Suatu ketika, saya dibuat kaget dengan cerita anak saya yang masih duduk di bangku kelas 4 SD. Anak saya cerita serunya acara tidur di kelas selama 15 menit setiap istirahat siang. “Ada yang tidur-tiduran saja, ada yang sekedar duduk sambil merem-merem, tapi ada juga yang tidur beneran hingga harus dibangunkan, “celoteh anak saya itu.
Tiduran di kelas? Rupanya hal itu sudah jadi kebijakan sekolah. Jadi, anak-anak diperbolehkan bawa bantal kesukaannya dan bahkan boleh bawa mainan ke kelas. Tidur di kelas itu berlangsung sekitar 10-15 menit, boleh tiduran di bangku atau di lantai, kalau ngga mau tidur, boleh bermain dengan mainan kesukaannya yang dibawa dari rumah.
Itulah yang dilakukan Global Prima Islamic School (GPIS) yang berlokasi di Jalan Lingkar Utara, Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Menurut Nurhayati, Kepala Sekolah SD GPIS, hal itu dilakukan mengingat jam belajar anak-anak di sekolah yang mulai Pukul 07.00 sampai sekitar Pukul 15.00 sangat melelahkan anak-anak. “Jam istirahat, selepas Shalat Dhuhur, daripada anak-anak bermain di luar kelas yang melelahkan, lebih baik istirahat di kelas, boleh tiduran atau main mainan yang dibawa dari rumah. Itu berlangsung sekitar 15 menit sebelum kembali belajar, “katanya.
Kadang-kadang, siswa nonton film-film edukasi di laptop yang dibawa walikelas. Berikutnya, dua minggu sekali nonton TV di layar lebar di perpustakaan.
Menurut Nurhayati, hal-hal itu dilakukan agar anak merasa nyaman dan senang berada di kelas yang pada ujungnya meningkatka motivasi dan semangat anak-anak untuk belajar.
Tak hanya menciptakan suasana kelas yang menyenangkan pada siswa, pihak sekolah juga selalu berupaya menjalin kedekatan dengan para orangtua murid. Sejak berdiri tahun 2013 lalu, telah terbentuk Komite Sekolah yang lantas juga membentuk Koordinator kelas (Korlas) di masing-masing kelas. “Komite sekolah ini sebagai jembatan penghubung pihak sekolah dan orangtua siswa, wadah bagi orangtua menyalurkan aspirasi, masukan, atau mungkin komplain atau krtitikan, “katanya.
Sebagai wadah pertemuan antara orangtua dan guru, maka Komite Sekolah membentuk majelis taklim orangtua GPIS yang diberi nama Umul Mukminin. Kegiatannya, setiap hari Selasa pertama setiap bulannya diadakan pertemuan antara sekolah dengan orangtua dengan materi berupa tanyajawab terkait sekolah. Sedangkan Selasa pertama, kedua, dan ketiga, diadakan pembelajaran BTHQ atau Baca Tulis Huruf Al Quran. “Kan tidak semua orangtua bisa atau mahir baca Al Quran, jadi kami sediakan wadah untuk mempelajari baca tulis Al Quran, :”ujar Nurhayati.
Adapun Korlas, menurut Nurhayati, berperan membantu sekolah di kelasnya masing-masing, misalnya kebutuhan kelas terkait pembelajaran, kebutuhan anak-anak, seperti air minum, makanan ringan, dan lain-lainnya, termasuk bila ada kegiatan pentas seni atau kegiatan di luar sekolah. “Korlas ini mempunyai uang kas yang disumbang para orangtua. Uang kas inilah yang dipakai membantu semua kebutuhan kelas. Tapi ini bukan berarti pihak sekolah tidak turun tangan, seperti penyediaan kotak P3K, air minum, itu sekolah yang menyediakan, korlas hanya membantu, jadi saling melengkapi dan saling menunjang, “paparnya.
GPIS juga bekerjasama dengan pihak luar untuk menyelenggarakan parenting, misalnya dengan Pondok Pesantren Daarut Tauhid. Beberapa waktu lalu digelar parenting bertema “Menjadi Orangtua sesuai tuntunan Al Quran dan As Sunah. Mendidik Anak Dengan Akhlak Mulia” dengan narasumber Ustad Sukeri Abdillah.
Sebelumnya, tahun 2016 lalu, bekerjasama dengan Yayasan Sejiwa, mendatangkan penyanyi muslim asal Inggris, Harris J, dalam upaya mengkampanyekan kesadaran anti bullying di kalangan siswa. Yanuar Jatnika
Sumber : https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=249900077