”Anto, ayo mandi! Sudah sore ini, ayo cepat mandi!” perintah seorang ibu dengan nada melengking.
”Nanti, Bu! Sebentar, tanggung nih!” sahut Anto dengan nada lebih keras.
Kejadian di atas barangkali sering kita jumpai di sekitar kita. Entah itu anak sendiri atau tetanggga. Orang tua seringkali dibuat emosi dengan sikap anaknya yang sering membantah dan tidak menuruti perintah orang tua. Gara-gara masalah seperti itu sering terjadi keributan di dalam rumah antara anak dan orang tua.
Mempunyai anak yang mudah diatur dan mau mendengarkan setiap nasihat orang tua adalah dambaan kita. Namun sering kali omongan kita diabaikan, malah terkadang anak-anak membantah setiap omongan kita yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Terkadang hal tersebut membuat kita harus menghembuskan napas dalam-dalam.
Sebagai contoh kecil ketika kita hendak memerintahkan anak untuk menyudahi bermain game dan kita suruh anak untuk mandi karena waktu sudah sore. Sedangkan dia sedang asyiknya bermain. Dengan nada keras ataupun lembut, yang sering kita jumpai anak tersebut mengabaikan bahkan menolak perintah.
Lantas apakah sebagai orang tua kita harus memaksa? Harus dimarahikah menurut perintah kita? Ataukah dibiarkan saja? Sungguh itu menjadi dilema bagi kita. Apalagi jika kita tahu tentang pengaruh bahasa tertentu bagi kejiwaaaan anak.
Para pakar berpendapat kalau ibu memerintah kepada anaknya, kecenderungannya akan bersuara melengking. Hal tersebut bisa merusak sel saraf otak kanan. Konon sebanyak 250 ribu sel otak anak akan rusak ketika dirinya dimarahi. Hal tersebut bisa berpengaruh terhadap anak yakni menjadikan dirinya semakin liar dan bahkan berontak.
Lantas bagaimana solusinya agar anak mau menurut perintah atau keinginan kita tanpa kita harus teriak-teriak atau bahkan marah? Berikut ini adalah solusi untuk menjadikan anak menurut perintah kita sekaligus menghindari kemungkinan rusaknya sel saraf anak.
Pertama, gunakanlah bahasa tubuh atau isyarat jika ingin memberikan instruksi atau pun perintah. Anak-anak akan lebih memperhatikan bahasa isyarat kita daripada mendengar teriakan kita.
Tanpa suara anak-anak akan tahu apa sebenarnya yang diharapkan kita. Dengan begitu anak merasa tidak dipaksa sehingga lebih mudah untuk menurut. Bahasa isyarat biasanya juga akan menghindarkan perlawanan atau kemarahan.
Kedua, bila memungkinkan perintah atau instruksi usahakan datang dari seorang ayah. Meski suara ibu atau perempuan itu kadang enak didengar, merdu dan lembut, namun jika sudah masuk dalam ranah memerintah anak dalam kondisi sedikit emosi maka jadi beda cerita. Oleh karena itu seorang ayah dalam hal ini lebih cocok untuk memberikan instruksi terhadap anak. Dengan suara seorang ayah yang lebih berjenis bas biasanya anak akan lebih menurut.
Ketiga, berikan sentuhan atau rangsangan pada anak. Karena dengan sentuhan ada gelombang yang akan sampai ke otak anak sehingga sel-sel cintanya tumbuh subur. Ini bisa dilakukan baik oleh seorang ayah maupun ibu.
Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita memberikan sentuhan terhadap anak agar dirinya merasa diperhatikan dan tanpa sadar mengikuti instruksi kita.
Merangkul pundak anak sambil ditepuk lembut merupakan salah satu cara ampuh untuk membuat anak merasa diperhatikan. Lakukan dengan cara ini dan berkatalah pada anak dengan lembut tetang apa yang kita inginkan dari dirinya.
Lakukan sentuhan itu sambil mengelus tulang punggung anak hingga ke tulang ekor. Jangan lupa usaplah kepalanya agar dirinya semakin terperhatikan.
Keempat, berikan pujian dahulu secara lembut dan senyum sebelum kita menyuruh atau memberi instruksi kepada anak. Ini sangat ampuh karena ketika dirinya tersentuh dengan kata pujian kita, biasanya anak akan segera bereaksi mengalihkan keasyikannya dan akan merasa senang kepada kita. Barulah kita ajak dirinya untuk mengikuti kehendak kita. (Fajar Pujianto – Pegiat Literasi, Sekretaris Forum TBM, Pengelola TBM Anfat Desa Babakan Kecamatan Karanglewas, Pendidik di MI Ma’arif NU 2 Langgongsari Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas)