(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

MENGGALI POTENSI POSITIF SISWA MELALUI PERMAINAN KATA POSITIF

Admin disdikpora | 21 Juni 2021 | 665 kali

Diterbitkan : 8 Februari 2021 17:13
Sumber : Said Amiruddin
Penulis : SAID AMIRUDDIN

Latar Belakang

Setiap orang memiliki potensi di dalam dirinya, meski mungkin saja jumlah potensi ini tidak pernah sama antara satu dengan yang lainnya. Berbagai macam potensi diri inilah yang kemudian akan membantu kita untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berbagai hal, termasuk dalam mengatasi berbagai masalah dan kendala yang kita temui di dalam kehidupan. Begitu juga dengan murid di setiap kelas, mereka semua memiliki potensi masing-masing. Guru yang dalam konteks merdeka belajar disebutkan sebagai penuntun diharapkan untuk mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada muridnya, sehingga potensi tersebut bernilai positif bagi murid-muridnya. 

Dewasa ini banyak kita lihat kalau guru lebih memikirkan pengembangan pengetahuan pada muridnya. sehingga pengembangan pendidikan lebih mengarah kepada pemahaman pengetahuan. Murid dianggap berpotensi apabila bisa menjadi juara kelas, yang juara tersebut ditentukan oleh penilaian pengetahuan semata. Meskipun dalam pengembangan Kurikulum 2013 ini disebutkan bahwa penilaian yang diberikan kepada murid bersifat autentik, artinya tidak semata pengetahuan yang dinilai. Namun kenyataan di lapangan masih banyak kita lihat kalau masyarakat baik itu guru, orang tua, atau pemangku kepentingan lainnya dalam dunia pendidikan beranggapan bahwa murid yang berpotensi adalah murid yang mempunyai keunggulan secara akademik.

Paradigma seperti di atas rasanya perlu kita ubah. Setiap insan merupakan ciptaan yang Maha Kuasa yang memiliki potensi masing-masing. Sebagai salah satu bagian dari pemangku pendidikan, guru perlu mengetahui potensi positif pada setiap muridnya. baik potensi intelektual, emosinal maupun spritual pada setiap muridnya. Sehingga data tersebut bisa berguna bagi guru untuk menuntun muridnya dalam mengembangkan potensi mereka. Oleh karena itu pada aksi nyata 1.3 Program Guru Penggerak (PGP) angkatan 1 ini, saya mencoba menggali potensi positif pada murid melalui permainan kata positif. 

Deskripsi dan Hasil Aksi Nyata

Conny R. Semiawan (2008: 19-20) mengungkapkan bahwa permainan adalah berbagai kegiatan yang sebenarnya dirancang dengan maksud agar anak dapat meningkatkan beberapa kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman belajar. Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya dari yang tidak anak kenal sampai pada yang anak ketahui dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya.

Permainan yang saya lakukan pada kegiatan ini adalah permainan kata positif. Pemainan ini dilakukan dengan meminta kepada anak untuk menyebutkan kata positif. Kata tersebut ditulis pada kertas post it yang telah dibagikan kepada setiap murid. Kata yang ditulis diharapkan spontan keluar dari mereka, artinya ketika guru memerintahkan untuk ditulis mereka langsung menulis tanpa harus berpikir terlebih dahulu. Tujuan dari spontanitas ini adalah untuk menemukan hal positif pada mereka, karena biasanya yang spontan keluar itu adalah sesuatu yang sering ada atau kita lihat, sehingga kata positif yang mereka tulis biasanya juga mereka miliki.

Setelah menulis kata positif di kertas post it mereka masing-masing, guru meminta semua dari murid dalam kelas tersebut untuk memperhatikan temannya, kemudian memilih satu dari teman mereka. Setelah mereka memilih, guru meminta untuk menyebutkan kata positif untuk teman mereka tersebut. Hal ini dilakukan untuk menemukan hal positif melalui penilaian teman. Karena guru berpikir bukan hanya guru yang berhak menilai hal positif pada muridnya, tetapi sesama mereka (murid) juga mempunyai hak untuk menyebutkan potensi positif pada temannya. karena sesama murid, mereka lebih sering bersama. Semua murid memiliki kesempatan untuk memilih teman dan menyebutkan kata positif untuk temannya. 

Di akhir kegiatan guru meminta siswa untuk mengumpulkan kertas tersebut. Guru juga menuliskan kata positif untuk semua muridnya. Kertas tersebut disatukan, ditempel dan dibaca oleh mereka semua, sehingga semua mereka berpikir bahwa semua kita punya potensi positif.

Hasil yang guru harapkan dari kegitan ini adalah guru memiliki data potensi positif setiap muridnya, sehingga guru akan menuntun mereka. Sesuatu hal yang berharga saya dapatkan pada kegiatan ini. Murid-murid saya meminta untuk menyebutkan potensi positif pada diri gurunya yang hal ini tidak pernah saya rencanakan. Dari sini saya berpikir, mungkin ini adalah salah satu bentuk dari merdeka belajar. 

Hal lain yang saya dapatkan dari kegiatan ini adalah, kata positif yang mereka sebutkan tidak menunjukkan potensi positif yang beragam. baik itu potensi positif fisik maupun non fisik. Misalnya mereka menulis kata cantik, pintar, periang, pemaaf, berani, suka membantu, dermawan. Dari sekian kata yang mereka tulis ternyata lebih banyak mereka menulis kata dermawan, pintar, dan senang berteman. Artinya di sini mereka sudah menggali potensi secara keseluruhan, baik potensi intelektual dengan kata pintar, potensi emosional (senang bergaul), dan potensi spritual (dermawan). Ini hal yang luar biasa menurut saya, di mana murid usia SD dapat menunjukkan bahwa potensi yang mereka butuhkan bukan secara intelektual saja namun juga emosional dan spritual. Begitu banyak saya melihat ketika penilaian antar teman yang menulis kata dermawan dan senang bergaul untuk temannya. Hal ini berarti yang mereka butuhkan dari temannya adalah sifat seperti itu.   

Pembelajaran yang Didapat: Keberhasilan dan Kegagalan

Kunci dari keberhasilan adalah adanya sebuah perubahan yang menjadi suatu pembiasaan yang berarti. Dalam hal ini, keberhasilan dari program ini dapat dilihat dari perubahan kecil yang diberi dan dilakukan oleh seorang pendidik di dalam kelasnya. Tujuan kegiatan ini adalah menemukan potensi pada muridnya. Potensi tersebut digali dari mereka sendiri dan teman-temanya, sehingga merdeka belajar bisa terlaksana.

Selain itu dari kegiatan ini, saya sebagai seorang guru mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Kegiatan ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran itu butuh kemerdekaan. Guru bukan pemegang kekuasaan pembelajaran sehingga yang berhak memberi nilai hanya guru, tetapi sesama mereka (murid) jauh lebih berhak menilai. Selain itu penilaian yang selama ini dilakukan melalui hasil ujian itu hanya untuk menguji pengetahuan mereka semata. Masih banyak potensi positif lain yang harus dilhat seorang guru terhadap muridnya. Sehingga ungkapan murid bodoh, malas, bandel tidak muncul lagi dalam forum diskusi guru. Rapat kenaikan kelas yang biasanya diadakan di akhir tahun mungkin bisa diganti dengan rapat penemuan potensi positif pada muridnya. Sehingga yang dipermasalahkan bukan hal negatif pada murid seperti nilai rendah siswa, tetapi yang disebutkan adalah siswa yang periang, siswa yang santun, siswa yang rajin dan kata positif lainnya.

Setiap kegiatan selalu ada lebih dan kurangnya. Sebagai seorang manusia, guru perlu berpikir bahwa setiap kegiatan yang dilakukannya selalu perlu perbaikan. Oleh karena itu perlu melihat hal-hal yang kurang dari kegiatan tersebut. Dalam kegiatan ini, guru beranggapan masih kurang berpihak pada murid. Hal ini hanya dilakukan oleh guru sesekali saja, seterusnya guru akan terus mengejar target pengetahuan yang harus dipenuhi siswa. Oleh karena itu guru perlu terus melakukan perbaikan dan perubahan yang positif.

Untuk melakukan perbaikan guru berencana melaksanakan kegiatan ini pada tahun berikutnya. Selanjutnya, guru akan selalu berusaha menuntun siswa untuk bisa mengembangkan potensi positif mereka. (Said Amiruddin, S.Pd.Gr., Guru SDN 3 Beureunuen, CGP Kab. Pidie, Provinsio Aceh. Email: saidamiruddin25@gmail.com)

sumber : https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/artikel-aksi-nyata-modul-1-3-visi-guru-penggerak/