“Aku nggak mau sekolah, aku maunya libur terus”. Mungkin Anda pernah mendengar ucapan ini terlontar dari bibir si kecil. Terutama bila itu adalah hari pertamanya di sekolah baru atau hari pertama masuk sekolah lagi setelah libur panjang.
Anak-anak tentu tidak bisa dipaksa untuk bersekolah, namun di sisi yang lain masuk sekolah adalah keniscayaan. Kalau sudah mendengar kalimat itu, praktis para orang tua akan kebingungan menjawab dengan sikap seperti apa. Tapi perlu diingat, jangan pernah memarahi anak Anda. Cobalah membujuk anak serta cari tahu apa penyebabnya dengan mengajak si kecil bicara secara baik-baik.
Sebab, anak kecil yang mengucapkan sebuah kalimat belum tentu ia mengerti betul maksud yang ia ucapkan. Atau sebetulnya ia justru menyimpan sebuah permasalahan yang membuatnya enggan pergi ke sekolah. Anak yang tidak mau sekolah bisa saja karena merasa takut atau stres untuk datang ke sekolah.
Punya masalah dengan waktu tidur juga merupakan salah satu tanda dari stres. Jika anak tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk tidur, maka anak akan suka marah-marah dan menjadi cepat lelah sepanjang hari. Perasaan tersebut bisa membuat anak merasa tidak betah atau memperburuk keadaannya di sekolah. Ada baiknya Anda memberi perhatian lebih terkait hal ini dengan mencari solusinya, agar tidak sampai menjadi trauma yang berkelanjutan.
Ada faktor eksternal dan internal mengapa anak ogah-ogahan masuk ke sekolah. Faktor eksternal yaitu faktor di sekolah. Cek situasi dan kondisi sekolah, apakah lingkungan sekolah bersih, rapi, dan berfasilitas menarik. Cek, apakah guru-guru dan teman-teman sekelas menyenangkan. Cek juga apakah waktu masuk sekolah sesuai dengan jam biologis si anak.
Sedang faktor internal adalah faktor dari dalam diri si anak. Karena itu, berikut langkah-langkah untuk memecahkannya.
Pertama, ajak anak bicara secara baik-baik tentang masalah yang dihadapi di sekolahnya. Anak biasanya hanya mau berbicara dengan orang yang ia percayai.
Kedua, minta bantuan guru di sekolah atau guru privat untuk memberinya tambahan pelajaran, apabila bermasalah dengan pelajaran di sekolah. Jangan biarkan hal ini berlangsung terlalu lama, karena lebih mudah untuk mengejar ketinggalan satu bab pelajaran, dibandingkan dengan satu buku pelajaran.
Ketiga, ajak anak untuk menulis apa yang tidak disukai dan apa yang disukai di sekolah (meskipun mungkin hanya saat istirahat saja). Lalu cari solusi bersama-sama untuk mengatasi hal-hal yang tidak disukai anak di sekolah.
Keempat, biasakan anak untuk selalu menulis apapun yang terjadi atau perasaannya dalam sebuah buku harian. Hal ini bagus bagi anak yang tidak ingin berbagi dengan siapapun, karena bisa membantu mengeluarkan segala emosi yang dipendamnya.
Kelima, biasakan mempersiapkan segala kebutuhan sang anak untuk ke sekolah sejak malam hari, sehingga saat pagi hari anak tidak merasa stres karena terburu-buru, yang membuatnya malas untuk pergi ke sekolah.
Saran lain adalah dengan memberi penghargaan kepada buah hati. Sebagai orang tua, Anda bisa memberikan penghargaan pada anak dengan cara memuji, atau memberikan sebuah hadiah bila si anak mau sekolah. Hadiah tidak perlu mahal, bisa mainan, peralatan menggambar, dan lain-lain.
Tak kalah penting, Anda juga harus aktif berkomunikasi dengan para pendidik di sekolah. Komunikasi yang dimaksud adalah bersifat evaluasi. Informasi perkembangan anak tentu sangat dibutuhkan oleh orang tua. Jangan pernah sungkan atau ragu menanyakan tentang anak Anda selama proses belajar mengajar berlangsung.
Dengan komunikasi yang intens antara pihak sekolah dan orang tua, terutama dalam mengevaluasi perkembangan anak, hal itu akan menjadi cara jitu untuk mencari titik permasalahan si kecil malas berangkat ke sekolah. Selamat mencoba! (Lusi C. Mahgriefie, penulis Lepas, aktif di Perkumpulan Orangtua Tiverton Academy School, Inggris)