(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Aturan di Keluarga Atasi Kenakalan Remaja

Admin disdikpora | 18 September 2017 | 1742 kali

Berbagai teori psikologi perkembangan yang didukung fakta-fakta menunjukkan, anak yang beranjak remaja kerap melanggar berbagai aturan, baik aturan di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Tidak hanya pelanggaran yang sifatnya ringan, tapi juga tak sedikit remaja yang melakukan pelanggaran yang menyerempet tindak kriminal.

 

Mengapa remaja gemar melanggar aturan?

Penyebab pertama adalah krisis identitas. Hal itu berkaitan dengan perubahan identitas diri, dari anak-anak menuju tahap dewasa. Kedua adalah kontrol diri yang lemah, tidak bisa membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Kontrol diri yang lemah itu disebabkan pola asuh di keluarga.

Tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.

 

Bagaimana mengatasinya?

Pada usia remaja, anak lebih banyak menuntut kebebasan dan selalu ingin dilibatkan dalam mengambil sebuah keputusan. Karena itu, peraturan dan batasan penting diterapkan.

Remaja harus dihadapkan pada sebuah konsekuensi jika mereka melanggar peraturan yang telah disepakati tersebut.

"Orang tua harus jelas memberi tahu anak-anak apa yang tidak boleh dilakukan, berikan mereka kesempatan untuk bernegosiasi dan berikan pula konsekuensi yang harus mereka terima ketika melakukannya," kata Dana Urban, dari layanan bimbingan online komite bimbingan anak Jerman, yang dikutip dari laman Star2.

Misalnya, kata Urban, Orang tua harus menegaskan aturan atau sanksi jika si anak remaja meninggalkan rumah untuk bermain dengan teman-temannya tanpa memberi tahu sebelumnya.

“Contoh ketika mereka harus sampai di rumah sebelum tengah malam namun ternyata mereka tiba di rumah melewati batas waktu yang ditentukan, maka ke depannya mereka tidak diijinkan untuk pergi luar sampai tengah malam waktu berikutnya, “kata Urban.

Aturan atau sanksi itu harus diterapkan dengan konsisten. “Jangan sampai ketika suatu waktu membiarkan tapi diwaktu yang lain dimarahi dan dikenai sanksi. Ini akan membingungkan si remaja, “ujarnya

Disamping sanksi yang tegas, Urban juga mengatakan, agar orang tua jelas memberikan penjelasan atas aturan itu.

Urba menyarankan agar orang tua membahas aturan itu dan sanksinya bersama anak remaja. Orang tua bisa saja memintanya mempertimbangkan sanksi apa yang hendaknya diberikan untuk pelanggaran tertentu. Remaja jauh lebih besar kemungkinannya menaati aturan jika mereka turut merumuskannya.

Selain itu, Orang tua juga wajib menjalin komunikasi dengan remaja. Orang tua harus memperlakukan anak remaja dengan bahasa layaknya orang dewasa dan bukan anak-anak lagi.

"Sikap seperti itu biasanya memungkinkan mereka untuk berpikir lebih dewasa dan secara otomatis membuat remaja berpikir lebih tenang," tuturnya.

Yang lebih penting. Orang tua harus membangun karakter anak. Tujuannya, bukan hanya membuat anak remaja menaati aturan melainkan juga membantunya mengembangkan hati nurani yang sehat, perasaan batin tentang yang benar dan yang salah. Yanuar Jatnika