Ketahanan keluarga menjadi pilar utama dalam upaya pencgahan stunting atau kegagalan tumbuh kembang dan perkembangan pada anak usia di bawah lima tahun akibat kekurangan gizi kronis. Di saat dewasa anak yang mengalami stunting akan mudah terserang penyakit, kurang berprestasi, dan rentan mengalami kegemukan.
Bila masalah stunting ini tidak diperhatikan secara serius, maka setiap upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) akan tidak optimal. Bahkan, menurutnya, bila tidak segera diatasi, kasus stunting di Indonesia akan menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) negara sebesar 3 persen atau sekitar Rp300 triliun pertahun.
“Apa yang pemerintah rancang, seperti pelatihan guru, penyediaan laboratorium, pengembangan kurikulum dan berbagai pelatihan SDM menjadi tidak optimal karena kemampuan otak anak-anak dalam menyerap ilmu pengetahuan terbatas.” Demikian dikatakan Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal (Purn) Moeldoko, pada Deklarasi Kampanye Nasional Pencegahan Stunting di Lapangan Monas, Hari Minggu, 16 September kemarin.
Menurut mantan Panglima TNI ini, fenomena stunting di Indonesia sangat mengkhawatirkan, pasanya, menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, satu dari tiga anak bawah lima tahun di Indonesia mengalami stunting. “Jumlahnya kira-kira 37, 2 persen atau mencapai sekitar sembilan juta balita, “katanya.
Ditegaskan Moeldoko, upaya pencegahan stunting ini merupakan implementasi dari Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo pada 16 Agustus 2018 lalu. Presiden mengatakan, bahwa pembangunan SDM diawali sejak dalam kandungan.
Bila semua komponen bangsa serius mengatasi stunting ini dari sekarang, ujar Moeldoko, maka pada tahun 2040 mendatang, anak-anak balita saat ini yang kelak berusia sekitar 22 tahun, akan menjadi generasi yang berprestasi.
Karena itu, Moeldoko mengajak semua keluarga Indonesia bersama-sama mencegah terjadinya stunting dengan pemberian nutrisi dan stimulasi yang optimal. Pemerintah menargetkan menurunkan angka penyandang stunting di Indonesia dari 37,2 persen pada tahun 2013 menjadi 28 persen pada tahun 2019.
Untuk membantu semua keluarga dalam pencegahan stunting ini, Pemerintah, kata Moeldoko akan menyiapkan berbagai program dan rencana aksi, antara lain merevitalisasi pos pelayanan terpadu bagi sarana pendidikan gizi dan pemantauan tumbuh kembang anak, serta melatih para petugas kesehatan dan kader agar mampu mendidik masyarakat.
Orangtua Harus Paham
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan, Nila Djuwita Farid Moeloek mengajak para orang tua dan juga remaja selaku calon orang tua agar memahami upaya pencegahan stunting melalui perbaikan pola makan, pola pengasuhan, juga kebersihan.
“Kalau tidak mau anak-anak kita stunting, kalau kasih makan anak-anak utamakan (sumber protein) untuk anak-anak dan ibu hamil dulu ya,” kata Menkes.
Khusus bagi para ibu hamil, Nila menghimbau agar senantiasa menjaga kehamilannya salah satunya dengan mencukupi kebutuhan gizi anak sejak 1000 hari pertama kehidupan.
“Sejak janin tumbuh dalam kandungan (270 hari) selama hingga usia 2 tahun kehidupan (730 hari), dengan ASI Eksklusif, makanan pendamping ASI,” kata ahli Oftalmologi dan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Selain Moeldoko dan Nila Moeloek, Deklarasi Kampanye Nasional Pencegahan stunting itu juga dihadiri Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Sofyan Djalil; Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan istri; Gubernur Banten, Wahidin Halim dan istri; dan Wakil Gubernur DI Yogyakarta, Sri Paduka Paku Alam X dan istri.
Deklarasi yang mengambil tema “Cegah Stunting untuk Generasi Cerdas Indonesia” ini dihadiri ratusan peserta yang terdiri atas kader-kader PKK, Posyandu, guru PAUD dan mahasiswa program gizi. Juga dihadiri puluhan pesepeda dari komunitas Bike to Work (B2W).
Ada Stunting di Jakarta
Di hadapan seluruh peserta, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menuturkan, permasalahan stunting ini perlu mendapat perhatian serius karena bukan hanya terjadi di pedesaan, melainkan di perkotaan, bahkan di Jakarta, ibu kota Indonesia.
Menurut Anis, masih ada sekitar 27 persen balita di DKI Jakarta yang mengalami stunting. Salah satu penyebab stunting di Ibukota ini adalah ketersediaan air bersih yang layak di konsumsi. “Di Jakarta saat ini, masih ada sekitar 40 persen warga yang belum menikmati air bersih" ucap Anies.
Istri Gubernur DKI Jakarta selaku Ketua Tim Penggerak PKK DKI Jakarta, Fery Farhati Ganis, meminta agar para kader Posyandu menyelaraskan kegiatannya dengan program-program PKK yang terkait masalah kesehatan keluarga. “ Saya menghimbau para ibu agar selalu mengingat kata BAGIMU yang merupakan singkatan dari 'Bahagiakan Anakmu', 'Beri Gizi yang cukup', dan 'Stimulasi indera anak kita', “katanya.