(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Di Sekolah Inklusi, Orangtua Harus Ekstra Bekerjasama dengan Guru (2)

Admin disdikpora | 25 Februari 2019 | 3306 kali

Orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) harus lebih intensif bermitra dengan guru-guru di sekolah. Baik di sekolah luar biasa maupun di sekolah inklusi.

Di sekolah inklusi, orangtua ABK harus lebih ekstra berhubungan dengan guru. Di beberapa negara maju, sekolah inklusi menyiapkan semacam guru penghubung khusus dengan orangtua ABK untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mendidik ABK.

Guru dan orang tua ABK harus menjalin kemitraan secara khsus dalam memberikan informasi tentang perkembangan, keterampilan, motivasi, rentang perhatiannya, penerimaan sosial, dan penyesuaian emosional anak.

Sue Stubss dalam bukunya Inclusive Education (2002) menjelaskan, kolaborasi antara orangtua dan guru dalam mengembangkan program pendidikan inklusi, dianggap sebagai mitra kerja yang setara dan terbukti memberikan kontribusi yang signifikan untuk anak mereka.

 

Kontribusi tersebut meliputi:

  1. Membagi pengetahuan dan pengalaman kepada guru tentang cara menangani anaknya
  2. Menjadi pembicara dan berbagi pengalaman dalam seminar yang dilaksanakan guru dan model pelatihan lainnya
  3. Para orangtua diharapkan bekerjasama dan memberikan bantuan pada sekolah lain untuk membantu mengembangkan pendidikan inklusi
  4. Bekerjasama dan membuat perencanaan bersama dengan pihak-pihak lainnya, seperti komunitas, organisasi kemanusiaan disabilitas, dan sebagainya.

Peran orangtua dalam pendidikan inklusi mempunyai pengaruh yang sangat signifikan karena yang paling mengerti karakteristik anak mereka. Pengalaman dan pengetahuan harian orangtua mengenai karakteristik, kebiasaan, dan kebutuhan anak mereka dapat dibagikan kepada guru agar dapat memfasilitasi dan membuat program pendidikan sesuai kebutuhan peserta didik.

Selain terkait akademik, peran orangtua ABK juga menyangkut masalah keterampilan bersosialiasai ABK dengan teman-teman lainnya yang normal. Sering terjadi ABK lebih banyak menghabiskan waktu menyendiri daripada bergaul dengan teman-teman lainnya yang normal. Para peserta didik ABK merasakan tidak nyaman berada di lingkungan teman-teman lainnya.

Mereka merasa lebih nyaman dengan teman-teman sesama ABK dan berkumpul bersama guru pendamping di ruang khusus daripada harus berada di kantin atau kelas yang dianggap terlalu ramai.

Di sinilah pentingnya peran orangtua dalam memberikan dorongan, mendampingi belajar, dan yang terpenting adalah menerima kondisi anak.

Orang tua mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam semua aspek. Seperti perkembangan fisik, intelektual, emosi, moral, kepribadian, dan spiritual. (Yanuar Jatnika. Foto: Fuji Rachman)