Pagi itu sekolah kami mengadakan lomba lari dalam rangka seleksi untuk lomba tingkat Kecamatan. Tiba giliran Nabila, Nadine, Syafa dan Calista bersiap-siap untuk lari. Anak-anak sangat senang dan mengikuti kegiatan dengan antusias.
Mereka memberikan semangat pada keempat temannya, namun tiba-tiba Nabila menangis keras. Rupanya Nabila kalah dalam lomba. Ibu guru pun segera menenangkan Nabila setelah kegiatan lomba lari selesai.
Ayah Bunda, setiap orang sebenarnya mempunyai potensi menjadi pemenang dan dapat juga belajar menerima kekalahan dengan lapang. Jika dalam suatu perlombaan menjadi pemenang akan memberikan efek gembira pada anak-anak. Sebaliknya jika mereka kalah maka kekecewaan, kesedihan dan rasa menyesal tumpah menjadi tangisan.
Bagaimanakah sebuah kekalahan dapat diolah sehingga ketegaran jiwa dan mampu menerima kekalahan dengan lapang dada?
Sering terjadi, jika anak-anak akan mengikuti perlombaan Ayah Bunda atau guru hanya mendorong anaknya untuk menjadi pemenang atau menjadi juara pertama. Memang ada baiknya memberi dukungan kepada anak, namun memberi pengertian tentang belajar menerima kekalahan juga perlu dilakukan agar anak mampu menghadapi dengan baik jika kalah dalam perlombaan.
Hal-hal berikut yang dapat Ayah Bunda lakukan dalam upaya mengajarkan anak untuk belajar menerima kekalahan:
Pertama, belajarlah dari lingkungan terdekat anak, yakni keluarga. Biasakan tidak menyalahkan jika menyaksikan suatu pertandingan atau perlombaan. Misal ketika bersama-sama menyaksikan pertandingan bulutangkis, hindari perdebatan siapa yang salah dan siapa yang benar. Jika demikian maka akan terlihat oleh anak bahwa kemenangan dalam suatu pertandingan merupakan keharusan. Artinya jika kita mengikuti lomba maka harus menang.
Kedua, jika anak mengikuti perlombaan tekankan pada anak menang atau kalah adalah suatu hal yang wajar. Usaha maksimal dan bermain dengan jujur adalah hal yang penting. Jika sebelum bertanding anak sudah dibebankan untuk menang, tidak menutup kemungkin mereka berbuat curang.
Ketiga, hindari memarahi anak jika kalah dalam perlombaan. Dalam perlombaan sejatinya yang menjadi hal penting bagi anak adalah proses untuk menjadi menang, bukan kemenangan yang menjadi tolok ukur. Jika anak mampu menerima kekalahan akan mempunyai nilai tersendiri, yaitu sebagai anak yang tegar dan mampu mengendalikan diri.
Keempat, sejatinya dalam perlombaan adalah untuk mengetahui bagaimana rasanya mengikuti suatu lomba. Menang dan kalah adalah pilihan yang membutuhkan proses sehingga memberikan pelajaran kepada anak bagaimana harus berusaha sekuat tenaga jika ingin memperoleh suatu yang yang diinginkan (menjadi pemenang). Jika kalah dalam perlombaan artinya ada hal yang perlu diperbaiki kembali.
Kelima, orang tua atau guru tidak memberikan penilaian yang sama. Jelaskan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Jika anak mengalami kekalahan segera mencari penyebabnya dan bukan menyalahkan anak. Sehingga anak tidak terpaku pada kekalahan yang dialaminya, tapi ia akan mencari sendiri penyebab kekalahannya dan pada akhirnya akan memperbaiki dan bersikap menerima kekalahan.
Keenam, mengajarkan anak menerima kekalahan dengan mensyukuri setiap hasil yang didapat dari lomba. Jika menang lomba tidak berlaku sombong dan mengolok-olok yang kalah. Sikap ini akan membuat anak belajar bahwa setiap individu termasuk dirinya mempunyai kemampuan yang tidak sama. Suatu saat dapat menjadi pemenang dan suatu saat kalah dalam lomba.
Jika sudah siap dan terbiasa berlapang dada menerima kekalahan, maka anak akan semakin mempunyai banyak pengalaman dan tidak cepat putus asa. Ayah Bunda, dalam hidup tidak saja kesenangan yang ada di dunia ini, namun juga perasaan sedih, kecewa sering menghampiri. Mari kita mengajarkan anak untuk dapat mengelola dengan baik sebuah kekalahan yang justru akan menumbuhkan pengalaman hidup anak. Semoga bermanfaat. (Sikhah - Guru Taman Kanak-Kanak Pertiwi BobosanPurwokerto Utara Banyumas)
Download disini