(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Demi Anak, Jadilah Pendengar yang Baik

Admin disdikpora | 10 Desember 2018 | 953 kali

 Sore itu, sepulang sekolah Bima dengan antusiasnya menceritakan pengalaman yang dialaminya saat di sekolah. Segala hal yang dialaminya, disampaikan kepada orangtuanya. Dengan antusias pula, orangtua Bima mendengarkan dan memperhatikan semua cerita dari jagoan tersayangnya itu. Bahkan sesekali memberikan respons dari cerita yang disampaikan putranya tersebut.

Ilustrasi di atas merupakan hal yang lazim dialami para orangtua saat anaknya menceritakan pengalamannya. Tetapi peristiwa yang sebaliknya juga banyak terjadi,  yaitu orangtua yang tidak pernah memberi anaknya kesempatan untuk bicara, sehingga merasa tidak dihargai. Pada akhirnya ia malah berbalik tidak mau mendengarkan apa yang diucapkan orangtuanya.

Sebagai orangtua, kita jangan hanya ingin didengar saja, namun juga perlu mendengar aspirasi dari anak. Jadi pendengar yang baik bagi anak itu sangat penting dan memiliki dampak yang luar biasa positif.

Jadi pendengar yang baik bagi anak merupakan bentuk kasih sayang orangtua dan memahami anak. Selain itu juga sebagai bentuk pemberian penghargaan dan kenyamanan.

Untuk itu, saat bersama anak pastikan seutuhnya fokus padanya. Simak saat ia sedang bercerita atau anak mengkritisi sesuatu. Jangan sibuk sendiri dengan aktivitas Anda. Bersikap tenang dibutuhkan agar bisa memahami cerita dari sudut pandang anak. Jangan terburu-buru saat memberikan komentar, apalagi sampai memotong pembicaraannya.

Orangtua yang mampu menjadi pendengar yang baik akan berdampak positif terhadap hubungannya dengan anak. Menjadi pendengar bagi anak akan memperlancar jalinan komunikasi dan akan membiasakan anak berbuat hal yang sama terhadap orang lain di sekitarnya.

Orangtua yang secara aktif mendengarkan perkataan anak akan berdampak pada persepsi anak bahwa orangtua tertarik dengan yang dikatakan anak serta ingin mendengarkan lebih banyak lagi.

Saat orangtua mendengarkan secara aktif berarti memberikan perhatian secara penuh. Selain itu terjadi juga kontak mata dan menghentikan aktivitas yang orangtua lakukan.  

Orangtua yang secara aktif mendengarkan perkataan anak pada dasarnya adalah teknik komunikasi yang membutuhkan sang pendengarnya untuk memahami, mengartikan, dan menilai informasi yang didengar.

Untuk itu, posisi tubuh orangtua dan anak sebaiknya sejajar agar dapat melihat dari mata ke mata. Posisi sejajarnya tersebut bisa dengan cara menunduk, menggendong anak, atau duduk bersama anak sehingga posisi akan benar-benar sejajar. Dengan saling kontak mata akan menarik perhatian anak dan anak akan menyerap serta mengerti dengan perkataan orangtua.

Ketika memberikan masukan atau berpendapat, jangan langsung menghakimi atau bahkan menyalahkan anak. Hal tersebut akan membuat anak akan enggan atau takut bercerita kepada orangtua. Perkataan yang berisi solusi merupakan pilihan yang tepat saat memberikan komentar kepada anak.

Pilihan kata juga harus menjadi perhatian orangtua. Sebaiknya ucapkan kata-kata berupa motivasi, pemakluman serta solusi positif yang mudah dipahami anak. Contohnya kalimat seperti, ”Tidak apa-apa kalau kita salah, asalkan kita harus mengakui kesalahan tersebut dan jangan mengulangi lagi ya.”

Saat proses mendengarkan selesai, kita harus mengucapkan terima kasih kepada anak karena diberi kepercayaan untuk mendengarkan ceritanya. Berikan pula pelukan karena akan memberikan rasa nyaman dan aman pada anak. Sehingga akan terbangun persepsi bahwa orangtua akan selalu siap menjadi pendengar terbaik bagi anak.

Dalam menjalankan peran sebagai orangtua diperlukan sebuah kesadaran penuh dalam menyikapi dan memberi reaksi terhadap semua perilaku dan perkataan anak yang tidak terduga. Sehingga kita menyadari dan memahami dengan memberi respons dengan lebih tenang untuk mendengarkan anak kita. (Mukharlis Junizal - Pamong pada BP PAUD dan Dikmas Jawa Timur)