Pernahkah anak Anda mengutarakan emosinya, seperti: “Ayah, temen Salsa tadi jatuh di sekolah, kakinya berdarah, Salsa sedih melihatnya”, atau “Ibu, Salsa senang sekali bisa bermain sepuas-puasnya dengan adik, rasanya dunia ini indah sekali”.
Apa yang diutarakan Salsa diatas itu merupakan salah satu bentuk empati atau kemampuan untuk merasakan dan memahami apa yang dialami orang lain. Empati sangat penting ditanamkan pada anak sejak usia dini karena anak perlu untuk belajar merasa nyaman dalam mengutarakan perasaan mereka sendiri, menerapkan batasan diri dan menghormati batasan orang lain. Dalam hidup bermasyarakat yang banyak perbedaan, sikap empati sangat penting untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar manusia.
Orang tua bisa melakukan langkah-langkah ini untuk menumbuhkan empati pada anak:
Mengenalkan emosi pada anak
Anak tidak akan bisa berempati kepada orang lain jika ia belum sepenuhnya memahami tentang emosi yang sedang dirasakannya. Saat menjalani keseharian, biasakanlah untuk ekspresif dan menunjukkan emosi yang sedang dirasakan. Misalnya: ”Hari ini ayah senang karena dapat mengantar kakak ke toko buku” atau ”Ibu rasa kamu sedih melihat kucing yang sedang kelaparan di depan rumah.” Jika dibiasakan untuk mengenal berbagi macam bentuk emosi sejak dini, anak lebih mengenal dirinya sendiri, apa yang sedang terjadi padanya serta orang lain.
Mengenalkan batasan
Mendiskusikan tentang kasus yang sudah pernah terjadi adalah cara yang dapat anak pelajari untuk mengenal empati. Di sela waktu luang, tanya dan diskusikan dengan anak mengenai beberapa kasus dan ajak ia berlatih melakukan intervensi pada saat itu. Misalnya: ”Tadi di sekolah ibu melihat mainan yang digenggam Tania diambil olehmu. Kira-kira apa yang dirasakan Tania ya?”
Setelah orangtua mengutarakan pertanyaan seperti itu, beri kesempatan pada anak untuk mengutarakan pendapatnya. Saat anak selesai menjawab, orangtua dapat menambahkan pertanyaan, seperti ”Bagaimana jika robot yang kamu mainkan diambil Tania? Apa yang kamu rasakan?” Gunakan sesuatu yang dirasakan anak itu sebagai cerminan untuk membuka perspektif lain.
Orangtua juga dapat mendorong anak untuk berpikir tentang bagaimana perasaan temannya dan mengapa bertanya sebelum mengambil barang orang lain itu penting. Beri pengertian karena tidak semua orang merasa baik-baik saja jika diperlakukan seperti itu, bisa saja mereka sedang tidak enak badan, sedang sedih atau tidak ingin bermain.
Jadi contoh yang baik
Penjelasan orangtua mengenai empati pada anak akan menjadi sia-sia jika orangtua sendiri tidak pernah berempati kepada orang lain. Anak lebih menyerap sesuatu yang ia lihat sendiri dibanding yang ia dengar saja. Menurut Dr. Busman, psikolog anak dari The Child Mind Institute, sebaiknya orangtua menunjukkan perilaku baik yang ingin ditiru oleh anak karena secara tidak sadar anak merekam semua yang dilakukan oleh orangtua, mulai dari cara berpikir, bertidak dan perilaku sehari-hari. Maka, berhati-hatilah dalam menampilkan perilaku di depan anak.
Menonton film atau membaca buku bersama
Manfaatkan film atau buku cerita sebagai saran belajar anak. Selain mengajaknya menonton atau membaca bersama, orangtua baiknya mengajak anak berdiskusi tentang perasaan yang dialami oleh karakter sepanjang di film atau buku tersebut. Orangtua dapat mengajukan pertanyaan seperti ini: “Tadi Mickey Mouse merasa sedih ketika melihat tidak ada teman-temannya di hari ulang tahunnya. Tapi tidak lama kemudian, Mickey diberikan kejutan kue ulang tahun dan kado oleh mereka. Menurutmu bagaimana perasaan Mickey setelah itu ya?”
Rangkul perbedaan
Bagian penting lain dari menanamkan empati pada anak adalah dengan memberikan kesempatan anak untuk bermain dan berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dari segi suku, agama, budaya, kemampuan fisik, dan sebagainya. Selain itu orangtua dapat memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan dapat memberikan kesempatan yang luas bagi anak perempuan dan laki-laki untuk bermain dan belajar bersama dalam satu bidang yang sama. Sehingga anak dapat memahami bahwa baik anak laki-laki maupun perempuan bagaimanapun kondisinya dapat memiliki kesempatan yang sama untuk bermain dan belajar.
(Amelia Ajrina, S.Psi., --Guru anak berkebutuhan khusus dan pengelola klinik psikologi)