(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Cara Melatih Anak Memaafkan Teman

Admin disdikpora | 18 April 2017 | 1474 kali

Dunia anak adalah bermain. Ketika bermain, tanpa disadari anak-anak sangat bebas mengekspresikan segala emosi yang anak miliki. Anak mampu mengekpresikan rasa senang, bahagia, lelah, kesal, bahkan mengekpresikan marah.

Ekspresi-ekspresi emosi ini selalu terjadi pada anak ketika anak sedang asyik menikmati permainan bersama teman-temannya. Tanpa disadari oleh orang tua, anak sebenarnya pada fase ini sedang berada dalam proses belajar mengatur emosi sekaligus mengenal emosi yang mereka miliki.

Proses belajar ini menjadi hal yang hampir setiap hari dilalui oleh anak. Seringkali, sebagai orang tua kita melihat anak bermain, namun kemudian terlibat perkelahian dengan teman mainnya, terutama apabila si anak berusia 5-7 tahun, ketika anak sedang banyak maunya, sehingga terkadang sulit diatur.

Nah, jika seperti itu, tentu orang tua tidak ingin melihat anaknya terus-terusan bertengkar dengan teman mainnya. Orang tua tentu ingin agar si anak cepat berbaikan dengan temannya dan kembali bermain bersama.

Namun, anak terkadang enggan berkompromi. Bahkan seringkali ia menolak dengan penuh emosi. Ia tidak mau memaafkan, sekalipun teman mainnya sudah menyodorkan tangannya untuk meminta maaf pada si anak. Bila seperti itu, di sini orang tua mempunyai peran penting dalam mengenalkan anak untuk mau memaafkan antar sesama.

Adapun yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengajarkan anak memberi maaf adalah sebagai berikut:

Pertama, memberikan contoh memaafkan. Anak akan lebih mudah menyerap pengetahuan ketika anak melihat sendiri kemudian menirukannya. Agar anak mau memaafkan, maka sebagai orang tua harus memberikan contoh memaafkan terlebih dahulu.

Orang tua bisa membiasakan diri dengan meminta maaf, apabila ada kelakuan yang tidak disukai oleh anak, sehinga anak akan meniru apa yang dicontohkan orang tua kepadanya, ketika anak melakukan kesalahan. Memberikan contoh memaafkan bisa dilakukan dengan selalu berkata pada anak, “Iya, Nak. Bunda maafkan.” Atau bisa juga dengan bahasa tubuh, seperti bersalaman dan saling berpelukan.

Kedua, belajar menyalurkan kemarahan. Terkadang banyak kita temui anak yang cenderung tertutup dan menolak untuk menyalurkan kemarahannya, sehingga proses untuk memaafkan menjadi semakin sulit.

Jika menemui anak seperti ini, orang tua bisa juga mengajarkan anak agar dapat memberi maaf, yaitu dengan menggunakan motorik halus si anak. Misal, menyalurkannya dengan menggambar apapun atau mencoret-coret sebagai pelampiasan rasa kesal atau marahnya, sehingga membuat hati anak plong. Nah, ketika hati anak plong, maka anak akan lebih mudah memaafkan.

Ketiga, belajar jujur. Anak yang jujur adalah dambaan setiap orang tua. Melatih anak untuk memiliki sikap jujur baik ditanamkan orang tua sejak dini. Sebab, melatih anak untuk selalu berkata jujur akan membuat anak berani berkata terus terang dengan apapun yang terjadi.

Jadi, jika anak mengalami permasalahan dengan teman mainnya, si anak akan lebih mudah mengatakan kepada orang-tuanya. Saat inilah, orang tua mengajarkan anak untuk memafkan kesalahan teman mainnya.

Keempat, memberi pujian. Anak-anak senang sekali apabila mendapat pujian dari orang-orang di sekitar. Jadi, sebagai orang tua, jangan pernah ragu untuk selalu memeberikan pujian kepada anak. Dalam hal apa pun, termasuk ketika anak mau memaafkan temannya. Memberi pujian pada anak dapat menjadi motivasi bagi anak untuk senang memafkan orang lain. (Umi Khomsiyatun, mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto)


sumber : http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4040