(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

7 Cara Mengasuh Anak di Era Digital dari Psikolog Elly Risman

Admin disdikpora | 16 Mei 2018 | 4186 kali

Membesarkan anak di era digital seperti sekarang ini dibutuhkan usaha ektra keras dari orang tua. Salah bertindak justru beresiko terhadap perkembangan anak juga hubungan antara anak dan orang tua.

Psikolog dan pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati, Elly Risman, berbagi tujuh cara mengasuh anak di era digital yang bisa dipraktikkan agar hubungan antara orang tua dan anak tetap terjaga.

1. Tanggung Jawab Penuh

Dalam mengasuh anak, peran ibu seringkali dianggap sebagai pengasuh utama. Padahal, menurut Elly, sosok ayah tak kalah penting. ”Saat anak dititipkan oleh Allah, maka saat itulah orang tua harus bertanggung jawab terhadap jiwa, tubuh, pikiran, keimanan dan kesejahteraan anak secara utuh,” jelas Elly ditemui di Plaza Selatan, Senayan, Jakarta, Kamis (25/5/2016).

Sayangnya saat ini banyak orang tua yang melepaskan pengasuhan anaknya secara total ke tangan orang ketiga, seperti pembantu. Menurut Elly, jika hal tersebut terpaksa dilakukan, maka perlu dicek kembali bagaimana sejarah dari orang yang Anda rektrut untuk menjaga buah hati.

”Sebuah tesis pernah membahas mengenai peran ayah. Anak-anak yang kurang dekat pada sosok ayah, untuk anak laki-laki dia akan naka, agresif, narkoba dan seks bebas, sedangkan anak perempuan biasanya depresi dan seks bebas. Jadi di era digital ini, ayah harus selalu ada, kita kampanye besar-besaran untuk membuat ayah pulang ke rumah,” jelas wanita wanita yang baru saja terpilih sebagai wanita inspiratif oleh Wardah Cosmetics ini.

2. Kedekatan

Perlu adanya kedekatan antara ayah dan anak, juga ibu ke anak. Kedekatan ini bukan hanya berarti melekat dari kulit ke kulit, melainkan dari jiwa ke jiwa. Artinya, orang tua bukan sekedar memeluk anak secara fisik tapi juga harus dekat secara emosional. ”Banyak anak yang tidak mendapatkan itu dari kecil, sehingga jiwanya hampa,” jelas Elly.

3. Rumuskan Tujuan Pengasuhan

Dari riset yang pernah dilakukan oleh Elly, banyak pasangan muda yang tidak merumuskan tujuan pengasuhan untuk anak-anak. ”Mereka tidak tahu anak ini mau dibawa ke mana,” ujarnya.

Elly menyarankan agar orang tua mulai merumuskan tujuan pengasuhan sejak anak dilahirkan. Selain itu, perlu membuat kesepakatan bersama pasangan tentang prioritas apa saja yang diberikan kepada anak dan bagaimana cara pendekatannya.

4. Berbicara Baik-baik

Orang tua harus belajar berbicara baik-baik dengan anak. Berbicara dengan benar, tidak boleh berbohong, tidak boleh tergesa-gesa, tidak mengenal anak, tidak menyapa keunikannya, tidak pernah membaca bahasa tubuhnya, tidak mendengarkan perasaan serta tidak punya waktu untuk mendengar aktif.

”Menyalahkan, memerintah, mencap, membanding-bandingkan, komunikasi seperti ini akan menimbulkan kantong jiwa anak menjadi kempot, dia merasa tidak berharga, otak tidak berkembang, tidak terbiasa memilih dan tidak bisa mengambil keputusan. Jiwa anak-anak juga hampa, emosi dan spiritual tidak terjaga,” urai Elly.

5. Mengajarkan Agama

Mengajarkan agama merupakan kewajiban orang tua. Pendidikan agama perlu ditanam sejak sedini mungkin, bukan sekedar menyerahkan pendidikan agama di sekolah.

Dalam hal ini, mengajarkan agama pada anak bukan sekedar bisa membaca Al Quran, berpuasa atau pergi ke gereja. Orang tua perlu menanamkan secara emosional agar anak menyukai aktivitas itu.

”Tanamkan anak untuk suka, bukan sekedar bisa. Sehingga, ketika tidak ada orang tuanya, anak dengan sendirinya menjalankan perintah agama, tanpa harus disuruh, termasuk ketika melihat hal-hal buruk di era digital,” tegasnya.

6. Persiapkan Anak Masuk Pubertas

Kebanyakan orang tua malu membicarakan masalah seks dengan anak dan cenderung menghindarinya. Padahal, menurut Elly, pembicaraan seperti itu justru perlu dimulai sejak dini dengan bahasa yang mengikuti usianya. 

”Kalau sudah keluar air mani, sudah menstruasi, itu artinya anak sudah aktif secara seksual dan susah dikendalikan jika sudah seperti itu. Saat tidak ada persiapan itulah, anak akan melakukan kegiatannya sendiri, dia bebas melakukan berbagai macam hal,” urai Ellly.

7. Persiapkan Anak Masuk Era Digital

Perkembangan teknologi kian canggih dan sulit dibendung. Salah satu cara mencegah agar anak tidak terlalu terpapar terhadap perkembangan tersebut yakni dengan memberi pemahaman pada anak tentang penggunaan gawai.

Ada baiknya orang tua membatasi akses internet agar bisa mencegah anak melihat situs yang tidak diinginkan. ”Ajarkan mereka untuk menahan pandangan, menjaga kemaluan. Karena jika otakmu rusak, kemaluanmu tidak bisa dikendalikan. Jika kita tidak membicarakan, anak tidak tahu bagaimana akan bersikap,” jelas Elly.

Kedepankan komunikasi sebagai pengganti aktivitas teknologi. Ajaklah anak bicara, bukan hanya tentang kegiatannya saja, tapi juga perasaannya. ”Misalnya, tanya perasaan hari itu, apa yang membuatnya bahagia dan apa yang membuatnya sedih. Dengan begitu, secara otomatis anak akan dengan mudah berberita pada Anda tiap kali merasakan sesuatu,” katanya.

Saat orang tua membatasi penggunaan gawai pada anak, berilah alternatif lain untuk kegiatannya saat ayah dan bunda tidak berada di rumah, seperti misalnya ikut les berenang, menari, basket, futsal, gitar, drama, atau apapun yang disukai anak. (Bunga Kusuma)