(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Empati Harus Terus Diasah

Admin disdikpora | 09 Maret 2018 | 860 kali

Menumbuhkan rasa empati pada anak harus terus diasah. Karena jika tidak sedikit demi sedikit bahkan hilang. Berikut beberapa cara untuk mengajarkan empati pada anak.

  1. Kenali Aneka Perasaan

Bisa dilakukan dengan cara sederhana, misalnya saat jari bunda terluka, ajar anak untuk menunjukkan simpatinya dengan mengelus dan mencium jari tangan bunda yang terluka.

Kemudian bunda bisa mengatakan, “Adik baik sekali, deh,”. Melalui kejadian tersebut anak akan belajar dari reaksi bunda bahwa reaksi yang diberinya pada sang bunda, dirasakan oleh buda dan ternyata reaksi tersebut merupakan sesuatu yang berarti.

Ananda juga perlu mengerti dan mengenal perasaan negatif seperti misalnya, “Kakak tahu nggak, adik sedih lho kalau mainannya direbut dengan kasar. Menurut kamu, apa yang harus kamu lakukan supaya dia merasa lebih baik?”

  1. Gambarkan Perasaan

Setiap minggu, gambarkan perasaan yang dirasakannya dengan menempelkannya pada tempat yang dapat terlihat dengan mudah olehnya, seperti di kulkas.

Bunda dapat memberikan warna biru untuk perasaan sedih, merah untuk kejutan, merah muda untuk perasaan senang dan hitam untuk perasaan marah. Bahas dengan ananda setiap kali dia merasakan salah satu dari perasaan-perasaan yang bunda tempelkan di kulkas tersebut.

  1. Beri Pujian

Bila ananda berbuat baik kepada kakak, adik atau temannya, berilah ia pujian. Nyatakan kegembiraan kita jika ia bersikap baik dan tunjukkan kekecewaan kita jika ia bersikap sebaliknya.

Misalnya dengan mengatakan, ”Aduh anak bunda baik sekali mau berbagi cokelat dengan adik. Kamu lihat, adik kamu senang sekali. Kamu lihat kan senyumnya? Itu artinya dia senang karena kamu memberi sebagian cokelat kamu ke dia.”

  1. Bicara Perasaan

Minta ananda untuk mengungkapkan perasaannya, begitu juga perasaan orang tua. Buat ananda mengerti bahwa ayah bundanya peduli dengan perasaannya dengan mendengarkan apa yang diceritakannya.

Tatap matanya saat ananda berbicara dengan kita dan berikan reaksi. Jika dia berteriak “Horee!”, ayah bunda bisa memberikan respon “Wah, kamu lagi senang, ya”.

Ananda bisa belajar bahwa tindakannya berpengaruh terhadap orang lain seperti misalnya, ”Hari ini bunda sedih deh kamu pukul bunda begitu. Kalau kamu nggak suka pakai baju ini, kasih tahu bunda ya mau pakai baju yang mana,”.

Cara lainnya, bunda bisa mengatakan, “Kadang Bunda suka kesal sama Ayah, walaupun Bunda sayang sama Ayah,”. Dengan demikian dia akan belajar dan mengerti bahwa orang dewasa pun mempunya perasaan. Apa yang dirasakan oleh seseorang adalah wajar di dalam kehidupan. Lalu bagaimana kita belajar cara mengatasinya merupakan bagian penting dalam proses tumbuh dewasa.

  1. Perhatikan Kebiasaan Orang Lain

Ajarkan anak untuk memerhatikan kebaikan yang dilakukan oleh orang lain. Ayah bunda bisa mengatakan, ”Ingat nggak tadi waktu kita belanja di supermarket. Itu lho, ibu yang membantu kita mengambilkan kaleng susu kamu yang terjatuh? Dia baik sekali ya. Dia membuat marah Bunda jadi mereda lho,”

Dengan demikian kita membuat anak mengerti bahwa sikap seseorang sangat berpengaruh secara emosi terhadap orang lain.

  1. Ajarkan Isyarat Lisan

Beberapa anak memiliki hambatan untuk mengerti nada suara yang berbeda-beda. Si kakak mungkin tidak menyadari bahwa adiknya merengek karena dia tidak senang kakaknya sudah menganggunya.

Ajarkan anak untuk mengerti perasaan orang lain dengan nada suara yang dikeluarkan oleh orang tersebut. Kita dapat melakukannya dengan memberikan contoh-contoh suara seperti suara orang sedang marah, senang atau sedih.

  1. Ajarkan Isyarat Non-lisan

Di tempat bermain anak-anak atau di pusat perbelanjaan, cari tempat yang agak sepi, anak anak untuk duduk bersama untuk mengamati orang-orang di sekitar.

Minta ia menebak perasaan orang yang tengah kita perhatikan, misalnya, ”Kamu lihat tidak anak laki-laki yang di sebelah sana? Menurut Bunda dia sedang gembira, dia tertawa karena dia senang bermain loncat-loncatan. Kalau anak yang di sebelah sini, kelihatannya dia sedih. Menurut kamu, kenapa ya dia sedih?”.

Dengan demikian kita memotivasi anak untuk mempelajari perasaan orang lain.

  1. Beri Teladan

Anak biasanya duplikasi dari orang tuanya. Jika orang tua berbuat baik maka anak biasanya juga akan berbuat baik juga. Berbuat baik dan bersikap dermawan merupakan cara terbaik untuk mengajarkan empati pada anak.

Bwa serta anak saat menjenguk tetangga yang sakit atau saat mengirim sembako ke rumah yatim piatu. Minta dia untuk membantu saat kita mempersiapkan barang-barang tersebut.

Jelaskan kepadanya, betapa banyak orang-orang yang tidak mampu, yang tidak memiliki orang tua, dan mereka memerlukan bantuan orang lain. Sampaikan juga kepadanya, bila kita mampu sudah selayaknya membantu mereka. (Bunga Kusuma Dewi)