(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Belajar dari Sepasang Sandal

Admin disdikpora | 22 November 2018 | 1457 kali

Sandal biasa digunakan kita sehari-hari. Baik dalam aktivitas di luar rumah maupun di dalam rumah.

Mungkin kita menganggap sandal sekadar alas kaki untuk melindungi telapak kaki saja. Padahal sandal bisa dijadikan media belajar dan bermain untuk anak.

Sewaktu kecil, saya dan teman-teman senang sekali bermain petak umpet. Dahulu kami gunakan sandal kami masing-masing untuk menjadi gateng. Kami tumpuk sandal tersebut seperti gunung. Lalu salah seorang pemain melempari gunungan sandal tersebut sekeras mungkin.

 

Anak yang bertugas sebagai penjaga sandal yang akan merapikan gunungan sandal seperti semula. Saat anak tersebut membuat gunungan sandal yang baru, saya dan teman-teman yang lain akan berlari mencari tempat persembunyian.

Pengalaman tersebut hanya salah satu contoh sederhana menggunakan sandal sebagai media bermain. Adapun manfaat sandal yang lain antara lain sebagai berikut:

Pertama, melatih kesabaran

Suatu hari saya duduk di teras rumah sambil menemani putri saya bermain. Saya mengamati setiap tingkah laku putri saya saat itu. Ia kemudian mendadak berdiri dan diam. Hanya kakinya yang bergerak-gerak di atas sandal jepit milik saya. Ia terlihat sedang berusaha keras mencoba memakai sandal itu. Perlahan-lahan ia masukkan telapak kakinya dan berhasil. Terlihat raut wajah penuh kegembiraan dan kepuasan terpancar dari wajahnya saat itu. Tanpa disadari, dari hal kecil yang dilakukannya tersebut telah melatihnya untuk bersabar.

 

Kedua, melatih kemandirian

Saat mencoba memakai sandal milik ibunya, putri saya sebenarnya juga sedang berlatih kemandirian. Ia berusaha memakai sandal itu sendiri tanpa meminta saya untuk memegangi kedua tangannya. Setelah puas bermain-main dengan sandal milik saya, ia pun belajar melepasnya sendiri. Dari tingkah laku putri saya yang saya amati itu, saya mengambil kesimpulan sederhana. Bahwa sesungguhnya banyak hal kecil yang bisa dijadikan media untuk melatih anak usia dini mengenal kesabaran dan kemandirian.

Ketiga, belajar mengenali diri

”Pakai sandalnya dari kaki kanan dulu, Nak!” Saya sering mengucapkan hal tersebut setiap anak saya belajar memakai alas kaki. Ia pun akan merespons dengan menjawab, ”Ini?” Sambil menunjukkan salah satu kakinya. Kebiasaan ini merupakan cara anak mengenali diri dari segi anggota tubuhnya.

Tak hanya itu saja. Saat saya hendak merapikan alas kaki yang berserakan di teras, anak saya langsung berlari meminta sandal miliknya. Kemudian ia meletakkannya itu di bawah meja kamarnya.

Bagi saya ini menunjukkan bahwa anak belajar mengenali benda yang menjadi miliknya. Ia pun akan paham mana benda yang bukan miliknya. Dengan kemampuan tersebut, maka anak tidak akan mudah tergiur mengambil barang orang lain tanpa permisi.

Keempat, mengasah kreativitas

Permainan yang saya ceritakan di awal pembuka artikel ini merupakan contoh mengasah kreativitas anak hanya menggunakan gunungan sandal. Contoh lain bahwa sandal bisa menjadi media mengasah kreativitas anak adalah ketika saya melihat anak tetangga sedang bermain ’pasaran’.

 

Ada anak yang ceritanya berjualan makanan, ada anak yang berjualan minuman dan beberapa anak yang lain sebagai pembeli. Namun tiba-tiba datang seorang anak usia 4 tahun yang ingin ikut bermain. Ia kemudian merapikan sandal milik teman-temannya itu. Lalu ia pun berkata, ”Aku jualan sandal ya!” Betapa senangnya saya melihat permainan anak-anak tersebut. Mereka tak pernah kehabisan ide dalam bermain.

Anak-anak memang selalu memiliki kejutan di luar logika orang dewasa. Setiap hal kecil di sekelilingnya bisa dijadikan media bermain dan belajar. Meskipun hanya sepasang sandal bisa menjadi media yang baik untuk anak. Sebagai orangtua sebaiknya senantiasa menjadi pendamping yang baik pula untuk anak. (Agustina Wulandari -Tutor PBM Wadaskelir. Foto : Fuji Rachman)