Jika memang terpaksa anak harus dibekali ponsel, lihat dulu kebutuhannya. Apakah anak tersebut memang memerlukan teknologi telepon genggam itu?
Membekali anak dengan ponsel ada baiknya dilakukan pada acara-acara yang sifatnya mendesak. Misalnya jika anak melakukan perjalanan karya wisata yang tidak boleh didampingi orang tua.
Sebelum membekali anak dengan ponsel, psikolog anak, Agustina Hendriati, Psi, MSc memberi tips apa saja yang harus diperhatikan:
1. Beri informasi yang tepat
Sebelum mengizinkan anak membawa ponsel, bekali dia dengan informasi yang tepat seputar ponsel. Mulai dari makna ponsel yang hanya digunakan untuk komunikasi.
Upayakan mengatur ponsel dengan fitur standar hanya untuk telfon dan sms saja, tanpa fasilitas infrared, bluetoothmaupun internet. Hal tersebut bisa meminimalisirkan anak mengakses gambar maupun data yang hanya boleh dikonsumsi orang dewasa.
Ajarkan bagaimana cara penggunaannya. Mulai dari menekan tombol ponsel yang tepat hingga menyimpan beberapa nomor penting yang sewaktu-waktu bisa dihubungi jika ada sesuatu masalah.
Ajarkan pula anak bagaimana memelihara dan menghargai barang berharga. Beri pengertian bahwa ponsel merupakan barang mewah yang tidak dibeli dengan harga murah. Sehingga anak bisa menjaga dan bertanggung jawab terhadap ponsel tersebut.
”Namun, jika ia kembali dari perjalanannya, ada baiknya ponsel segera tarik kembali,” katanya.
Bekali pula pengetahuan mengenai penggunaan pulsa. Sering kali anak tidak memahami bahwa menggunakan ponsel untuk telfon atau SMS dapat menarik pulsa di HP-nya.
”Banyak yang lupa mengajarkan mengenai hal itu. Jika anak tidak diberi pengertian tentang itu, mereka akan seenaknya menggunakan pulsa,” bebernya.
2. Kerja sama
Tuntutan anak menggunakan ponsel tidak hanya terjadi di lingkungan rumah, tapi juga di sekolah maupun masyarakat. Anak merasa tidak trendi jika tidak dibekali HP yang memiliki game atau kamera.
Jika seperti itu keadaannya, buat kerja sama dengan pihak sekolah agar melarang siswa membawa ponsel ke sekolah.
Namun, jika yang terjadi sekolah tetap mengijinkan siswanya membawa ponsel, bentuklah kerja sama yang baik dengan pihak sekolah.
Minta pihak sekolah menyimpan ponsel saat pelajaran sekolah dan mengembalikannya saat jam pulang sekolah.
”Mungkin akan merepotkan bagi si guru, tapi hal itu cukup aman untuk menghindari penyalahgunaan ponsel,” tegasnya.
Selain itu, menitipkan ponsel pada pihak sekolah juga meminimalisirkan resiko ponsel hilang. ”Seperti diketahui, kasus HP hilang karena dicuri atau alasan lainnya sering kali terjadi di lingkungan sekolah,” katanya.
Penyimpanan ponsel pada guru juga menghindari kesenjangan sosial diantara teman-temannya.
3. Kesepakatan
Orang tua tetap menjadi pemegang peranan penting dalam mengontrol penggunaan ponsel pada anak. Sebelum Anda mengijinkan anak menggunakan ponsel, buatlah kesepakatan di muka.
Kesepakatan tersebut dibutuhkan untuk menghindari konflik antara orang tua dan anak.
Orang tua menyampaikan pada anak, hingga dia mencapai usia tertentu, kedua orang tuanya memiliki akses besar untuk melihat-lihat isi ponsel, mulai dari pesan singkat hingga pesan gambar yang dikirimkan oleh teman-temannya.
”Orang tua wajib melihat isi yang ada pada ponsel anaknya. Untuk anak usia kelas 5 atau 6, biasanya mereka sering membicarakan hal-hal yang belum seharusnya pada lawan jenis.
Bagi mereka, agak sensitif jika orang tua melihat isi ponsel tersebut,” sarannya.
Karena itu, kesepakatan antar orang tua dan anak harus dibuat sebelum terjadi konflik.
Bila dirasa perlu, tetapkan pula aturan, anak hanya boleh membawa ponsel ketika pergi sendirian tanpa pengawasan orang tua atau pengasuhnya. Jika sampai di rumah, ponsel sebaiknya diletakan di ruang keluarga, bukan disimpan sendiri. (Bunga Kusuma Dewi)