(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Apa Kabar Ayah Indonesia?

Admin disdikpora | 14 November 2018 | 556 kali

Meski belum sepopuler Hari Ibu, juga belum ditetapkan secara resmi oleh pemerintah dalam peraturan perundang-undangan, setiap tahun Hari Ayah selalu diperingati. Yang unik, pemrakarsa Hari Ayah yang diperingati setiap 12 November tersebut adalah perempuan.

Saat itu, ibu-ibu yang tergabung dalam Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) menggelar deklarasi Hari Ayah pada 12 November 2006 di Pendopo Gede Balaikota Solo, Jawa Tengah. Deklarasi yang sama juga digelar bersamaan oleh beberapa anggota PPIP lainnya di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Deklarasi tersebut dilakukan untuk menggaungkan pentingnya peran ayah dalam pembentukan karakter keluarga. Ayah dan ibu sesungguhnya adalah satu kesatuan tak terpisahkan dalam pengasuhan dan pembentukan karakter keluarga.

Peran Ayah masih Minim

Namun demikian, peran ayah dalam pengasuhan anak masih perlu terus ditingkatkan. Survei tentang Kualitas Pengasuhan Anak yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2015 mendapati hasil bahwa hanya sekira 1 dari 3 laki-laki yang mencari informasi merawat dan mengasuh anak baik sebelum maupun sesudah menikah. Hanya 1 dari 2 ayah mendampingi istri pada saat menjalani pemeriksaan kehamilan.

Demikian juga dalam pengasuhan anak, masih dominan dilakukan ibu dan orang lain, yakni asisten rumah tangga dan keluarga seperti nenek atau kakek. Ayah yang terlibat dalam proses pengasuhan anak secara langsung hanya 27,9%!

Meski demikian, kondisi yang ada terkait dengan banyak faktor. Pengasuhan yang dilakukan ayah tidak saja berhubungan dengan kapasitas ayah itu sendiri tetapi pengaruh yang lebih besar justru dari relasi si ayah dengan pasangannya, latar belakang budaya, lingkungan sosial, dan pengalaman pengasuhan dari keluarga, khususnya dari ayahnya sendiri.

Faktor-faktor yang memengaruhi tersebut menjadi tantangan untuk dibereskan. Bukan semata oleh pribadi si ayah, namun juga lingkungan sosial dan pemerintah dengan kebijakan social, utamanya pendidikan keluarga.

Di Indonesia sendiri, isu pendidikan keluarga ditangani 6 Kementerian/Lembaga Negara. Meski sama-sama berurusan dengan isu pendidikan keluarga, namun sasaran bidiknya berbeda. Ayah, telah menjadi isu dalam pendidikan keluarga, mengingat perannya yang strategis di samping ibu.

 Ayah Ideal

Lantas, bagaimana idealnya ayah menjalankan perannya dalam keluarga? Merujuk pada penelitian ilmiah khususnya yang dirangkum dalam artikel The Role of the Father in Child Development (Lamb, 1981), dapat disarikan bahwa ayah haruslah:

 Pertama tanggung jawab (responsibility)

Sebagai perawatan dan penjaminan kesejahteraan keluarga, ayah harus dapat menyediakan sandang, pangan dan tempat tinggal dengan lingkungan yang aman, nyaman bagi keluarga, termasuk akses ke tempat pengobatan jika ada kondisi darurat. Secara umum, peran sebagai penanggung jawab inilah yang dilihat sebagai peran utama ayah selama ini, yaitu mencari nafkah.

Kedua, terlibat (engage) dalam pengasuhan

Anak membutuhkan orangtua yang bekerjasama mengasuh dirinya. Ayah dan ibu yang bersama-sama merawat, bermain, mengobrol, dan melakukan aktivitas bersama anak lainnya akan menjadi menjadi pengalaman dan contoh penting untuk anak.

Anak (terutama laki-laki) yang memiliki ayah yang terlibat dalam pengasuhannya, menjadi pengalaman berharga dan rujukan bagaimana berperilaku ketika dewasa, baik sebelum atau sesudah menjadi orangtua.

Bersyukur bahwa hari ini, pemandangan ayah yang tidak canggung lagi menggendong balitanya atau bermain bersama anak makin sering terlihat.

Ketiga, kehadiran (accessibility)

Kehadiran ayah secara fisik dan psikologis penting untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak. Kehadiran ayah dalam pengasuhan bisa diterjemahkan dengan mengambil rapot ananda, berkomunikasi dengan pihak sekolah, mengenali dan dekat dengan sahabat Ananda, dan lain-lain.

Kehadiran ayah dalam kehidupan anak sangat bermakna, terutama dalam memperlancar komunikasi ayah dan anak. Anak yang sering berkomunikasi secara efektif dengan ayah dan ibunya, cenderung jarang memiliki masalah serius.

Ayah yang hadir secara fisik untuk anak-anaknya, cenderung secara psikologis juga hadir. Seperti menghargai capaian atau keberhasilan ananda dalam bidang tertentu, memujinya, dan memberi masukan apa-apa yang mesti dikembangkan terus dari ananda.

Anak yang dalam masa perkembangannya dipenuhi ketiga peran tersebut (tanggung jawab, pelibatan, kehadiran) dari sosok ayah, akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dengan demikian anak akan mudah memenuhi tugas sekolahnya, dan berani melakukan hal-hal yang positif.

Selain itu, anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan dirinya, juga akan memiliki tingkat kepuasan hidup yang tinggi. Anak menjadi merasa puas karena kebahagiaan yang dirasa terbentuk dari keterlibatan orangtuanya.

Terakhir, anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhannya, akan lebih tahan dengan berbagai dalam menghadapi persoalan dan mengetahui solusi yang dapat dilakukannya. (Sri Lestari Yuniarti – Subdit Pendidikan Orang Tua Kemdikbud)