(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Contohlah Burung Tekukur

Admin disdikpora | 11 Oktober 2018 | 3660 kali

Contohlah burung balam atau tekukur dalam hal mendidik anak, dan jangan jadi itik, ayam atau burung puyuh. Itulah falsafah tidak tertulis mengenai pola asuh yang berkembang secara turun temurun di tanah Minangkabau.

Seperti umumnya di daerah lain, falsafah itu berkembang dengan mengacu pada falsafah ‘Alam takambang menjadi guru’ yang makna singkatnya kira-kira ‘Alam terekembang dijadikan guru’. Jelasnya, dalam menjalani kehidupan ini, manusia bisa berguru pada alam sekitarnya, entah itu hewan, tumbuhan, bumi, dan sebagainya.

Mengapa harus menjadi burung tekukur? Kira-kira begini :

Caro Baranak Itiak (Cara beranak itik)

Kalau kita mau dengan sengaja memperhatikan proses bertelurnya, kita bisa tahu, bahwa Itik biasanya cuma pandai bertelur saja. Setelah bertelur itik tidak mengerami telurnya, apalagi meneteskannya jadi bayi itik. Untuk bisa meneteskan telurnya biasanya telur itik itu dierami dan ditetaskan oleh ayam. Jadi, dalam budaya Minang, manusia jangan mengikuti cara itik, hanya bisa melahirkan anak tapi tidak bisa mendidiknya.

 

 

Caro Baranak Ayam (Cara Beranak ayam)

Beda dengan itik, ayam biasanya bertelur sebanyak-banyaknya sepanjang telur yang telah dikeluarkan tidak diambil seluruhnya oleh manusia. Kalau telur tersebut diambil seluruhnya sehingga tidak bersisa sama sekali di tempat ayam bertelur,  ayam akan berhenti bertelur. Misalnya seekor ayam bertelur 12 butir, lalu oleh manusia ambil sebelas, maka besoknya ia akan tetap bertelur, tetapi kalau diambil ke 12 nya, maka ia akan berhenti bertelur. Ini berarti ayam pandai berhitung, tetapi kepandaiannya berhitung hanya sampai satu. Artinya, ayam hanya pandai bertelur (beranak), tetapi yang ia ketahui hanya satu ekor saja. Cara beranak ayam ini menurut adat Minangkabau termasuk cara yang tidak dibenarkan oleh adat dan tidak boleh ditiru oleh manusia.

Caro Baranak Puyuah (Cara Beranak Burung Puyuh).

Burung puyuh lain lagi. Biasanya kalau seekor puyuh betina bertelur, maka telurnya itu dierami oleh si puyuh jantan, dan puyuh betina pergi mencari makan, selama puyuh betina mencari makanan puyuh jantanlah yang mencari telur. Cara beranak puyuh ini juga tidak dibenarkan oleh adat Minanagkabau, dan tidak boleh ditiru oleh manusia. Kenapa ? Karena mencari makan (nafkah) itu adalah menjadi kewajiban laki-laki, bukan manusia. Wanita menurut adat, bertugas mendidik anak, sementara suami mencari nafkah. 

 

Caro Baranak Balam (Tekukur)

Nah, sedangkan Burung Tekukur. Biasanya Tekukur kalau bertelur hanya dua butir saja. Kalau lebih dari dua, misalnya tiga, maka telur yang ketiga akan menjadi sikok (sejenis Tekukur juga). Kemudian selama telur dierami dilakukan secara bergantian oleh Tekukur jantan dan betina. Dengan kata lain, selama masa mengeram, yang mencari makan dilakukan secara bergantian oleh Tekukur jantan dan betina. Jadi cara beranak Tekukur inilah yang harus dicontoh manusia dalam mendidik anak. Yanuar Jatnika