(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Cara Pendampingan Anak Menghadapi Ujian

Admin disdikpora | 04 Januari 2017 | 1184 kali

 Menjelang akhir tahun, sekolah-sekolah mulai melakukan serangkaian tes tertulis untuk siswa-siswanya. Bukan hanya guru dan murid yang mempersiapkan diri, orang tua pun tak ketinggalan turut mempersiapkan anak-anak mereka.

Tidak dimungkiri bagi para orang tua yang masih menempatkan prestasi akademik pada tingkatan tertinggi, masa-masa ujian bagi mereka adalah saat-saat yang menegangkan. Sehingga dengan berbagai cara, anak pun digiring untuk mau belajar, belajar, dan belajar.

Tidak ada yang salah dengan upaya sebagian orang tua yang nampak bersemangat mengawasi proses pembelajaran putra-putrinya, demi mencapai tujuan mendapatkan hasil ujian yang memuaskan.

Yang perlu dibenahi adalah metode mereka dalam mengawal anak-anak tersebut. Belajar menjelang ujian adalah wajib dilakukan setiap siswa. Faktanya, ada anak yang memiliki cara belajar berbeda dengan pola kebanyakan anak, Salah satunya, mereka  memahami pelajaran saat guru menerangkan di depan kelas, sehingga dengan cara ini otomatis materi yang diajarkan tersimpan di kepalanya.

Oleh orang tua mereka dianggap tidak peduli dengan ujian yang akan dihadapi, karena tidak belajar seperti halnya anak-anak lain, yang umumnya memegang buku, komat-kamit menghapal kalimat-kalimat definisi yang panjang, sambil mengurung diri dalam kamar.

Banyak orang tua yang menginginkan anaknya belajar dengan satu-satunya cara yang mereka ketahui, seperti contoh di atas. Saat anak tidak melakukan sebagaimana yang diperintahkan oleh orang tua, marahlah mereka.

Orang tua menganggap anak hanya bermain, malas-malasan, atau bersantai menghadapi ujian yang akan datang. Iklim keluarga yang kurang mendukung seperti ini bisa jadi justru akan merusak suasana persiapan anak. Akhirnya materi-materi yang telah dipersiapkan dengan baik di sekolah  buyar, gara-gara orang tua salah paham.

Jika ternyata memang gaya belajar anak bukan salah satu dari contoh di atas, belajar lewat penjelasan guru sehari-hari, atau mengurung diri belajar berjam-jam di kamar, maka reaksi orang tua hendaknya biasa saja.

Karena saat menjelang ujian atau saat ujian berlangsung, selaiknya kondisi anak berada dalam kondisi rileks tanpa beban, karena saat relaks otak akan bekerja maksimal. Bukan sebaliknya. Kalaupun anak enggan untuk belajar serius menjelang ujian, itu adalah masalahnya sendiri.

Orang tua hanya perlu sesekali mengingatkan akan konsekuensinya jika si anak tidak belajar. Bisa jadi hal itu akan merugikan dirinya sendiri. Mungkin anak akan tinggal kelas atau jenis-jenis kerugian yang lain. Tekanan orang tua dalam hal ini, justru akan semakin memperburuk keadaan.

Semestinya reaksi kita terhadap gaya belajar anak bukan muncul saat menjelang ujian tiba, melainkan jauh-jauh hari ketika pembelajaran sehari-hari berlangsung. Pemantauan orang tua sangat diperlukan saat itu. Bukan  cuek sepanjang waktu, dan baru kemudian bereaksi ketika waktu ujian sudah di depan mata.

Bagaimanapun anak adalah manusia biasa yang banyak kekurangan seperti halnya kita orang dewasa. Mereka terkadang lengah, lupa, atau malas. Jika orang tua tidak membantunya dengan mengingatkan akan tugas-tugas belajarnya, maka anak akan terlupa dan abai untuk jangka waktu yang lama. Perhatian dan pemantauan orang tua sangat dibutuhkan setiap saat. Tentu dengan metode yang tepat pula. (Mauliah Mulkin, pemerhati pendidikan dan pengusaha buku)

 

Sumber : http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/

 

Download disini