Dalam beradaptasi dengan lingkungannya, anak tidak selalu dapat beradaptasi dengan baik. Ada kalanya anak mengalami hambatan di dalam proses penyesuian diri. Kegagalan di dalam beradaptasi ini biasa disebut dengan istilah mal-adjusted. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak dalam berdaptasi tersebut.
Penyesuaian diri yang gagal, karena ketidakmampuan anak dalam menghadapi hambatan-hambatan, akan mengakibatkan ketegangan, rasa frustasi, perasaan bersalah serta rendah diri yang akan membuat individu merasa tidak nyaman bila berada pada suatu Iingkungan atau kelompok baru. Hal ini dapat menjadikan anak tersebut terasing {isolation).
Menurut Hurlock (1997), penyesuaian diri diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Orang dapat menyesuaikan diri secara baik dengan mempelajari berbagai ketrampilan sosial, seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik teman, anggota keluarga, maupun orang yang tidak dikenal.
Menurut Davidoff (1991), penyesuaian diri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu kondisi diri dan tuntutan lingkungan. Manusia dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam. Berikut cara mendampingi anak agar mereka mudah beradaptasi.
Pertama, menemani. Ketika anak baru pertama kali menginjakkan kaki di lingkungan baru, jangan pernah meninggalkannya sendirian, sekalipun itu rumah kakek-neneknya. Pada usia 1-2 tahun, anak tertarik bereksplorasi tapi dia masih membutuhkan kehadiran orang dewasa untuk memberikan rasa aman. Dia bermain bersama anak-anak lain, tapi pasti akan kembali pada Anda.
Kedua, memberikan gambaran. Beritahu anak tentang lingkungan baru yang akan dihadapinya. Anak yang sudah bisa memahami penjelasan Anda dapat lebih siap menghadapi situasi yang baru ia temui. Katakan siapa saja yang akan ia temui, dan apa saja kegiatannya. Perkuat gambaran tersebut dengan kesukaan anak, misal tempatnya seru karena dia bisa bermain mobil-mobilan. Jangan lupa, berikan gambaran yang positif dan menyenangkan mengenai tempat baru yang akan anak kunjungi. Anak pasti tertarik mengunjungi tempat tersebut.
Ketiga, mengajak sering berkunjung. Salah satu kunci anak mudah beradaptasi adalah frekuensi berkunjung, bukan durasi. Semakin sering Anda mengajak anak mengunjungi tempat baru, ia semakin mudah beradaptasi. Pada kunjungan selanjutnya, anak lebih siap menghadapi suasana dan orang-orang yang ada di suatu tempat. Kalau terlalu lama anak justru kelelahan.
Keempat, perhatikan kondisi anak. Anak lebih mudah beradaptasi bila suasana hatinya sedang baik, tidak sedang rewel, lapar atau mengantuk. Begitu juga kondisi fisiknya. Pastikan anak dalam keadaan sehat atau tidak kelelahan. Kondisi fisik dan mental berpengaruh pada kesuksesan anak beradaptasi. Bila Anda merasa si kecil tak siap, sebaiknya jangan memaksanya. Cari kesempatan lain untuk mengenalkan anak dengan lingkungan baru.
Kelima, memberi rasa aman. Pada usia 1-2 tahun, anak biasanya memiliki sebuah benda yang bisa memberinya rasa aman, seperti boneka atau selimut untuk membantunya menghadapi lingkungan baru. Benda tersebut bisa mengurangi rasa keterasingannya di tempat baru dan bisa menenangkannya. Anda bisa memberikan benda tersebut dan katakan padanya, dia akan aman karena ada benda kesayangan yang setia menemaninya.
Keenam, mengenali temperamen anak. Ada tiga jenis temperamen, yaitu mudah (easy), lambat untuk “panas” (slow to warm up) dan sulit (difficult). Bagi anak yang temperamennya mudah, dia tidak akan banyak mengalami kesulitan beradaptasi. Anda perlu memberi perhatian lebih pada anak yang temperamennya sulit. Biarkan dia mengamati lingkungan barunya itu dahulu. Satu hal yang perlu Anda ingat, jangan pernah paksa anak untuk bersosialisasi. Bersabarlah, karena seiring waktu, anak akan semakin mengenali lingkungan barunya, sehingga kemampuannya beradaptasi meningkat. (Nur Hafidz - mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Institut Agama Islam Negeri Purwokerto; Relawan Rumah Kreatif Wadas Kelir)