Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan buku dan kegiatan membaca kepada anak-anak adalah dengan mendirikan teras atau selasar baca di rumah. Teras atau selasar adalah bagian muka dari bangunan rumah yang biasanya digunakan untuk duduk santai saat berkumpul bersama keluarga.
Kadang juga digunakan untuk mengobrol bersama tamu. Jadi kenapa tidak menggunakan istilah pojok baca tapi teras baca, adalah agar ruang baca yang berada di rumah tersebut dapat berfungsi selayaknya teras rumah; Menjadi tempat yang disenangi, bercengkeram dan berbagi cerita. Pendek kata, teras menjadi tempat yang dirindukan dan disukai.
Bagaimana cara membuat teras baca di rumah?
Pertama, tentukan lokasi atau tempat yang akan dijadikan teras baca. Usahakan ruangnya terpisah dari kegiatan bermain sehari-hari yang digunakan anak. Tujuannya agar mereka ketika masuk ke teras membaca memperoleh suasana baru dan membuat mereka semakin tertarik untuk menikmati ruang teras baca tersebut.
Kedua, memberi nama teras baca dengan nama yang memiliki makna positif, mudah diingat dan diucapkan. Misal teras baca PELANGI, atau selasar baca SEMESTA dan lain sebagainya.
Penamaan ini penting, karena bisa memberikan stimulasi atau rangsangan imajinasi ke anak-anak, sebelum mereka memasuki teras baca. Penamaan ini juga bisa menjadi sarana mengenalkan keberadaan teras baca kepada masyarakat sekitar. Jadi meskipun teras baca tersebut milik bapak/ibu, tapi masyarakat umum bisa ikut membaca atau memanfaatkannya.
Ketiga, membuat rak buku yang menarik dan sesuai dengan kondisi ruang. Harap dimengerti, rak buku bukan sekadar tempat untuk menaruh buku, tapi ia berfungsi sebagai rumah buku. Seperti halnya rumah, maka harus nyaman dan aman.
Selain itu rak buku sedapatnya bisa semakin mempercantik selasar baca, sehingga akan membuat anak-anak yang memandangnya senang dan betah. Lengkapi pula dengan bantal dan matras atau karpet warna warni. Lebih baik dibuat tanpa kursi, jadi lesehan, tapi meja baca tetap harus disediakan.
Keempat, penuhi teras baca dengan buku bacaan yang selaras dengan kebutuhan anak-anak dan orang tua. Caranya bisa dengan melihat kecenderungan minat anak. Misal ada yang suka cerita soal tanaman, hewan, benda-benda luar angkasa, pesawat dan lain sebagainya. Jadikan data tentang minat seluruh anggota keluarga sebagai masukan dalam membeli buku atau pengadaan koleksi. Atau bisa juga disesuaikan dengan konteks sosial lingkungan masyarakat. Misal pertanian, perikanan, kelautan, perdagangan dan lain sebagainya.
Keenam, harus ada kegiatan pendamping. Buku sebagus apa pun menjadi tidak berguna jika tidak dibaca. Karena itu dibutuhkan kegiatan pendamping untuk mendorong anak membaca buku. Caranya, antara lain dengan lomba berburu buku, yaitu menjawab beberapa pertanyaan tertulis yang jawabannya dapat ditemukan di dalam buku. Atau berupa tebak-tebakan yang dilontarkan secara lisan, dan jawaban dapat ditemukan di buku. Cara lain adalah dengan membaca lantang, yaitu membacakan isi suatu buku dengan menarik dan komunikatif. (Agus M. Irkham, pegiat literasi)