Percaya atau tidak, maju tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh karakter masyarakatnya dan pembentukan karakter masyarakat itu berawal dari kelekatan ibu dan anak. Itu bukan kalimat berlebihan, tapi ada urutan sebab akibat yang intinya pada pembentukan karakter seseorang.
Ratna Megawangi, pelopor pendidikan holistik berbasis karakter dari Indonesia Heritage Foundation, memaparkan pemikirannya tentang hal itu. ”Ada enam komponen utama yang menjadi pilar masyarakat yang sehat dan berkarakter yang akhirnya menentukan nasib bangsa itu,” kata istri dari Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil itu dalam acara Sosialisasi dan Harmonisasi Bunda PAUD 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (1/4).
Enam pilar itu, kata Ratna, pertama, dimulai dari kelekatan ibu dan anak, yakni hubungan yang erat secara emosional dan psikologis. Kedua, dari kelekatan hubungan dengan ibunya, anak akan memiliki kontrol atau kemampuan mengendalikan diri yang baik.
”Kontrol diri itu kemampuan menahan godaan, kemampuan kapan, dan dan dengan cara bagaimana melakukan sesuatu serta kemampuan merespons rangsangan dari lingkungan sebaik-baiknya,” papar Ketua Bidang 1 Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja ini.
Ketiga, dengan kemampuan mengontrol diri itu, seorang anak akan mampu menjalin relasi sosial yang positif dengan lingkungan sekitarnya. Keempat, dari relasi social yang positif dengan lingkungan akan tercipta keharmonisan hubungan. Kelima, terciptanya harmonisasi itu akan menimbulkan sikap atau kemampuan bertoleransi dalam diri si anak. Keenam, sikap tersebut berujung pada sikap hormat.
Bila keenam komponen itu terdapat dalam diri si anak dan juga terdapat pada anak-anak yang lain, timbul apa yang disebut masyarakat sehat sebagai cikal bakal terbentuknya bangsa dan negara yang kuat dan maju.
”Semua berawal dari kelekatan orangtua dengan anak. Bukan sekadar kelekatan fisik tapi lebih pada kelekatan emosi dan psikologis,” tegas Ratna.
Keenam komponen itu, lanjut Ratna, akan terbentuk melalui pola asuh dalam keluarga dan pendidikan di sekolah. ”Utamanya saat anak berusia dibawah tujuh tahun. Ingat, keluarga merupakan oase cinta bagi anak-anak yang akan menentukan karakter anak di kemudian hari,” katanya. (Yanuar Jatnika; Foto: Fuji Rahman)