Atas nama masa depan gemilang, para orangtua punya angan dapat memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Buktinya Financial Planner Ghita Argasasmita mengatakan, dia paling banyak dicurhati mengenai persiapan dana pendidikan.
”Namun ketika orangtua mengetahui besaran biaya sekolah dan kuliah mulailah kegalauan, ketidakpercayaan diri dan banyak lagi drama yang bermunculan,” ungkap Ghita Argasasmita
Mungkin Anda adalah satu dari tak sedikit orangtua yang mengalami hal tersebut. Namun Githa meyakinkan, banyak kliennya yang dengan pendapatan bulanan standard dapat menyekolahkan anaknya di sekolah yang dicita-citakan. Bahkan menurutnya ada yang rela membayar SPP dengan angka hampir setengah gaji perbulan. Bagaimana bisa? Inilah kuncinya menurut Githa:
Ini adalah tahapan maha penting, sebab di sinilah orang tua dapat mulai mengenali potensi finansial yang dimiliki beserta hambatannya.
Logikanya, dengan mengetahui amunisi aset apa saja yang dimiliki, seseorang dapat menyusun strategi untuk mencapai tujuan finansialnya.
Proteksi jiwa dan kesehatan adalah tahapan awal untuk melindungi anak-anak secara finansial. Jangan sampai ketika orangtua meninggal, anak putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan Pendidikan.
Di sinilah perlunya proteksi dari asuransi jiwa.
Jika keluarga telah dilindungi askes dari kantor, sudah sangat bagus. Artinya tidak perlu lagi membeli proteksi askes. Namun jika tidak, belilah askes stand alone yang murni. Jika belum ada anggaran, BPJS sebenarnya memadai.
Jika memiliki utang konsumtif, tidak ada alasan untuk segera dilunasi. Tidaklah bijak fokus ber investasi dengan tingkat keuntungan rata-rata setengah dari nilai besaran bunga kartu kredit atau KTA.
Selain utang konsumtif, utang KPR/KPA dan mobil juga perlu dievaluasi, apakah sudah memasuki masa floating, apakah membahayakan rasio utang x pendapatan, apakah terdapat pilihan take over kredit atau melunasi sebagian.
Setelah mengetahui biaya sekolah beserta inflasinya yang mencapai 15% per tahun, segeralah berinvestasi. Jika tidak, artinya orangtua sedang menciptakan risiko anak tidak dapat melanjutkan sekolah.
Apapun yang dilabeli kata ”pendidikan” biasanya akan menjadi top selling product. Positifnya, orangtua sangat peduli pada anak, tapi di sisi lain mungkin kurang mau belajar. Cobalah baca dan cermati kembali isi polis asuransi pendidikan Anda. Kristina Rahayu Lestari – Ibu Rumah Tangga, Mantan Jurnalis