(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Jangan Sembarang Memuji Anak

Admin disdikpora | 26 Oktober 2018 | 869 kali

SAHABAT KELUARGA- Memuji anak memang harus dilakukan orangtua. Mendapat pujian dari orangtua diyakini akan membuat anak percaya diri, penuh semangat, dan punya motivasi tinggi untuk berprestasi. Betulkah seperti itu?

Catherine Scott dalam bukunya Learn to Teach: Teach to Learn menyebutkan, pujian yang tidak tepat apalagi berlebihan  bisa menyebabkan anak menjadi sombong, terlalu fokus pada hak, dan suka menyalahkan orang lain ketika mengalami kesulitan.

Lalu memuji seperti apa yang tepat?

Psikolog dan Master di bidang human resources yang mendalami bidang Neuro Linguistic Programming dan Brain Development, Okina Fitriani, dalam bukunya The Secret Of Enlightening Parenting mengatakan,

 

Pertama, orangtua harus jadi detektif kebaikan.

Perhatikan setiap hari, kebaikan apa yang pernah dilakukan anak, meski itu sepele dan sederhana, seperti tersenyum saat berbicara dengan orangtua, mengucapkan doa setelah makan, rukun dengan saudara dan teman, berangkat sekolah tanpa mengeluh, atau sekadar menutup keran air. Sering kali orangtua menganggap hal itu biasa-biasa saja sehingga tidak memuji si anak. Padahal memuji hal-hal kecil yang sudah baik ini akan memunculkan dorongan pada anak untuk melakukan hal-hal baik lainnya yang sama atau lebih besar.

Contohnya: “Bagus sekali Kakak sudah meletakkan sepatu di rak sepulang sekolah, rumah kita jadi rapi, Allah suka pada keindahan.” atau “Wah…kalian berdua bermain dengan akur dan berbagi. Mama bahagia kalian saling menghargai dan menya-yangi, Tuhan menyayangi orang yang menyayangi sesama.”

 

Kedua, buatlah catatan kebaikan.

Orangtua perlu mencatat semua kebaikan yang pernah dilakukan anak, sekecil dan sesepele apapun. Ingatlah catatan kebaikan itu ketika anak melakukan suatu kesalahan dan jangan sampai kesalahan anak yang kecil itu menghapus semua kebaikan yang pernah dilakukannya. Catatan kebaikan memudahkan orangtua untuk bersyukur terhadap anak. Kebanyakan konflik orangtua dengan anak disebabkan orangtua sibuk menuntut  anak melakukan ini dan itu, tapi sangat sedikit bersyukur.

 

Orangtua juga perlu memuji anak dengan cara:

Satu, pujilah perilaku, usaha, dan sikap anak, bukan karakternya. Memuji perilaku, usaha, dan sikap, membuat anak merasa yakin bahwa ia mempunyai kendali atas perilakunya. Perilaku adalah hasil usaha, bukan sesuatu yang melekat, bersifat genetik, dan tidak bisa diubah. Dweck (2006), seorang profesor bidang psikologi di Stanford University, menemukan, bahwa anak yang dipuji kepintarannya mudah frustrasi saat mengalami kegagalan dan tidak berani mengambil risiko. Anak-anak yang dipuji usaha dan perilakunya, cepat bangkit saat tidak berhasil menyelesaikan sebuah tugas dan mau berusaha lebih keras pada kesempatan berikutnya. Memuji dengan kata-kata yang berlebihan akan mendatang rasa sombong dan menjerumuskan.

Dua, nyatakan konsekuensi positif dari perilaku itu. Menyatakan konsekuensi positif dari perilaku, usaha, dan sikap anak, berarti mengajarkan kepadanya untuk memahami sebab akibat dari sebuah perbuatan. Pilihlah konsekuensi yang kasat mata dan bukan berupa janji.

 

Tiga, nyatakan pujian dalam kalimat sederhana yang mudah dipahami. Pujian yang dinyatakan dengan kalimat sederhana memberikan pesan yang jelas, perilaku apa yang diharapkan dan tidak berlebihan.

Empat, tumbuhkan keyakinan, bahwa perbuatan baik anak bukan sekadar untuk menyenangkan orang lain termasuk orangtuanya sendiri, tetapi sebagai bagian dari tujuan penciptaan manusia. Yanuar Jatnika