(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Ajarkan Anak Berani Berkomunikasi

Admin disdikpora | 04 Oktober 2017 | 786 kali

Mengapa ada anak yang gampang dikerjain, ditipu atau dibuat tak berdaya oleh teman-temannya? Anak-anak yang gampang diperlakukan seperti itu salah satu penyebabnya adalah tidak mempunyai daya asertivitas, yakni kemampuan menyatakan diri, pandangan - pandangan dalam dirinya, keinginan dan perasaannya secara langsung, spontan, bebas, dan jujur tanpa merugikan diri sendiri dan melanggar hak - hak orang lain. 

Anggia Chrisanti, seorang konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria, Bandung, mengatakan, seseorang yang berperilaku asertif mampu menghargai hak diri sendiri dan orang lain, bersikap aktif dalam kehidupannya untuk mencapai apa yang diinginkannya. 

Anggia menyebutkan, ciri-ciri daya asertif pada anak yaitu :

- Merasa bebas untuk menampilkan dirinya.

- Dapat berkomunikasi dengan baik secara terbuka, langsung, jujur, dan tepat. 

- Memiliki orientasi aktif dalam kehidupan untuk mencapai apa yang diinginkan. 

Sikap asertif akan membuat seseorang mampu menghadapi masalah dengan temannya, berpegang teguh pada kehendaknya, namun disaat yang bersamaan, mampu menghormati hak orang lain.

Sikap asertif dapat dididik semenjak kecil. Caranya, dengan menumbuhkan rasa kesadaran akan apa yang ia mau. Kita sebagai orang tua, harus memastikan bahwa keingiannya tersebut dapat kita penuhi. Misalkan ketika si Kecil masih bayi; ia akan menyampaikan “I message” dengan cara menangis. Pada saat seperti inilah kita dapat mengatakan, “Oh, adik lapar ya, nah. Mamam dulu ya.”

Agar si Kecil dapat terus belajar, tanggapan kita akan tangisannya tersebut harus selalu dilakukan. Meski belum dapat berbicara, cara ini akan terekam terus dalam ingatannya.

Pada si Balita, menumbuhkan sikap asertif tentunya lebih mudah, karena anak sudah dapat diajak berkomunikasi. Saat ia mencoba mengamuk, ajarkan untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan. Pahami masalahnya, janganlah larut terbawa emosi. Tidak lupa ajarkan pula kata-kata seperti tolong, permisi, maaf, dan teriam kasih.

 

Ada 5 langkah efektif untuk menumbuhkan sikap asertif kepada si kecil:

 

Berikan contoh pada anak

Jadilah role model untuk anak. Untuk anak yang lebih kecil, tunjukkan bagaimana cara menghargai pendapat, menolak pendapat namun tidak menyakiti, kapan harus mengalah dan kapan harus mempertahankan pendapatnya. Dengan cara ini, anak akan belajar bagaimana ia harus berhubungan dengan orang lain.

Kebiasaan selalu meminta anak mengalah akan membuat anak tidak lagi dapat menyampaikan pikirannya. Namun sebaliknya kebiasaan selalu dimenangkan, akan menimbulkan gangguan emosi pada si Kecil saat orang-orang dilingkungannya tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan atau keinginannya.

 

Berikan kasih sayang penuh

Kasih sayang akan membentuk anak menjadi pribadi yang percaya diri yang erat kaitannya dengan sikap asertif. Karena anak percaya diri tentu akan lebih mudah untuk menyampaikan apa yang menjadi keinginannya.

 

Ajarkan anak untuk mandiri.

Salah satu hal yang mendorong seseorang untuk percaya diri adalah kemampuan untuk melakukan dan memnuhi semua keperluan yang berkaitan dengan diri sendiri. Untuk itu ijinkan anak untuk belajar mandiri sedari dini. Sebagai orang tua kita cukup menjadi fasilitator guna mempermudah proses belajarnya. Misalkan dengan mengijinkan belajar mandi sendiri, memakai baju, hingga memilih mainan yang ia beli.

 

Dorong dan ijinkan anak untuk membuat keputusan Anak dapat belajar membuat keputusan dari hal-hal ayng terkecil. Misalkan memilih jenis makanan yang ingin ia jadikan bekal , memilih baju, mainan, warna favorit dan masih banyak lagi. Hormati apa yang menjadi pilihannya. Jika tidak sesuai atau tidak pantas, berikan alasan yang tepat dengan penjelasan yang bijaksana.

 

Ajarkan untuk menghargai diri sendiri. Berbagi bersama teman tidak berarti ia harus mengorbankan semua yang ia miliki. Ajarkan bahwa kita juga perlu menghargai milik sendiri. Misalkan bila mainannya tidak dikembalikan oleh temannya, maka ajak ia untuk meminta kembali mainannya tersebut. Selain itu cobalah untuk mengemukakan mana “Milik Ibu” dan “Milik Anak.” Minta ia untuk meminta ijin jika ingin menggunakan “Milik Ibu”, begitu pula sebaliknya. Ketika Ibu harus meminjam “Milik Anak”, maka lakukan hal yang sama dan segera kembalikan bila telah selesai memakainya. Cara ini selain mengajarkan sopan santun, anak juga akan belajar bagaimana menghargai batasan masing-masing pribadi. Yanuar Jatnika