SAHABAT KELUARGA – ”Aku buah-buahan, rasanya manis, rambutku banyak dan warnaku merah, apa hayo?” tanya Salwa, bocah 4-6 tahun, kepada tiga teman mainnya. Pada saat dua temannya mengernyitkan dahi, berpikir mencari jawaban tepat, tiba-tiba seorang temannya yang lain menjawab, ”Buah rambutan!”.
”Betul!” ujar Salwa sambil menepuk bahu temannya itu. Anak prasekolah, tepatnya mulai 4 sampai 6 tahun memang senang bermain teka-teki. Kesenangan ini muncul karena pengaruh lingkungan ketika anak sudah bersosialisasi dengan teman-temannya yang sebaya maupun berumur di atasnya..
Dari interaksi itu mungkin saja anak mendengar atau mengamati teman-temannya bermain teka-teki. Bisa juga, main tebak-tebakan ini datang dari orangtua atau pengasuhnya. Pengaruh lainnya bisa lewat media, baik televisi atau media cetak. Bahkan, beberapa majalah anak menyediakan kolom khusus teka-teki beserta hadiah bagi pengirim jawaban yang benar. Dengan kosakata, pengalaman dan kemampuan kognitif yang juga sudah berkembang, anak sudah bisa mencari jawaban dari potongan-potongan informasi yang dinamakan petunjuk. Jawaban itu diperoleh dari pengalamannya sehari-hari. Semakin kaya wawasan anak semakin mudah dia menjawab.".
Selain itu, usia ini juga dikenal dengan usia cerewet. Anak senang bertanya dan menanyakan sesuatu. Nah, dengan permainan teka-teki, keterampilan berbahasanya seakan tersalurkan. Bahkan, beberapa anak yang cerdas sangat senang bila bisa membuat teka-teki sendiri. Tentunya, anak tidak tiba-tiba bisa bermain teka-teki yang rumit, melainkan dimulai dari soal-soal sederhana. Awalnya sangat mungkin anak hanya bertanya-jawab tentang persamaan dan perbedaan dari sebuah kata atau benda. Umpamanya, ”Apa persamaan bemo dan bajaj?” atau ”Apa beda ikan dan kodok?” dan seterusnya. Dari situ anak belajar mengotak-atik kata-kata menjadi sebuah teka-teki..
Jadi, sesuai kemampuan kognisinya, teka-teki anak prasekolah umumnya cukup sederhana. Misal, di awal pertanyaan, anak akan menyebutkan kategori seperti, ”Aku binatang…” atau ”Aku buah-buahan....” dan sebagainya. Petunjuknya pun, biasanya cukup lengkap sehingga memudahkan mereka untuk menjawab. Beberapa teka-teki favorit, umumnya tak jauh dari dunia anak-anak, seperti tokoh jagoannya, binatang, mobil, buah-buahan dan lainnya. Mereka senang mengenali ciri sesuatu benda, lalu mengubahnya menjadi teka-teki seru. Yang jelas, permainan teka-teki dapat mengasah kreativitas dan memperkaya wawasan anak. Karenanya, sebaiknya orang tua menanggapi pertanyaan teka-teki anak. Memikirkan dan menjawabnya secara serius sehingga anak merasa dihargai. Hindari jawaban asal-asalan yang bisa membuat anak malas memberikan soal teka-teki lagi. Jika anak kehabisan ide, cobalah orang tua yang memberikan pertanyaan kepada anak. Mulailah dari hal-hal yang dekat dengan anak. Jika anak sedang gandrung dengan Spiderman, cobalah membuat soal teka-teki tentang jagoannya itu. Jika anak kesulitan menjawab, cobalah untuk memberikan petunjuk lebih banyak. Atau, anak bisa berpikir untuk beberapa lama sampai menemukan jawaban tepat..
Boleh jadi orangtua memberikan teka-teki di malam hari, tetapi baru dijawab keesokan harinya oleh anak sepulang sekolah. Tak masalah. Jika anak menemukan teka-teki di majalah dan kesulitan menjawabnya, sebaiknya orang tua bersama anak memecahkan soal teka-teki itu. Dari penjelasan di atas, teka-teki dapat memberikan dampak bagi kita dalam pendidikan di keluarga maupun di masyarakat. Berikut beberapa manfaat main teka teki kreatif untuk kecerdasan otak anak:.
Mengasah Daya Ingat.
Saat teka-teki diluncurkan, anak akan menyisir semua arsip yang ada di kepalanya untuk dicocokkan dengan petunjuk yang ada. Karenanya permainan ini sangat baik untuk menjaga daya ingat anak. Selain itu, sangat mungkin anak menemukan kosakata baru yang belum dikuasainya. Dengan begitu wawasan anak semakin kaya, kosakatanya pun bertambah..
Belajar Klasifikasi.
Anak belajar mengklasifikasikan, mana yang termasuk kategori buah-buahan, binatang, kendaraan dan sebagainya. Saat disebutkan buah-buahan, pikiran anak akan melayang kepada jeruk, pepaya, rambutan dan sebagainya. Demikian juga ketika pertanyaan itu merujuk kepada binatang, maka gajah, monyet, kodok dan lainnya, akan segera melintas dalam pikirannya. Dengan keterampilan klasifikasi ini anak akan mudah menata ribuan kosakata yang dikuasainya..
Mengembangkan Kemampuan Analisis.
Anak belajar menganalisis jawaban yang tepat dari berbagai petunjuk yang ada. Dia belajar menggabungkan informasi itu dan menemukan jawabannya. Kemampuan analisis ini sangat berguna, khususnya saat anak masuk usia sekolah. Banyak sekali pertanyaan yang membutuhkan analisis, utamanya soal-soal yang memakai penggunaan cerita..
Menghibur.
Permainan teka-teki sangat menghibur. Ini jelas permainan yang menyenangkan dan bisa mengakrabkan hubungan anak dengan orang tua, maupun antarteman sebaya. Bisa dilakukan di mana saja dan kapan pun, baik dalam perjalanan, di rumah, sekolah, maupun di saat-saat santai lainnya. Orang tua bisa membuat beberapa soal teka-teki yang kreatif. Mulailah dari hal-hal yang dekat dengan keseharian anak. Sangat mungkin jawaban dari teka-teki itu lebih dari satu. Berikut beberapa contohnya:.
Aku buah-buahan. Warna kulitku hijau. Warna dagingku merah. Rasaku manis. (Jawaban: semangka). Aku buah-buahan. Aku memiliki banyak duri tajam. Bauku harum dan rasaku manis. (Jawaban: durian). Aku binatang berkaki empat. Aku berbadan besar dan memiliki belalai panjang. (Jawaban: gajah)..
Model pembelajaran teka teki berguna dalam merangsang otak saraf dan membuat anak mampu berpikir keras ketika mendapat problem. (Nur Hafidz – Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Relawan Pustaka Rumah Kreatif Wadas Kelir).
Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4686