”Bundaaa… Yaaaah… Aku nggaksekelas lagi sama Dillaa...”
“Masa aku sekelas sama anak ini, eh ada dia lagi... Ya ampuunn, banyak anak belagu di kelas aku nanti nih… yaaah…”, keluhnya dengan raut muka penuh kekecewaan.
Kalimat serupa ini mungkin familiar untuk Ayah Bunda. Terutama bagi mereka yang masih duduk di bangku PAUD atau Sekolah Dasar. Di hari pertama sekolah, buat mereka yang kembali ke kelas barunya, tidak sekelas lagi dengan teman-teman dekatnya menjadi tantangan tersendiri. Tidak saja untuk ananda, tetapi juga bagi orang tua.
Apalagi dari pertemanan anak-anak tersebut, orang tua (biasanya ibu-ibu) juga ikut-ikutan menjadi akrab. Saling berkunjung ke rumah masing-masing, mengikuti kegiatan luar sekolah bersama, bahkan ikut mendampingi ketika anak-anak menghadapi masalah bersama, menjadi perekat keakraban.
Ada cerita, orang tua anak-anak tersebut bahkan membujuk orang tua ananda yang tidak sekelas lagi tersebut mengajukan pindah. Tentu agar sekelas bersama kembali. Tantangan bukan?
Dalam situasi seperti ini, apa yang sebaiknya Ayah Bunda lakukan?
Pertama, dengarkan keluhan Ananda. Biasanya ananda akan mengungkapkan banyak kalimat kekecewaan dan kekesalan. Apalagi jika ada nama-nama anak di kelas baru yang menurutnya tidak menyenangkan. Gak asik, kata anak jaman sekarang. Apapun itu, dengarkan.
Kedua, peluk Ananda. Jika ananda kemudian menangis, atau hanya diam dengan tatapan mata yang kosong, peluklah. Dia butuh dukungan. Dekapan orang tua sanggup melelehkan dan melembutkan kembali hati ananda. Kelembutan hati tanda ananda siap untuk menerima situasi yang menurutnya tidak menyenangkan.
Ketiga, empati. Kalimat-kalimat yang menyuratkan bahwa orang tua bisa memahami perasaan Ananda, sangat ditunggunya. “Bunda ngerti kamu sedih, kesel, kecewa..” atau “Iya sih..kamu udah deket sekali sama Dilla ya… Bunda ngerti kalau sekarang kamu sedih..”
Keeempat, berikan dukungan. Kadang Ananda butuh waktu untuk menenangkan hatinya. Dukunglah dengan memberikan kesempatan pada Ananda untuk sendiri. Dukungan juga berarti tidak menghakimi perasaan Ananda, apalagi sampai mengatakan, “Sudah ah jangan cengeng deeh” Bayangkan, jika anda dalam situasi yang sama. Ngga enak kan?
Kelima, tantang Ananda untuk menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Hal itu dilakukan bukan berarti bunda tak sayang. Kadang justru dengan mengeluarkan Ananda -bahkan kita orang tua- dari zona nyaman, menjadi media untuk menjadi lebih baik.
Dalam hal ini, menjalani pertemanan dengan anak-anak yang belum terlalu dikenal ananda menjadi media untuk melatih keterampilan social serta kecerdasan emosialnya. Anak diasah bagaimana menghadapi karakter teman-teman baru. Ananda juga belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan pertemanan yang baru. (Sri Lestari Yuniarti – Subdit Pendidikan Orang Tua)