(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Lima Metode Mengelola Emosi Anak

Admin disdikpora | 12 Maret 2021 | 2711 kali

Pada awal perkembangannya, anak telah menjalin hubungan timbal balik dengan orang-orang yang mengasuhnya. Interaksi anak dengan orang terdekatnya akan memengaruhi optimalitas perkembangan sosial anak. Meskipun pada umumnya anak akan mengalami tahapan perkembangan emosi yang sama, kecepatan perkembangan emosi anak akan berbeda satu dengan yang lainnya. Pengalaman belajar anak adalah salah satu yang memiliki dampak penting bagi perkembangan emosi anak.  Ada lima kegiatan belajar yang turut menunjang pola perkembangan emosi anak:  

Pembelajaran dengan Metode Spontan

Anak akan melakukan proses belajar melalui teknik spontanitas. Mereka belajar mengekspresikan perasaan dan emosi yang dirasakan melalui proses spontan. Pada tahapan ini, anak-anak sering menunjukkannya bentuk emosi yang tidak terduga. Sehingga jangan kaget apabila respon emosi yang ditunjukkan anak seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pengasuhnya. Misalnya, saat pertama kali anak usia bayi diberikan mainan terompet, kebanyakan anak akan menunjukkan ekspresi menangis ketimbang tertawa.  

Pembelajaran Melalui Imitasi

Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak. Anak-anak akan meniru emosi dari yang dilihatnya di lingkungan paling dekat, seperti keluarga. Saat orangtua menunjukkan kebahagiannya melalui wajah tersenyum, anak juga akan memantulkan kebahagiaan yang sama di hadapannya..

Belajar melalui Identifikasi

Belajar dengan cara mempersamakan diri. Anak yang tertarik dan kagum dengan tokoh tertentu cenderung mempersamakan dirinya. Hal ini turut mengembangkan pola emosi pada diri anak. Orangtua dapat mencari tahu sosok atau tokoh yang dikagumi dan melihat reaksi emosi anak. Banyak tokoh yang muncul dan menjadi idola anak saat ini. Meskipun begitu, orangtua juga dapat memberitahu anak tentang tokoh yang memang memiliki norma yang sesuai di lingkungan anak. Misalnya di Indonesia, orangtua dapat menceritakan tentang tokoh pahlawan yang memiliki semangat besar dalam belajar. Misalnya Ir. Soekarno yang memiliki kecakapan beragam bahasa. Atau Mohammad Hatta yang gemar membaca buku..

Teknik Belajar melalui pengkondisian

Belajar melalui pengondisian. Pada metode ini anak belajar dengan cara asosiasi. Anak kecil yang masih sedikit dapat menalar dan kurang menilai pengalaman sesuatu secara kritis. Emosi sejak dini juga terbentuk dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungan anak. Misalnya mengelompokkan anak dengan teman-teman lainnya. Anak akan saling belajar dan secara tidak langsung akan memperoleh pemahaman melalui pengondisian tersebut..

Berlatih

Anak dapat memperoleh perkembangan emosi melalui pengawasan dan bimbingan. Anak dapat diajari cara bereaksi yang dapat diterima dan menyenangkan. Dengan memberikan pengarahan, anak juga dapat mengondisikan emosinya. Di sinilah orangtua dapat memberikan arahan dan pendampingan yang sederhana dan tidak menjenuhkan. Misalnya orangtua dapat memberikan permainan yang menyangkut pengendalian emosi, seperti bermain drama. Emosi pada anak memiliki pengaruh dari luar diri anak. Lingkungan terdekatnya seperti orangtua menentukan terbentuknya kebiasaan yang akan melekat pada diri anak. Termasuk dalam pengendalian emosi anak. Anak-anak yang terampil dalam menunjukkan emosi terhadap orang lain tentu diperoleh dari pengalamannya melihat orang lain. Apa yang ditunjukkan anak adalah hasil yang didapatkan dari interaksinya sehari-hari. Aktivitas bermain, belajar dan hal lainnya memberikan dorongan anak dalam mengelola emosinya. Anak-anak barang kali memang belum memahami apa yang dilakukannya. Sebab, dalam perkembangannya anak-anak masih membutuhkan gambaran yang dilakukannya. Di sinilah, orangtua menjadi cermin yang akan memantulkan gambaran kepribadian anak nanti. Apa yang dilakukan orangtua akan menjadi pengalaman berharga bagi diri anak. Sehingga ia akan menyimpan ingatan tersebut dan akan memanggilnya kembali saat ia hendak melakukan hal yang sama. Anak-anak yang beruntung tentulah anak-anak yang melihat sekelilingnya memberikan kebaikan-kebaikan. Orangtua yang menahan amarahnya saat anak berperilaku tidak menyenangkan, orangtua yang setiap harinya berkata lembut atau anak-anak yang selalu diberikan kesempatan untuk berbagi kepada temannya.

Berbagai aktivitas sederhana yang dilakukan anak setiap hari inilah yang turut menumbuhkan pengelolaan emosi yang baik. Orangtua sebaiknya berusaha memberikan pengajaran dan keteladanan tentang bagaimana menunjukkan emosi yang baik. Kemampuan orangtua dalam memberikan atau menunjukkan hal tersebut tentu akan diperoleh manfaat yang besar bagi orangtua dan anak itu sendiri. Anak-anak dengan kemampuan pengelolaan emosi akan dapat mudah menerima orang lain. Anak-anak akan berkembang dengan kepribadian sosial dan dapat menjalin pertemanan dengan lebih baik. Anak-anak juga akan mudah diterima banyak orang karena kepribadiannya. Pengenalaan emosi sejak dini akan memberikan kemudahan dalam memberikan pemahaman bagi anak. (Muhamad Iqbal-Pengamat Anak).

Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=5018