Memprioritaskan calon siswa dari keluarga miskin tanpa memperhatikan prestasi akademik. Itulah salah satu keunggulan SMA Negeri Bali Mandara yang berlokasi di Kecamatan Kubutambahan, Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali.
“Sekolah kami merupakan sekolah berasrama yang 100 persen siswanya berasal dari keluarga miskin. Saat penerimaan siswa baru, indikatornya bukan berdasarkan nilai akademik tapi berdasarkan kemiskinan, “kata I Nyoman Darta, Kepala sekolah SMAN Bali Mandara, saat mempresentasikan sekolahnya di sela-sela rangkaian kegiatan Apresiasi Pendidikan Keluarga di Jakarta, 8-10 Agustus 2017 lalu.
SMA yang didirikan Pemerintah Provinsi Bali bekerjasama dengan Sampoerna Academy ini merupakan salah satu dari 21 sekolah di Indonesia yang memperoleh apresiasi dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.
Apresiasi yang diberikan dalam kelompok ‘Apresiasi Sekolah Keren’ tersebut diberikan karena SMAN Bali Mandara telah melaksanakan program keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran di sekolah.
Menurut Nyoman Darta, sejak diterima di sekolah tersebut, para siswa dibagi-bagi dalam sembilan ‘Rumah’ yang dipimpin oleh seorang guru dan dibantu seorang siswa. “ Hanya guru itu yang bisa berhubungan dengan para orang tua peserta didik di rumahnya itu, jadi hanya lewat satu pintu, “kata Nyoman Darta.
Setiap malam, sebelum tidur, diadakan rapat keluarga yang dihadiri semua siswa dari rumah tersebut. Dalam rapat itu, mereka melakukan evaluasi mengenai apa yang sudah dilakukannya di sekolah tersebut selama seharian, dari pagi hingga sore.
“Kalau ada diantara mereka yang melakukan suatu kesalahan, tidak dihujat atau dikritik, tapi diberikan solusi, apa yang seharusnya dilakukan agar tidak terulang lagi, “ujarnya.
Pada waktu-waktu tertentu juga digelar acara parenting atau kelas inspirasi, juga di masing-masing rumah. Inti dari kelas inspirasi dan parenting itu ada dua, yakni mendorong leadership atau jiwa kepemimpinan dan enterpreuneurship atau jiwa kewirausahaan.
Pada acara kelas inspirasi, para orang tua siswa digilir memberikan pelajaran dan pengetahuan tentang profesi yang mereka jalani sebagai motivasi bagi peserta didik. “Misalnya bila orang tua melakoni sebagai penjual kue, peserta didik diberi pengetahuan membuat kue dan bagaimana pemasarannya. Peserta didik juga diajak membuat kue untuk kemudian dijual. Hasil penjualannya bisa ditabung untuk biaya kuliah kelak, “jelas Nyoman Darta.
Selain para orang tua, juga dihadirkan pihak dari luar, seperti pejabat, pengusaha, atau tokoh masyarakat lainnya untuk memberikan motivasi pada peserta didik. Melalui kelas inspirasi tersebut, peserta didik diharapkan kaya akan wawasan dan pengetahuan untuk menjadi bekal di masa mendatang.
Di akhir semester, saat pembagian raport, dilakukan defile piala. Siswa yang memperoleh prestasi akademik yang tinggi akan diberikan piala dan bersama orang tuanya, mereka naik panggung sehingga ada kebanggaan pada orang tua siswa bersangkutan.
“Pada saat yang sama, juga digelar hasil karya para siswa di berbagai bidang untuk diperlihatkan pada orang tua dan guru. Kebetulan beberapa siswa kali berhasil membuat beberapa teknologi tepat guna, seperti teknologi pengolahan sampah secara sederhana, dan teknologi meramal cuaca, “kata Nyoman Darta.
Hal lain yang juga dilakukan adalah memberikan apresiasi terhadap siswa, tidak hanya terhada siswa yang berprestasi akademik, tapi juga yang memperoleh kemajuan dalam kepribadian, akhlak dan prestasi di setiap mata pelajaran. Wal hasil, banyak sekali apresiasi yang diberikan sekolah terhadap peserta didiknya.
“Dengan semua itu, peserta didik merasakan, bahwa sekolahnya menjadi keluarga dan mereka akan bangga dan akhirnya termotivasi, “lanjutnya.
Di awal tahun ajaran juga, para orang tua menitipkan satu pohon pada anaknya untuk ditanam di sekolah. Pada anaknya, para orang tua menitipkan pesan, rawatlah pohon itu sebagaimana kamu merawat orang tua. Saat orang tuanya menengok anaknya sekali dalam sebulan, mereka juga akan melihat pohon yang ditanam anaknya. “Bila pohon itu mati, artinya, peserta didik bis disebutkan sudah lupa pada orang tuanya, “ujar Nyoman Darta. Yanuar Jatnika
Download disini