(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kebiasaan Buruk Anak dan Cara Mengatasinya

Admin disdikpora | 18 September 2017 | 912 kali

Sebelum anak terlanjur dengan kebiasaan-kebiasaan buruknya, sebaiknya orang tua melakukan tindakan preventif seperti:

  • Sebaiknya orang tua peka terhadap kebiasaan-kebiasaan anak dan tidak membiarkan hal tersebut terus dilakukan anak.
  • Jangan mengukuhkan perilaku tersebut, misalnya justru menyediakan benda-benda yang menjadi sasaran impulsivitas dengan dalih supaya anak tidak rewel atau ngamuk.
  • Banyak orang tua yang menganggap perilaku tersebut lucu, sehingga mereka berekspresi gembira saat menceritakan hal tersebut kepada orang lain. Hal tersebut akan dipahami anak sebagai pembenaran terhadap perilakunya, sehingga tanpa disadari orang tua menjadi pengukuh perilaku tersebut.
  • Cobalah untuk mengalihkannya dengan aktivitas lain, misalnya mainan balok, meronce, bercerita atau mendongeng pada anak. Latih anak untuk mengembangkan kemampuan verbalnya, agar dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya secara verbal tanpa harus dengan cara impulsivitas.
  • Orang tua atau pengasuh (jika orang tua tidak memiliki waktu yang cukup), memang harus mau sedikit ‘repot’ mendampingi anak bermain. Jika anak mendapat penyaluran yang positif melalui kegiatan bermain, maka peluang kebiasaan buruk itu untuk berkembang, Energinya sudah lebih terarah dan pemikirannya dipenuhi oleh rencana-rencana permainan lainnya.

Bila anak sudah terlanjur memiliki kebiasaan tersebut, maka cara mengatasinya lebih sulit dan dibutuhkan upaya ekstra. Sambil menggunakan cara seperti yang disebutkan, orang tua harus lebih sabar dan memiliki pemahaman bahwa mengubah sebuah kebiasaan, bukan perkaran mudah.

  • Orang tua perlu mencari tahu apa yang dipikirkan anak dan sejauh mana ketergantungan anak terhadap benda-benda yang menjadi obyek kebiasaannya.
  • Beri pengertian secara jelas dan tenang bahwa orang tua tidak menyukai kebiasaan buruk tersebut. Jelaskan pula kepada anak mengapa ayah dan bunda tidak menyukai kebiasaan buruknya tersebut.
  • Lakukan secara bertahap sampai anak benar-benar tidak melakukannya lagi sebagai kebiasaan.
  • Ingatlah, bila orang tua mendapati anaknya tetap melakukan kebiasaan tersebut, sebaiknya mereka tak mengejek atau memarahi. Hukuman, ejekan atau kritik dapat menyebabkan kebiasaan anak semakin menjadi-jadi.
  • Ajak anak untuk ikut terlibat dalam proses penghentian kebiasaan tersebut. Tanyakan langsung pada anak apa yang dapat menghentikan kebiasaannya tersebut.
  • Sebutkan dengan jelas dan positif perilaku yang ayah dan bunda harapkan dari anak. Sebaiknya jangan mengucapkan, “Jangan gigit kukumu,”, tapi coba ucapkan, “Ayo, biarkan kukumu tumbuh”.
  • Terkadang, penggunaan bahan-bahan yang beraroma tidak enak pada jari dapat menghentikan kebiasaan menggigit kuku atau mengisap jari.
  • Beri respon positif jika anak berhasil lepas dari benda-benda tersebut meskipun sebentar, misalnya dengan memberi pelukan, ciuman atau makanan sehat kesukaan anak.
  • Setelah itu, beri dukungan agar anak mampu melepaskan kebiasaan buruk tersebut. Jika anak mendapat rasa aman dan kesenangan yang lebih, secara bertahap dia akan memiliki kepercayaan diri tanpa harus melakukan kebiasaan buruknya itu.

Sebagian besar kebiasaan-kebiasaan buruk yang dimiliki anak-anak tidak memerlukan bantuan profesional. Tetapi bila kebiasaan anak mulai menganggu fungsi fisik atau sosialnya, atau kebiasaan tersebut tetap bertahan setelah orang tua mencoba menghentikannya dengan langkah-langkah seperti yang telah disebutkan, mungkin kebiasaan tersebut disebabkan oleh suatu keadaan fisik atau psikologi yang lebih serius. Segera konsultasikan masalah tersebut ke dokter anak. (Bunga Kusuma Dewi)