusi, menyusun hipotesis dan sintesis. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator sebaiknya menyusun pembelajaran yang memberikan stimulasi perkembangan bahasa anak seperti diskusi, cerita yang kreatif, film, dan lain-lain. Hal tersebut akan membantu menciptakan makna dari pengalaman mereka sendiri dalam dunia nyata ke dalam variasi simbol linguistik yang lebih luas.

G Moore, seorang sosiolog sekaligus pendidik, mengatakan bahwa pada usia 3—5 tahun, anak-anak dapat diajari menulis, membaca, dikte dengan belajar mengetik, baik menggunakan mesin tik maupun komputer. Sambil mengetik anak-anak belajar mengeja, menulis, dan membaca (Riyanto dan Martin 2004:15). G Moore, meyakini kehidupan tahun-tahun awal merupakan tahun-tahun yang paling kreatif dan produktif bagi anak-anak. Walaupun pada umumnya seorang anak mulai sekolah di tingkat sekolah dasar (SD) pada usia 6--7 tahun. Namun, juga perlu memperhatikan pendidikan anak-anak sedini mungkin, misalnya jika anak sudah berumur 3 tahun dapat dimasukkan ke dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) atau kelompok bermain.

Pendidikan anak pada usia dini sangat diperlukan karena pada tahap tersebut sistem pengajaran akan memengaruhi tingkah laku dan pola berpikir anak. Belajar mengenal huruf adalah proses pengenalan bunyi-bunyi wicara (fonem) dan kata-kata yang pada awalnya akan ditangkap oleh anak sebagai bahasa lisan. Dalam proses pengenalan ini anak belum sampai pada proses belajar barumengenal dan memahami bunyi-bunyian itu. Ketika anak sampai pada proses pengenalan huruf-huruf abjad/alfabet ada hal penting lain yang patut menjadi perhatian, yaitu mencermati kemampuan memori anak perlu dilakukan agar jangan sampai anak merasa dipaksa untuk menghafal semua huruf dalam waktu singkat. Kemampuan membaca mewajibkan seseorang mampu mengenal huruf. Oleh karena itu,perlu adanya media visual suara pengenalan huruf tersebut kepada anak usia dini.

Pada tahap inilah peran media pembelajaran dibutuhkan untuk mengakomodasikebutuhan pada proses belajar. Media pembelajaran yang dimaksud adalah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pada awalnya media berfungsi sebagai alat visual (alat peraga) dalam kegiatan pembelajaran, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa guna meningkatkan motivasi belajar, memperjelas serta mempermudah konsep yang abstrak, dan mempertinggi retensi (daya serap) siswa. Media pembelajaran secara singkat dapat dikemukakan sebagai sesuatu (bisa berupa alat, bahan, atau keadaan) yang digunakan sebagai perantara komunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Jadi ada tiga konsep yang mendasari batasan media pembelajaran tersebut, yaitu konsep komunikasi, konsep sistem dan konsep pembelajaran.

Fungsi media dalam kegiatan pembelajaran tidak lagi sekadar peraga bagi guru melainkan pembawa informasi/pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Dengan demikian pola interaksi edukatif akan lebih bervariasi hingga meliputi 5 pola berikut.

  1. sumber berupa orang saja (seperti yang kebanyakan terjadi di sekolah kita sekarang);
  2. sumber berupa orang yang dibantu oleh/dengan sumber lain;
  3. sumber berupa orang bersama dengan sumber lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab;
  4. sumber lain saja tanpa sumber berupa orang; dan
  5. kombinasi dari keempat pola tersebut dalam bentuk suatu sistem.

Fungsi media pembelajaran menurut McKown dalam bukunya “Audio Visual Aids To Instruction” (1991) mengemukakan empat fungsi media. Pertama, mengubah titik berat pendidikan formal, yang artinya dengan media pembelajaran yang tadinya abstrak menjadi konkret, pembelajaran yang tadinya teoritis menjadi fungsional praktis. Kedua, membangkitkan motivasi belajar, dalam hal ini media menjadi motivasi ekstrinsik bagi pebelajar,sebab penggunaan media pembelajaran menjadi lebih menarik dan memusatkan perhatian pembelajar. Ketiga, memberikan kejelasan agar pengetahuan dan pengalaman pemelajar dapat lebih jelas dan mudah dimengerti maka media dapat memperjelas hal itu. Keempat, yaitu memberikan stimulasi belajar terutama rasa ingin tahu pemelajar. Daya ingin tahu perlu dirangsang agar selalu timbul rasa keingintahuan yang harus penuhi melalui penyediaan media. Rowntree mengemukakan enam fungsi media, yaitu: 1) membangkitkan motivasi belajar, 2) mengulang apa yang telah dipelajari, 3) menyediakan stimulus belajar, 4) mengaktifkan respon siswa, 5) berikan umpan balik dengan segera, dan 6) menggalakkan latihan yang serasi.

Media pembelajaran dipengaruhi oleh metode mengajar dalam penggunaannya. Kehadiran media pembelajaran sangat tergantung pada tujuan dan isi atau substansi pembelajaran itu sendiri. Kehadiran media dalam pembelajaran juga ditentukan oleh cara pandang atau paradigma terhadap sistem pembelajaran. Media memiliki berbagai peran dalam aktivitas pembelajaran. Media pembelajaran dapat disebut sebagai bagian integral dalam pembelajaran. Media harus hadir dalam setiap aktivitas pembelajaran di kelas. Keberadaan media pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa dan didasarkan pada apa yang ingin dilakukan oleh peserta didik, atau apa yang ingin dihasilkan oleh peserta didik, atau peserta didik ingin menjadi apa. Jika media digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran (proses belajar dan mengajar)media itu harus dipilih dan digunakan karena media ini memiliki potensi untuk mempermudah belajar. Secara umum untuk mengembangkan multimedia pembelajaran perlu diperhatikan prinsip VISUALS, yaitu

visible             : mudah dilihat

interesting       : menarik

simple             : sederhana

useful              : isinya berguna / ber manfaat

accurate          : benar (dapat diper- tanggungjawabkan)

legitimate        : masuk akal/sah

Menurut Kentut (2009) pengembangan media harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan media pembelajaran. Beberapa prinsip berikut perlu dipertimbangkan ketika akan mengembangkan media pembelajaran. Unsur-unsur yang perlu didayagunakan pada pembuatan media pembelajaran ini antara lain memiliki kemampuan untuk menampilkan teks, gambar, animasi, dan unsur audio-visual. Sedapat mungkin unsur-unsur tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam pembuatan media pembelajaran yang akan dibuat. Keempat, prinsip kebenaran materi dan kemenarikan sajian. Materi yang disajikan harus benar substansinya dan disajikan secara menarik.

Media pembelajaran yang digunakan untuk anak usia dini harus memudahkan anak untuk memahami materi yang disampaikan. Anak usia dini memiliki ketertarikan pada gambar, musik, audio dan warna yang beragam. Hal tersebut membuat anak bersemangat dalam belajar. Salah satu media video yang dapat memadukan semua unsur tersebut yaitu video animasi. Animasi merupakan media gambar dan teks yang bergerak dan dapat disertai dengan musik. Animasi berarti gerakan image atau video, seperti gerakan orang yang sedang melakukan suatu kegiatan, dan lain-lain. Animasi seperti halnya film, dapat berupa frame-based atau cast-based animation (animasi berbasis cast) mencakup pembuatan kontrol dari masing-masing objek (kadang disebut cast member atau actor) yang bergerak melintasi latar belakang (background). Tahapan dalam membuat video pembelajaran animasi adalah sebagai berikut.

1.     Pembahasan materi video pembelajaran literasi, sastra anak, psikologi anak, desain animasi, dan perfilman.
  • Penyusunan rancangan video pembelajaran.
  • Penyusunan  garis besar isi media (GBIM)  video pembelajaran.
  • Pembuatan  rancangan  jabaran materi dan skenario.
  • Desain animasi termasuk didalamnya karakter tokoh.
  • Naskah skenario cerita dalam video animasi.
2.    Melakukan rembuk naskah dengan tujuan menyamakan persepsi antara penulis, pengkaji materi, pengkaji media, dan tim produksi.
3.    Kegiatan Produksi
  • Pembuatan karakter.
  • Pengilustrasian karakter.
  • Perekaman (shooting) video.
  • Pengisian suara (dubbing).
  • Video editing.
  • Perevisian video.
  • Penyuntingan video pembelajaran.
  • Penyelarasan video
4.     Kegiatan Pascaproduksi. Pada pascaproduksi perlu dilakukan
  • Diseminasi/uji coba kepada calon pengguna video pembelajaran.
  • Penilaian.
  • Penggandaan.
  • Pencetakan video dalam bentuk CD.

Sumber Bacaan

Kentut. (2009). Pembuatan Media Presentasi. Jakarta: Pustekkom Kemdikbud.

McKeown. 1991 Audio Visual Aids to Instruction Auditing: A Journal of Practice and Theory. Supplement: 1-13

Riyanto, Theo dan Handoko, Martin, Pendidikan Pada Usia Dini, (Jakarta: PT Grasindo, 2004)