(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

PJJ Dorong Guru Melek IT

Admin disdikpora | 29 Juni 2021 | 470 kali

Diterbitkan : 8 Februari 2021 12:37
Sumber : Suci Muthoharoh
Penulis : SUCI MUTHOHAROH

Terhitung sejak tanggal 16 Maret 2020, Kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) berganti menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal ini sesuai dengan instruksi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mengeluarkan Surat Edaran nomor 4 tahun 2020. Surat Edaran ini dikeluarkan terkait dengan upaya pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang tengah melanda Indonesia. Karena salah satu cara mencegah penyebaran Covid-19 adalah dengan menghindari kerumunan, maka pemerintah membuat aturan untuk melaksanakan program belajar dari rumah. Dengan adanya Surat Edaran tersebut, semua elemen pendidikan termasuk guru harus mengubah sistem pembelajaran dari yang semula PTM menjadi PJJ berbasis daring.

Siap ataupun tidak, PJJ ini harus dilaksanakan secara efektif dan efisien. PJJ ini juga harus mengedepankan hak-hak anak dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran. Meskipun anak diharuskan belajar dari rumah, kebutuhan mereka terhadap pendidikan dan pengajaran haruslah menjadi prioritas. Semua elemen pendidikan salah satunya adalah guru harus mampu mengemas PJJ menjadi sebuah pembelajaran yang tidak kalah efektifnya dengan PTM.

Sebenarnya, PJJ bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. PJJ telah ada sejak tahun 1984. PJJ ini awal mula diadakan di Universitas Terbuka (UT) dengan menggunakan modul cetak. Baru pada era 90-an PJJ menggunakan internet. Mula-mula PJJ ini menggunakan internet (melalui email) lalu berkembang menggunakan LMS (learning management system). Kendati demikian, sebagian besar guru merasa asing dan awam terhadap sistem PJJ. Hal ini tidak lepas dari penerapan PJJ yang hanya dilakukan pada kondisi-kondisi khusus. Mayoritas pembelajaran di Indonesia dikemas dalam sistem PTM. Fakta ini berakibat saat pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengintruksikan pelaksanaan PJJ, banyak kalangan yang merasa tidak siap, salah satunya adalah para guru.

Banyak guru yang merasa kesulitan dalam mengemas proses PJJ agar tidak membosankan dan tetap efektif dari segi penyajian materi. Guru yang terbiasa menyampaikan materi secara langsung kepada siswa, harus memutar otak mencari alternatif media yang mampu menyajikan materi secara efektif kepada siswa. Meskipun tidak bertatap muka, para guru dituntut untuk mampu menyajikan materi secara optimal serta mampu membimbing siswa selama proses pembelajaran. Hal ini merupakan tantangan baru bagi semua guru. Tetapi tidak semua guru mampu mengatasi tantangan tersebut. Di awal-awal penerapan PJJ, guru masih mengalami kesulitan dalam mengemas pembelajaran yang efektif. Banyak guru yang hanya memberikan tugas kepada siswa tanpa disertai dengan penjelasan materi terlebih dahulu. Hal ini disebabkan faktor ketidaktahuan guru terhadap teknologi yang berkembang saat ini.

Dengan berjalannya waktu, melalui diskusi dengan teman guru, ataupun mencari infomasi di internet terkait aplikasi yang bisa mendukung proses pembelajaran, tanpa disadari guru belajar teknologi. Banyak aplikasi-aplikasi baru yang guru pelajari dalam upaya meningkatkan kualitas PJJ. Aplikasi-aplikasi yang awalnya sangat asing bagi sebagian besar guru perlahan menjadi sebuah aplikasi-aplikasi populer di kalangan guru. Aplikasi-aplikasi tersebut antara lain Kinemaster, Zoom, Google Form, Google Classroom, Google Meet, WhatsApp, Zepeto, dan sebagainya.

Melalui penggunaan aplikasi-aplikasi tersebut guru belajar banyak hal, mulai dari membuat video pembelajaran, membuat kuis, membuat presensi online, penilaian harian online, mengunggah file, meng-compress file dan lain sebagainya. Dengan kata lain, tanpa disadari guru lebih banyak tahu tentang teknologi informasi atau information technology (IT). Banyak guru yang awalnya “gaptek” menjadi “melek” IT. Mereka yang awalnya hanya menggunakan HP sebatas untuk berkirim pesan atau telepon, dipaksa untuk lebih memanfaatkan HP sebagai sarana komunikasi sekaligus media pembelajaran yang mampu mengoptimalkan PJJ.

Para guru seolah berlomba mengemas PJJ yang menyenangkan dan jauh dari kata membosankan dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang ada. Saat guru ingin menyampaikan materi secara virtual, guru membuat video pembelajaran dengan memberikan animasi, gambar dan audio yang menarik. Ketika guru ingin bertatap muka secara virtual dengan siswa, guru melakukan video conference dengan menggunakan aplikasi-aplikasi yang mendukung seperti WhatsApp, Zoom, Google MeetCisco Webex, dan lain-lain. Tanpa disadari guru belajar teknologi, guru mendapat pengetahuan dan pengalaman langsung terkait penggunaan teknologi dalam pembelajaran.

Kondisi seperti di atas terus berkembang, guru menjadi lebih terampil mengoperasikan komputer, laptop dan juga handphone. Guru menjadi lebih memahami teknologi yang berkembang saat ini. Guru tidak lagi asing dengan istilah-istilah yang berhubungan dengan Teknologi Informasi. Guru menjadi terbiasa menggunakan teknologi dalam kegiatan pembelajaran.

Seperti pepatah “semua pasti ada hikmahnya” di balik akibat-akibat negatif yang ditimbulkan dengan adanya pandemi Covid-19 ini ternyata masih banyak sisi positif yang bisa kita rasakan. Salah satunya adalah semakin meningkatnya kompetensi guru di bidang IT. Bukan berarti kita mengharapkan pandemi Covid-19 ini tidak berakhir, tetapi lebih kepada memompa diri kita sendiri untuk mampu beradaptasi dengan keadaan yang ada serta mampu menghadapi setiap tantangan demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Yang pada akhirnya bermuara pada pencapaian tujuan negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Generasi penerus yang cerdas lahir dari para guru cerdas yang mampu melakukan inovasi terhadap pembelajaran, bagaimanapun keadaannya.

Sumber : https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/pjj-dorong-guru-melek-it/