Hari ini, 5 Februari 2019, anak-anak keturunan Tionghoa menikmati kebahagiaan dan kegembiraan. Mereka siap-siap menjadi “orang kaya mendadak”, karena menerima berbagai angpao dari orang-orang dewasa, entah itu orangtua, kakak, paman, bibi, dan lainnya yang sudah menikah.
Pemberian angpau merupakan salah satu tradisi yang dilakukan etnis Tionghoa, apapun agamanya, saat perayaan Imlek yang tahun 2019 ini jatuh pada tanggal 5 Februari.
Angpau atau dalam bahasa Tionghoanya Hong Pao berarti kantung merah, itu berisi sejumlah uang. Jumlahnya semampu dan se rela pemberinya, yang penting berupa uang kertas baru dan tidak berbentuk uang logam. Ada kepercayaan, membagikan uang kertas nantinya akan mendapatkan uang kertas pula, sedangkan memberi uang logam atau receh nantinya akan mendapatkan uang receh pula.
Etnis Tionghoa percaya, memberikan angpau akan memperlancar rezeki di kemudian hari. Angpau itu bentuknya berupa amplop kecil berwarna merah yang melambangkan kemakmuran. Hanya orang dewasa yang sudah menikah yang wajib memberikan angpao. Sebaliknya, yang belum menikah, walaupun mampu, tidak boleh memberikan angpau, karena dipercaya akan sulit mendapat jodoh.
Momentum keluarga berkumpul
Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Tak berbeda jauh dengan Hari Raya Lebaran umat Islam, saat Imlek, jutaan orang Tionghoa di seluruh dunia akan berusaha untuk berkumpul bersama ibu, ayah, dan saudara-saudara tercinta. Terutama untuk mereka yang tinggal atau bekerja jauh dari kampung halamannya.
Tahun Baru Imlek adalah waktu bagi keluarga Tionghoa untuk berkumpul bersama. Di malam hari di tahun baru imlek itu yang disebut chuxi yang artinya menghapus yang lama dan hal-hal jelek, keluarga Tionghoa berdoa untuk menyongsong kedatangan tahun baru atau Da Nian Ye.
Selanjutnya digelar 'makan malam reuni' atau Tuan Yuan Fan. Biasanya di atas meja tersedia satu piring Yu Shang, dengan beberapa makanan di atasnya, seperti ikan salmon, wortel, lobak, jeruk, kacang, daun jeruk limau, acar jahe merah, paprika merah, buah plum, mi, dan lainnya.
Pada saat makan malam dimulai, para anggota keluarga yang berdiri di sekeliling meja bundar akan mengaduk makanan tersebut bersama-sama dan mengangkatnya dengan sumpit setinggi-tingginya. Hal ini dilakukan dengan harapan, bahwa semakin tinggi makanan tersebut diangkat, maka semakin tinggi keberuntungan yang didapat. Anggota keluarga tertua seperti kakek dan nenek akan dipersilahkan mengambil makanan terlebih dahulu.
Di saat itulah semua keluarga sama-sama mengevaluasi diri dan saling memaafkan satu sama lain. Setiap anggota keluarga juga diajak untuk mengucap syukur atas keberhasilan ataupun kegagalan yang dilewati selama setahun sebelumnya.
Keesokan harinya, warga Tinghoa secara bergantian berkunjung ke rumah saudara dan tetangganya. Warga yang lebih muda biasanya mendatangi rumah yang lebih tua.
Tradisi imlek yang masih dipertahankan sampai saat ini adalah dimana anak yang lebih muda dan anak yang belum menikah akan memberikan salam dan ucapan kepada orangtuanya. Momentum ini dinilai baik untuk mengajarkan anak untuk menghormati orang tua dan keluarga besar lainnya, seperti paman, bibi, kakak, adik, kakek dan nenek.
Serba Merah
Dalam merayakan Imlek, umat Tionghoa menghias rumah dengan beragam ornamen merah, memasang lampion, menempelkan dua kalimat berbentuk puisi di samping kanan dan kiri pintu rumah, tiang penyangga rumah, jendela atau dinding rumah. Dua kalimat itu disebut dengan Chun Liang itu ditulis di atas kertas berwarna merah juga dengan tinta emas atau hitam. Mereka meyakini puisi ini menjadi harapan dan doa seluruh keluarga supaya mendapat kehidupan yang lebih baik ke depan.
Menurut kepercayaan Tionghoa, warna merah merupakan unsur dari “yang” yang diharapkan dapat memberikan suasana kebahagiaan, pengharapan, kebaikan hati, kebenaran, dan ketulusan hati. Selain warna merah, warna lainnya yang akan ditemukan pada perayaan Tahun Baru Imlek adalah warna kuning dan emas. Sama halnya seperti warna merah, kedua warna tersebut juga dianggap lambang kemakmuran. Oleh sebab itu, warna kuning dan emas diharapkan bisa membawa aura positif. Yanuar Jatnika