(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Bangun Efikasi Diri agar Anak Tangguh

Admin disdikpora | 14 November 2018 | 602 kali

Diana tengah bersiap-siap mengikuti lomba mendongeng hari ini. Ia terlihat sangat bersemangat dan bekerja keras saat latihan. Menjelang lomba tiba, ia tampil menawan dengan baju merahnya yang cantik.

Namun saat memasuki ruangan lomba, Diana tiba-tiba tak mau maju. Bahkan menangis keras saat dimotivasi untuk tetap ikut lomba.

Rasanya anak kita pernah mengalami kejadian serupa di atas. Mudah menyerah atau cenderung menghindari situasi sulit. Bandura, seorang ahli psikologi, menyebut apa yang dinamakan ”efikasi diri”, istilah atas penilaian terhadap kemampuan diri dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Walaupun anak memiliki banyak kemampuan tapi efikasi dirinya rendah, maka ia tidak bisa memanfaatkan kemampuannya secara optimal.

Sikap anak yang memiliki efikasi rendah sebagai berikut:

  1. Sering mengucapkan ”aku nggak bisa” atau ”ini bukan hal yang bisa kulakukan”
  2. Mudah menyerah atau menghindar dari situasi yang sulit,
  3. Stres dengan tugas yang dikerjakan dan tidak bisa merasa senang,
  4. Berfikir bahwa penyebab kegagalan/kekalahannya yaitu karena kemampuannya yang kurang mencukupi,
  5. Kurang tertarik mencoba tantangan dan merasa inferior atau rendah diri di depan orang lain.

Agar si kecil dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa ”Aku pasti bisa” dalam menghadapi semua hal di dalam kehidupannya, cobalah teknik percakapan yang bijaksana untuk membangun efikasi diri anak.

 Pengalaman mencapai keberhasilan

Saat anak sedang berusaha mengerjakan tugasnya yang dianggapnya sulit, atau sedang menghadapi situasi seperti tampil lomba dongeng pertama kalinya seperti Diana, coba katakan:

Kamu dapat berhasil dengan luar biasa sekali, kesayangan bunda”

Kamu berhasil karena usaha kerasmu, sayang”

Percakapan di atas menggambarkan bahwa keberhasilan yang diraih anak adalah melalui pengalaman yang sudah dilaluinya. Pengalaman ini diraih melalui sejumlah kesempatan yang diambilnya.

Agar anak tidak merasa frustrasi dalam menghadapi kegagalan, tunjukkan kepercayaan bahwa anak kita bisa mengakui kegagalannya sendiri dan menjadikannya sebagai batu loncatan menuju keberhasilan.

 Belajar dari pengalaman orang lain

Kita bisa mencoba untuk turun tangan mencoba mengurai kesulitan anak. Misalnya lomba mendongeng adalah sesuatu yang baru bagi Diana, cobalah kita mencontohkan untuk mendongeng di depan anak saat di rumah.

Bunda telah berhasil melakukannya. Bagus kan penampilan bunda? Rasanya senang sekali karena bunda sudah berhasil membawakan dongeng keren ini. Ananda juga sekarang bisa kok!”

Saat orangtua mencontohkan langsung hal yang membuatnya takut dan merasa sulit, anak akan mengobservasi keberhasilan kita. Secara tidak langsung, anak mengidentifikasi pemenuhan diri atau prestasi atas pengalaman keberhasilan orang lain.

 Persuasi verbal

Kamu pasti bisa sayang, kamu jago!

Persuasi verbal merupakan ekspresi pujian, dukungan dan terima kasih dari orang lain. Seperti faktor pengalaman orang lain, anak menerima pengaruh eksternal dari lingkungan di sekitarnya.

Selfimage atau penggambaran diri yang baik akan terbentuk melalui pengamatannya sendiri. Anak akan merasa yakin bahwa ia dapat bengun dari kegagalan dan menghadapinya melalui ucapan kepercayaan dan dukungan dari seseorang yang dihormati atau dipercaya. Doronglah anak agar memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri melalui ucapan-ucapan positif.

 Pengaruh emosi (fisik)

Tidak apa-apa kalau kamu takut gagal lagi. Tapi, kamu pasti bisa lebih baik daripada sekarang.”

”Nggak apa-apa sekarang gagal, lain kali kamu pasti bisa berhasil kok, sayang”

Terkadang seseorang memiliki rasa cemas yang membesar saat dihadapkan dengan suatu masalah dan tantangan baru. Rasa cemas ini dapat diatasi melalui pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain dan juga persuasi verbal. Biarkan anak mengetahui dan menerima pengalaman terburuknya dan tunjukkanlah sikap sabar dan menerima segala situasi yang terjadi untuk bisa mengalahkan ketegangannya.

Membangun efikasi diri anak sangatlah penting dalam membekalinya menghadapi setiap tantangan anak di masa mendatang. Percakapan sederhana seperti di atas menjadi sebuah energi positif untuk anak dalam membangun efikasi dirinya. Orangtua sebagai orang terdekatnya sangatlah berperan penting untuk membangun komunikasi positif di setiap kesempatan anak dalam menghadapi tantangan dan hal baru.  (Munasiroh - Relawan Pustaka Wadas Kelir)