(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Bukan Anak, tapi Orangtua yang Salah!

Admin disdikpora | 31 Desember 2018 | 891 kali

Mendapati anak yang berlari kencang saat memasuki pintu gerbang sekolah, tak ayal membuat hati saya bertanya-tanya, ada apakah dia berlari sekencang itu? Bahkan peringatan untuk tidak berlari agar tidak jatuh juga tak dia indahkan. Setelah usut punya usut, ternyata bel sekolah telah berbunyi dan anak tersebut datang terlambat ke sekolah.

Sebagai pengganti orangtua di sekolah, naluri keibuan saya muncul. Saya langsung menghampiri dan menanyakan penyebab terlambat. Jawaban mereka pun beragam. Ada yang bangun kesiangan, masih menunggu bekal karena belum matang, belum ada yang mengantar bahkan ada yang karena menunggu bajunya di seterika dahulu akibat kemarin pulang sekolah kehujanan.

Ini hanya sebagian pemicu keterlambatan anak datang ke sekolah. Jika di telusuri kasus tersebut bukan semata-mata kesalahan anak. Namun peran orangtua sangatlah dominan.

Sesuai teori ”tabularsa” (a blank sheet of paper) yang dipelopori John Lock, anak yang lahir ke dunia diumpamakan seperti kertas putih yang kosong dan yang belum ditulisi. Menurut aliran ini, anak yang lahir ke dunia tidaklah  mempunyai bakat atau  pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh karena itu anak-anak dapat dibentuk sesuai keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikannya.

Sesuai  pandangan tersebut, pendidikan memegang peranan penting dalam mencetak karakter anak. Peran orangtua terutama ibu sangatlah diperlukan. Mengingat ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Melihat kasus anak yang terlambat datang tersebut ada beberapa jurus yang bisa ibu lakukan agar peristiwa tersebut tidak terjadi:

Pertama, mengingatkan agar tidak tidur terlalu malam

Dunia anak yang identik dengan bermain seringkali membuat mereka terlena hingga melupakan pesan-pesan ibunya. Situasi inilah, kesabaran dan ketelatenan seorang ibu sangat diperlukan. Jangan pernah lelah dan selalu bersabar untuk mengingatkanya. Misalnya, jika saat ini anak sudah dipesan untuk tidur lebih awal dan itu terlaksanakan, sedangkan besok hal itu terlupakan, maka terus ulangi pesan tersebut agar hal itu menjadi kebiasaan.

Kedua, membuat jadwal menu

Upayakan bahan yang dibutuhkan disiapkan sore hari agar pada pagi hari mudah untuk mengolahnya. Pengadaan bahan masakan ini agar  tetap segar bisa dilakukan dengan memesan bahan dasar kepada tukang sayur yang dipercaya dan menyimpannya dalam lemari es. Jangan membeli bahan yang sudah layu atau sudah busuk. Hal ini untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.

Ketiga, buat jadwal jam mengantar atau menjemput

Tepatilah jadwal mengantar dan menjemput anak tersebut. Pembuatan jadwal ini harus disesuaikan dengan jam masuk dan kepulangan anak. Jangan sampai terjadi ketidaksesuaian antara rencana dengan kenyataan, sehingga ada salah satu yang harus menunggu terlalu lama, baik itu orangtua atau anak.

Keempat, cek seragam sepulang sekolah

Karena dunia anak erat sekali bermain maka alangkah baiknya seragam anak dibuat dobel. Mengapa? Ini penting mengingat seringnya baju anak kotor usai belajar atau bermain di sekolah. Penyampaian materi dengan metode bermain sambil belajar acapkali diinginkan dan diminati anak karena metode itu sangat cocok sekaligus menyenangkannya. Contohnya metode snow ball, petak umpet, market pleace dan lain-lain. Namun, pelaksanaan metode ini berakibat seragam anak seringkali kotor.

Apakah kita harus memarahi mereka karena bajunya yang kotor? Tentu tidak. Berani kotor adalah salah satu proses bagi anak untuk menerima kenyataan. Karena tidak semua keinginan baik itu terwujud. Kemungkinan hal terburuk yang tidak kita inginkan juga dapat terjadi.

Jadi biarkan mereka menikmati dunianya dan berkembang minat serta bakatnya sesuai usianya. Sementara untuk mengantisipasi akan baju kotornya dapat dilakukan dengan menyediakan baju seragam dobel untuk mereka.

Demikianlah ketidakdisiplinan anak karena bangun kesiangan, menunggu bekal, belum ada yang mengantar hingga tidak adanya seragam sekolah karena baju masih kotor, bukan murni 100%  kesalahan anak. Berkat ibu cerdas yang selalu kerja keras, ikhlas, dan tuntas semua masalah akan teratasi.

Tidak ada keberhasilan tanpa adanya sebuah proses. Dan proses tidak akan pernah membohongi hasil. Untuk itu jangan pernah putus asa untuk melatih anak menjadi disiplin. Semoga dengan jurus melatih kedisiplinan tersebut tidak ada lagi anak-anak yang masih tataran golden age datang terlambat ke sekolah. Salam sehat dan kuat bunda hebat. (Siti Romdiyah - Guru Pendidikan Agama Islam, SD Negeri Ngembul 04, Binangun,  Kabupaten Blitar; Foto - Fuji Rahman)