Kecanduan bermain gim bagi anak-anak menjadi salah satu kekhawatiran banyak orangtua. Lupa waktu, pornografi, kekerasan, dan masalah kesehatan menjadi alasan kekhawatiran para orangtua. Salah satu gim yang cukup sohor di kalangan anak-anak adalah Minecraft. Gim ini tidak hanya populer di Indonesia, namun juga di berbagai negara. Lantas seperti apa gim Minecraft? berapa usia ideal anak untuk dapat memainkan gim tersebut? Apakah gim Minecraft bisa berdampak kekerasan, atau pornografi pada anak. Berikut ulasannya:
Apa itu Minecraft?
Gim ini dikembangkan oleh perusahaan perangkat lunak asal Swedia, Mojang. Dalam laman mereka, Minecraft adalah sebuah permainan tentang menyusun, menghancurkan dan menempatkan blok.
Pada awalnya, pemain membangun struktur untuk melindungi diri terhadap serangan monster, tetapi ketika gim berkembang ke level berikutnya, pemain dapat saling bekerja sama untuk menciptakan bangunan yang indah dan imajinatif.
Para pemain menggunakan blok bahan; kayu, batu, bijih besi, pasir, untuk membangun sesuatu. Gim ini pada dasarnya adalah gim membuat bangunan secara virtual. Gim ini tersedia di perangkat komputer, Mac, XBox dan iOS (iPad, iPhone, dll.)
Konten Gim
Ada tiga mode di Minecraft; Kreatif, Bertahan Hidup, dan Petualangan. Pada Mode kreatif, pemain memiliki semua sumber daya yang tersedia secara instan dan tidak perlu bekerja untuk apa pun. Mereka dapat membangun struktur, desa, gunung, komunitas, atau apa pun yang mereka inginkan di dunia maya kecil mereka.
Sedangkan pada mode bertahan hidup, pemain harus mendapatkan sumber daya mereka. Misalnya, jika mereka ingin kayu, mereka harus menebang pohon di dalam gim tersebut. Jika mereka menginginkan besi, mereka harus menambang bijih besi dan mengubahnya menjadi besi dalam tungku mereka.
Dalam mode ini ada juga makhluk bernama Enderman, yang dapat melukai atau membunuh karakter pemain. Jangan khawatir, Anda tidak akan melihat darah, patah tulang, atau hal kekerasan semacam itu.
Sedangkan mode petualangan sangat mirip dengan mode bertahan hidup, dalam mode ini pemain harus menyelesaikan tugas-tugas tertentu sebelum mereka dapat mencapai sumber daya mereka.
Bila putra-putri Anda bermain Minecraft, maka Anda kemungkinan akan mendengar mereka berbicara tentang hal-hal seperti "Zombies," "Creeper," "Penyihir," "Penduduk desa," dan "Tengkorak,". Anda dapat mengetahui detil karakter di https://en.wikipedia.org/wiki/Minecraft.
Usia Ideal Anak
Berapakah usia yang diperbolehkan bagi anak memainkan Minecraft. Net Aware, sebuah organisasi keselamatan berinternet di Inggris menyarankan sebaiknya anak berusia 7 tahun ke atas untuk dapat memainkan gim ini.
Sebanyak 2.049 orangtua yang di survei pada bulan Januari 2018 di Inggris juga sepakat sebaiknya usia anak di atas 7 tahun untuk memainkan Minecraft. Sedangkan The Entertainment Software Rating Board (ESRB), sebuah lembaga internasional pemeringkat gim menyarankan Minecraft sebaiknya diperuntukkan untuk anak usia 10 tahun ke atas.
Minecraft berdampak pada anak
Jika Anda adalah orangtua dari anak yang memainkan Minecraft, Anda pasti menjadi khawatir tentang berapa banyak waktu yang dihabiskan anak Anda untuk bermain game. Bahkan, beberapa dari Anda mungkin ingin melarang permainan tersebut dari anak Anda.
Ada sedikit kabar baik. Net Aware merating bahwa risiko muncul kekerasan seksual pada Minecraft adalah berisiko kecil (low risk), sedangkan untuk kekerasan, perundungan, potensi pemain menggunakan minuman beralkohol, narkoba, dan perbuatan kriminal berada pada risiko menengah (medium risk)
Memang, Minecraft, seperti gim komputer lain dapat membuat anak menjadi ketergantungan. Namun, Minecraft adalah program gim kreatif. Jika dimanfaatkan dengan benar, dan orangtua turut mendampingi, maka gim ini memungkinkan anak Anda untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam lingkungan 3D. Anak-anak dapat membuat bangunan besar, desa dan kota yang rumit, sistem kereta api, atau bahkan objek dan proyek kreatif lainnya. Beberapa anak berhasil membangun kapal, menara, mobil, gunung berapi.
(Yohan Rubiyantoro/Subdit Kemitraan, Alumni University of Birmingham, UK)