(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kenapa Orang Tua Harus Membaca Buku?

Admin disdikpora | 02 Oktober 2017 | 1961 kali

Sering kali saya mendapatkan pertanyaan dari para orang tua, “Kenapa saya harus membaca buku? Saya sudah tua dan sudah tidak sekolah lagi? Terus, apa manfaatnya jika saya rajin membaca buku?”

Saya pun kemudian bercerita kenapa saya suka membaca buku. Ya, itu karena ayah-ibu saya adalah orang tua yang suka membacakan buku ke saya, sering membelikan buku, dan di rumah saya dulu banyak sekali buku-buku. Dan yang lebih penting lagi, saya sering melihat keduanya membaca buku.

Dari situ saya menganggap, ayah dan ibu saya adalah perpustakaan pertama dalam hidup saya; orang yang pertama kali mengenalkan buku, dan membuat saya suka membaca buku. Dan saya bersyukur sekali, berkat suka membaca buku, cita-cita saya ingin menjadi guru tercapai.

Setidaknya berkat membaca buku, proses perjalanan pendidikan saya berlangsung lancar. Saya bisa mengikuti pelajaran sekolah dengan baik, dan mendapatkan nilai yang baik, karena saya membaca materi sekolah dengan baik. Saya juga membaca materi ilmu pengetahuan, dan karya sastra dengan baik.

Jadi inilah salah satu alasan penting orang tua harus membaca buku.

Mungkin ini terkesan subjektif, baiklah jika demikian, akan saya paparan hasil riset ilmiah yang membuat orang tua harus membaca buku. Dalam buku Read Aloud (2008) yang dijelaskan soal budaya baca orang tua. Buku hasil riset itu mengambil sampel tiga puluh orang, yang lima belas orang menjadi profesor, sukses dalam ekonomi dan pendidikan, sedangkan lima belas orang lainnya menjadi tenaga kasar atau buruh.  Berikut hasil penelitiannya:

Pertama, dua belas dari lima belas profesor itu dibacakan atau diceritakan kisah atau buku oleh orang tua mereka sejak kecil, sedangkan dari pekerja itu yang dibacakan buku hanya empat orang dari lima belas orang.

Kedua,  empat belas dari lima belas profesor merupakan anak dari keluarga yang rumahnya penuh dengan buku-buku, memiliki perpustakaan keluarga dengan koleksi buku yang melimpah, sedangkan kalangan pekerja rata-rata hanya memiliki empat buku.

Ketiga, para orang tua (ayah dan ibu) tiga belas profesor itu diidentifikasi sebagai sosok yang sering membaca buku dengan baik, mengisi hari dengan membaca buku, sedangkan orang tua para pekerja itu hanya enam yang menjadi pembaca buku.

Keempat, kelima belas profesor itu itu sejak kecil disuruh oleh orang-tuanya untuk rajin membaca buku, sedang dari pekerja itu hanya tiga orang yang disuruh membaca oleh orang-tuanya.

Di sini kita bisa melihat bahwa orang tua yang suka membaca, menyuruh anaknya membaca, menyediakan bacaan buku di rumah, dan suka membacakan buku itu merupakan kegiatan penting dalam menyiapkan masa depan anak-anak.

Jika kita sebagai orang tua ingin anak-anaknya sukses, maka membaca menjadi kegiatan yang harus dibiasakan di rumah. Dan ini akan berlaku dan berjalan dengan baik, jika si orang-tua adalah pembaca yang baik pula. Untuk itu, membaca sesungguhnya adalah modal dasar dalam menyiapkan anak-anak kita untuk memiliki masa depan yang bagus. (Heru Kurniawan, Dosen Institut Agama Islam Negeri Purwokerto; Relawan Pustaka di Kampung Literasi Wadas Kelir)