(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Guru, Orang Tua, dan Masyarakat Miliki Tanggung Jawab Sama

Admin disdikpora | 15 Agustus 2017 | 850 kali

Guru, orang tua, dan masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga anak didik berperilaku tidak baik.

“Tidak tepat jika masyarakat menyalahkan guru di sekolah ketika anak berperilaku tidak baik, “ujar anggota tim penguatan pendidikan karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Djoko Saryono, di Kemdikbud, Selasa, 1 Agustus lalu.  Menurut guru besar Universitas Negeri Malang itu, antara guru, orang tua dan masyarakat harus menjadi satu kesatuan dalam hal mendidik anak.

Namun, dia mengakui, sejak dulu pola pembelajaran di sekolah masih terpaku kepada guru seorang. Dengan kata lain, guru seolah diberi beban yang berat oleh orang tua untuk mengawasi perkembangan mentalitas anak. Djoko mengaku sangat tidak setuju bila pertumbuhan kecerdasan dan mental anak hanya ditopang oleh guru di sekolah saja. "Memberesi masalah yang besar ini ditumpukkan satu-satunya kepada guru itu tidak akan beres," kata Djoko.

Djoko menerangkan, apabila guru tetap jadi figur dominan, maka selamanya anak-anak akan mendapat pendidikan yang kurang cukup untuk perkembangan kecerdasan dan mental.  "Saya kira sekarang tidak memadai. Jadi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat itu jadi satu kesatuan. Sistemik," lanjut Djoko.

Hal serupa disampaikan pegiat pendidikan karakter dari Yayasan Cahaya Guru, Henny Supolo. Menurut dia, saat ini guru masih dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab apabila anak mendapat prestasi yang kurang memuaskan atau berperilaku yang kurang baik. "Kita tahu apa pun yang terjadi yang disalahkan adalah guru," kata Henny.

Stereotip seperti itu, lanjut Henny, sudah seharusnya ditinggalkan oleh masyarakat, khususnya orang tua siswa. Menurut Henny, kesuksesan tumbuh kembang anak dari segi kecerdasan mau pun mentalitas adalah tanggung jawab orang tua, guru di sekolah, dan masyarakat. Sehingga, tidaklah tepat bila hanya guru yang dibebankan atau diminta pertanggungjawaban apabila anak melakukan hal-hal yang kurang baik. "Misalnya guru sudah beres, kalau di rumah beda, akan beda lagi hasilnya. Guru sudah beres, di masyarakat ada kekerasan, akan beda lagi hasilnya," kata Henny. Yanuar Jatnika /Sumber : cnn.indonesia

 

sumber : http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4241