(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

7 Langkah Mengajarkan Sikap Empati Pada Anak

Admin disdikpora | 12 Maret 2019 | 2215 kali

 Pernahkah kita mendengar anak-anak kita mengucapkan kata-kata seperti “Emang gue pikirin” atau “ itukan kamu, saya kan lain” atau “kamu ya kamu, gua ya gua”.

Ucapan-ucapan itu merujuk pada sikap hidup yang saling tidak peduli satu sama lain atau sikap tidak punya empati. Anak yang tidak terlatih bersikap empati sedari dini kelak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak peka pada lingkungan terdekatnya, maupun sekitarnya.

Semua bermula dari pengajaran karakter yang bernama: Empati. Namun, pengenalan karakter empati bukan sekedar dengan cara mengisi otak anak kita dengan informasi tentang karakter empati, namun melatih anak untuk memahami apa dan bagaimana karakter itu.

Empati adalah pintu gerbang dari jiwa peduli dan senang menolong. Tak mungkin anak menjadi pribadi yang spontan menolong dan refleks bertindak membantu masalah orang lain, jika tak punya kemampuan empati yang tinggi. Untuk itulah, kita sebagai orangtua perlu melatih sikap ini agar anak tumbuh menjadi pribadi yang peduli dan bermanfaat bagi orang lain.

Dikutip dari Kumpulan Lembar Kiat Orang Tua Hebat : Orang Tua Bintang Anak Bintang, Panduan dan Tips Praktis Pengasuhan di Era Modern. Salah satu bentuk CSR PT Mitra Adi Perkasa, ada beberapa langkah yang bisa ibu dan bapak coba untuk melatih anak-anak memiliki sikap simpati.

Pertama. Seringlah ayah dan bunda bercerita tentang pengalaman yang ditemui sepanjang hari baik di manapun berada. Bisa memulai dengan kalimat “Tadi bunda sedih, nak. Ada teman bunda yang uangnya kemalingan waktu naik kereta. Kasihan ya?”. Atau pengalaman ayah dan bunda sendiri sepanjang hari. Hal ini dimaksudkan agar anak terlatih untuk bercerita tentang pengalaman dan perasaannya guna mampu mengenali emosi dan perasaan sendiri.

Kedua.Siapkan media khusus bagi anak dalam penyaluran perasaannya selain verbal. Bisa berupa buku tulis atau kertas gambar. Hal ini ditujukan khususnya bagi anak yang belum terbiasa menyalurkan perasaanya secara spontan lewat lisan.

Ketiga.Latih anak untuk ungkapkan perasaannya lewat kalimat seperti “Aku kesal”, “Aku bahagia”, “Aku kecewa” dan lain-lain serta ajarkan anak untuk sebutkan alasan kenapa muncul perasaan tersebut.

Keempat.Bacakan anak tentang kisah-kisah yang menyentuh hati, yang banyak tersebar di dalam berbagai buku dan bahaslah hal tersebut bersama anak mengenai isi dari buku tersebut.

Kelima.Manfaatkan golden moment bersama anak. Banyak peristiwa di sekitar kita yang dapat menjadi pelajaran berharga dalam menumbuhkan rasa empatinya. Bisa muncul pada saat menonton TV, atau kedatangan tamu yang tidak diduga. Maka pandai-pandailah orangtua melihat situasi ini. Jika hal ini kita temui, bahaslah bersama anak, dimulai dengan pertanyaan: “Apa yang kamu rasakan nak, pada saat kejadian tadi?”. Perlahan, anak akan belajar untuk selalu peka terhadap kejadian sekitar.

Keenam. Sertakan anak dalam berbagai program service learning, misalnya kerja bakti di lingkungan rumah, berkunjung ke panti asuhan, dan sejenisnya. Berikan porsi keterlibatan yang cukup kepada anak agar ia merasakan kepuasan batin melakoni hal tersebut.

Ketujuh. Berikan apresiasi ketika anak mampu mengungkapkan perasaannya secara baik ataupun melakukan kegiatan yang menunjukkan kepdulian. Apresiasi yang diterima anak akan menjadi bahan bakar yang menyalakan semangat empatinya untuk terus berkobar. (Yanuar Jatnika)