Bahasa yang pertama kali dipelajari dan dipahami secara alamiah oleh seorang anak adalah bahasa ibu. Dalam konteks Indonesia, bahasa ibu selalu mengarah pada bahasa daerah tertentu (bahasa lokal). Misal, anak yang lahir di Purwokerto dari orang tua yang berasal dari Banyumas dan berbahasa banyumasan, maka bahasa ibunya adalah bahasa banyumasan.
Namun, anak yang lahir di Bandung yang orang tuanya berasal dari Bandung dan berbahasa Sunda, maka tentu bahasa ibunya, Sunda. Mengapa bahasa ibu di Purwokerto dan di Bandung berbeda? Hal ini disebabkan oleh keberagaman suku dan wilayah yang memiliki bahasa yang berbeda-beda.
Apakah perbedaan ini menjadi masalah bagi perkembangan seorang anak? Tentu tidak. Yang menjadi masalah adalah apabila bahasa ibu yang menjadi dasar alamiah tidak lagi dipedulikan dan tergeser oleh bahasa yang lebih dominan, seperti bahasa Indonesia dan bahasa asing.Bahasa ibu ini justru memiliki keajaiban yang luar biasa terhadap tumbuh kembang seorang anak.
Pertama, bahasa ibu merupakan alat ekspresi dan komunikasi bagi anak. Anak-anak dapat menyampaikan ide atau maksud keinginannya pada orang terdekatnya melalui bahas ibu. Misalnya, ”Bu, kulo pengin maem” ucap anak. ”Nggih mangke sekedap, Ibu pundut riyin,” jawab Ibu. Percakapan atau yang dimaksud anak ini dapat tercapai karena keduanya paham dan mengerti atas bahasa yang digunakan.
Kedua, bahasa ibu adalah sumber pengetahuan bagi seorang anak. Anak pada mulanya memiliki kebiasaan imitatif. Di sini anak yang memiliki kebiasaan meniru, bukan hanya akan meniru apa saja yang dilihatnya tetapi apa yang ia dengar. Termasuk bahasa. Anak serta merta menangkap apa saja yang ada di lingkungan keluarga dan sekitarnya sebagai bahan pengetahuannya yang baru.
Ketiga, bahasa ibu dapat menjadikan pola pikir anak lebih terkonsep. Karena ungkapan rasa dan bahasa ibu ini mudah melekat dan dipahami anak. Sehingga ketika pola pikir anak ini terkonsep akan menjadikan anak berprestasi dan memudahkan kehidupan di masa depannya.
Keempat, bahasa ibu dapat dijadikan sebagai pertahanan yang kuat bagi anak untuk melestarikan bahasa daerah (lokal). Bahasa ibu yang sudah melekat dari generasi ke generasi anak akan mampu mempertahankan bahasa daerah dan menjadikan bahasa ibu tetap eksis di tengah-tengah arus globalisasi.
Kelima, bahasa ibu juga dapat membentuk dan menumbuhkan karakter anak. Misalnya, anak yang diajarkan bahasa ibu yang memiliki logat halus seperti di daerah Solo maka anak akan memiliki karakter yang lembut. Kemudian anak yang sejak kecil diajarkan bahasa batak yang memiliki logat keras, anak memiliki karakter yang keras. Begitu juga dengan bahasa-bahasa ibu yang lainnya, karakter anak akan terbentuk sesuai karakteristik masing-masing daerahnya. (Mukhamad Hamid Samiaji – Pegiat Literasi dan Periset di Pusat Pendidikan Kreativitas dan Anak Purwokerto)
Download disini