Siapa orang tua yang tidak bangga menyaksikan anak-anaknya selalu meraih rangking tinggi di setiap jejang pendidikan, selalu berprestasi, dan mulus dalam menjalani pendidikan. Mereka juga nyaris tak memiliki kesulitan finansial karena orang tua selalu menyokongnya dengan memberikan aneka fasilitas dan kemudahan.
Kesulitan belajar diatasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya. Bahkan, tak sedikit orang tua mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.
Tidakkah para orang itu menyadari, ada potensi bahaya yang perlu diwaspadai atas masa depan anak-anak yang selalu dimanjakan dengan fasilitas dan berbagai kemudahan tanpa tantangan.
Ada tulisan menarik dari Rhenald Kasali, guru besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Guru besar yang juga praktisi bisnis ini menulisnya sudah sekitar 2-3 tahun lalu, akan tetapi masih sangat relevan untuk saat ini, bahkan sampai kapanpun.
Dalam tulisannya itu, pendiri ‘Rumah Perubahan” itu menyebutkan, banyak orang tua yang belum menyadari, bahwa di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar, yakni kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan. Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.
Menurut Rhenald, alih-alih memberikan aneka fasilitas dan kemudahan, orang tua perlu mendidik anak-anak untuk belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.
Psikolog dari Stanford University, Carol Dweck, dalam bukunya The New Psychology of Success, menulis, "Hadiah terpenting dan terindah dari orang tua pada anak-anaknya adalah tantangan".
Tantangan itu bisa berupa kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, menemui kegagalan, dan jatuh bangun di usia muda.
Mengapa anak-anak perlu belajar menghadapi tantangan? Karena kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang memasuki dunia kerja. Di dunia kerja, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Hal-hal seperti itu akan menjadi masalah besar bagi orang yang masa kecilnya selalu dilindungi dan diberikan kemudahan oleh orang tuanya.
Dweck menyarankan agar anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan. Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah. Yanuar Jatnika